Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Sabtu, 30 Agustus 2025

kisah perang khandaq

 Kisah Nabi Muhammad SAW di perang Khandaq

Peperang     Khandaq      termasuk      contoh peperangan fisik yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Orang-orang Yahudi menyerahkan urasan mereka kepada kaum musyrik, dan Dimulailah rangkaian persekongkolan dan sumpah di antara tokoh-tokoh   Yahudi   dan   pemimpin-pemimpin   kaum   musyrik,   bahkan   pendeta-pendeta   Yahudi berfatwa     bahwa     agama    Quraisy    yang   disimbolkan      dengan    penyembahan        berhala   lebih   baik daripada agama Muhammad yang penyembahan hanya layak ditujukan kepada Tuhan Yang Esa sebagaimana tradisi jahiliah lebih baik daripada ajaran Al-Qur'an.

kisah perang khandaq


 Politik kaum Yahudi berhasil menyatukan       kelompok-kelompok         orang   kafir   dan  mengerahkannya        untuk   menentang      kaum Muslim. 

 Kemudian   mereka   akan   menyerang   Madinah   dengan   jumlah   kekuatan   sepuluh   ribu tentara. Akhirnya, berita itu sampai ke Nabi saw. Beliau tidak heran ketika mendengar orang- orang Yahudi bersatu—padahal mereka mempunyai azas agama yang menyeru kepada tauhid— bersama kaum musyrik menentang agama tauhid. Nabi saw mengetahui bahwa perjanjian telah lama   membelenggu   orang-orang   Yahudi   sehingga   hati   mereka   menjadi   keras   dan   hari   telah menjauhkan   antara   mereka   dan   sumber   yang   jernih   yang   dipancarkan   oleh   Musa.   Akhirnya, mereka   menjadi   buah      yang   rusak   yang   kulitnya   bergambar   tauhid   namun   isinya   bergambar kepahitan syirik. Dan yang lebih penting dari itu adalah kesamaan kepentingan kaum Yahudi dan kaum musyrik. Nabi saw menyadari bahwa beliau sekarang menghadapi ancaman dan pasukan yang besar. Pertempuran secara terbuka tidak memberi keuntungan bagi Muslimin. Beliau mulai berpikir   bagaimana   cara   mempertahankan   Madinah   tanpa   harus   keluar   darinya.   Kali   ini   taktik militernya   berubah   di   mana   sebelum   itu   beliau   keluar   dari   Madinah   dan   menjauhinya   serta menyerang kelompok-kelompok   yang berencana   menyerbu Madinah.   Kali ini bentuk ancaman berbeda dan tentu pikiran Nabi pun berubah karena mengikuti perbedaan ancaman itu. Kemudian beliau mengadakan pertemuan militer bersama para tentaranya. Beliau ingin mendengar berbagai usulan tentang bagaimana cara mempertahankan Madinah. Lalu Salman al-Farisi mengusulkan agar    Nabi   menggali    suatu   parit  yang   dalam    di  sekeliling  Madinah     yaitu   parit  yang   seperti bendungan   alami   yang   dapat   menahan   laju   banjir   yang   ingin   maju,   suatu   parit   yang   pasukan berkuda   tidak   akan   mampu   melewatinya   dan   kaum   Muslim   dapat   mempertahankan   diri   dari belakangnya.   Mula-mula   usulan   itu   terkesan   agak   mustahil   diwujudkan   namun   pada   akhirnya Nabi   menyetujui   usulan   Salman   itu.   Melalui   sensifitas   militernya   yang   mengagumkan,   beliau mengetahui   bahwa   situasi   cukup   genting   dan   karenanya   ia   menuntut   usaha   keras   untuk   dapat melaluinya.  

Nabi   saw   memerintahkan   para   sahabat   untuk   menggali   parit   di   sekitar   Madinah. Pekerjaan itu sangat berat dan saat itu musim dingin di mana udara sangat dingin. Di samping itu, kaum Muslim sedang mengalami krisis ekonomi yang mengancam Madinah, meskipun demikian, penggalian   parti   tetap   dilaksanakan,   bahkan   Rasulullah   saw   terjun   langsung   untuk   membuat galian dan memikul tanah. Kaum Muslim dengan semangat yang luar biasa dapat menyelesaikan penggalian parit itu meskipun kehidupan sangat keras dan mereka merasakan kelaparan karena kekurangan      harta.   Namun     semangat     pasukan    Islam   tetap   meninggi.    Mereka     percaya    akan datangnya kemenangan dan pertolongan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman: "Dan     tatkala  orang-orang     mukmin      melihat   golongan-golongan        yang   bersekutu    itu,  mereka berkata: 'lnilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.' Dan benarlah Allah dan Rasul- Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan." (QS. al-Ahzab: 22) Pasukan Quraisy mulai mendekati Madinah dan tiba-tiba Madinah berubah menjadi   jazirah   cinta   di   tengah-tengah   lautan   kebencian,   lautan   itu   mulai   menghantam   jazirah dan    berusaha    menenggelamkannya         dari  dalam.    Kemudian      bertebaranlah    panah-panah      kaum Muslim untuk menghalau pasukan kafir yang cukup banyak. Pasukankafir mulai berputar-putar di   sekeliling   parit   dalam   keadaan   bingung:   apa   gerangan   yang   telah   dilakukan   pasukan   Islam, bagaimana mereka dapat menggali parit ini? Kuda-kuda musuh berusaha melalui parit itu namun pasukan Muslim segera menyerangnya. Demikianlah peperangan Ahzab terus berlangsung. Pada hakikatnya ia adalah peperangan urat syaraf. Pasukan musuh mengepung Madinah selama tiga minggu di mana serangan demi serangan terus dilakukan sepanjang siang dan mata mereka tetap terjaga   sepanjang   malam.   Bahkan   saking   dahsyatnya   pertempuran   itu   sehingga   kaum   Muslim tidak   mengetahui   apakah   pasukan   musuh   berhasil   menduduki   Madinah   atau   tidak,   dan   apakah para    musuh    berhasil   menembus      lubang    yang   mereka     bangun?    Allah   SWT     menggambarkan keadaan   peperangan   Ahzab   dalam   firman-Nya:   "(Yaitu)   ketiha   mereka   datang   kepadamu   dari atas dan dari bawahmu, dan ketiha tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai   ke   tenggorokan     dan    kamu    menyangka       terhadap    Allah    dengan    bermacam-macam persangkaan. 

Di situlahdiuji orang-orang mukmin dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang   dahysat."   (QS.   al-Ahzab:   10-11)   Keadaan semakin   buruk   di   mana   orang-orang   Yahudi membatalkan perjanjian mereka dengan kaum Muslim dan mereka bergabung dengan al-Ahzab. Demikianlah        Bani     Quraizhah      membatalkan       perjanjiannya      dan    mereka      lupa  terhadap pengkhianatan   bani   Nadhir   dan   pembalasan   Nabi   saw   terhadap   mereka.   Setiap   hari   keadaan semakin buruk.    Kaum Muslim benar-benar mengalami ujian yang berat di mana pikiran mereka benar-benar kacau. Ketika keadaan mencapai puncaknya kaum Muslim bertanya kepada Rasul saw, "apa yang harus mereka katakan?" Rasulullah saw memberitahu agar mereka mengatakan: "Ya Allah, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami untuk mengatasi mereka." Doa   tersebut   keluar   dari   mulut-mulut   kaum   yang   telah   melaksanakan   kewajiban   mereka   dan telah   membuat   mukjizat  mereka   dalam   menghalau   serangan.   Jadi,   mereka   tidak   memiliki   apa- apa selain doa dan Allah SWT-lah Yang Maha Mendengar permintaan hamba-Nya dan Dia yang mengabulkannya.          Dia    mengetahui      orang     yang    melaksanakan       kewajibannya       dan    akan mengabulkan   orang   yang   berdoa.   Akhirnya,   kaum   Muslim   benar-benar   mendapatkan   rahmat Allah SWT. Kemudian perjalanan pertempuran bergerak dengan cara yang tidak bisa dipahami. Para    penyerang      menyadari     bahwa     mereka    sebenamya      telah   kalah   di  mana     mereka    telah menyerang selama tiga pekan namun serangan tersebut tidak memberikan hasil apa pun. Mereka telah mencurahkan berbagai upaya namun tanpa memberikan hasil   yang diharapkan dan boleh jadi   mereka   akan   tetap   begini   selama   tiga   tahun.   Kemudian   datanglah   suatu   malam   di   mana kaum Muslim belum pernah melihat malam segelap itu dan angin sekencang itu, bahkan saking kerasnya   angin   sampai-sampai   suaranya   laksana   halilintar.   Bahkan   saking   gelapnya   malam   itu sehingga   tak   seorang   pun   di   antara   umat   Islam   yang   mampu   melihat   jari-jari   tangannya   atau berdiri   dari   tempatnya   karena   saking   dinginnya   cuaca.   Kemudian   Nabi   saw   datang   menemui Hudaifah   bin   Yaman.   Beliau   tidak   mampu   melihatnya   meskipun   beliau   berdiri   di   sebelahnya. Nabi saw bertanya: "Siapa ini?" Hudaifah menjawab: "Aku adalah Hudaifah." Nabi saw berkata: "Oh, kamu Hudaifah." Hudaifah tetap tinggal di tempatnya karena ia khawatir jika ia berdiri ia akan tidak mampu karena saking dinginnya dan akan menabrak Rasul saw. Rasul saw berkata kepada Hudaifah, "Aku kehilangan berita penting tentang keadaan kaum yang menyerang kita." Hudaifah sebagai mata-mata dari pasukan Islam merasakan ketakutan di mana ia tidak mampu menahan   cuaca   yang   begitu  dingin,   lalu   bagaimana   ia   dapat   berdiri   dan   keluar   dari   Madinah menuju ke tempat pasukan musuh dan menyusup di tengah barisan mereka lalu kembali kepada Nabi saw dengan membawa berita tentang mereka. Hudaifah bangkit dari tempatnya ketika Nabi saw selesai dari pembicaraannya.  Nabi saw memberikan doa kebaikan kepadanya. Hudaifah pun pergi   dan   kehangatan   keimanannya   mengalahkan   kegelapan   malam   dan   kedinginan   cuaca.   Ia keluar      dari   Madinah      dan     menyusup       di   tengah-tengah      pasukan      musuh.      Nabi    saw memerintahkannya   untuk   tidak   melakukan   tindakan   apa   pun   selain         mendapatkan   berita   dan kembali.   Inilah   tugas   utamanya.   Hudaifah   sampai   di   tengah-tengah   musuh.   Mereka   berusaha menyalakan       api  namun     angin   segera   mematikannya       sebelum    menyala     dan   di  dekat   api itu terdapat seorang lelaki yang berdiri sambil mengulurkan tangannya ke arah api dengan maksud untuk menghangatkannya. Lelaki itu adalah pemimpin kaum musyrik yaitu Abu Sofyan. Melihat itu,   Hudaifah     segera    memasang       anak   panah    pada    busur    yang   dibawanya      dan    ia  ingin memanahnya. Seandainya ia berhasil membunuhnya, maka kaum Muslim dapat merasa tenang dengannya, namun ia ingat pesan Rasulullah saw kepadanya agar ia tidak melakukan tindakan apa    pun.   Kemudian      ia  kembali    meletakkan     anak   panahnya     dan   menyembunyikannya.          Abu Sofyan berkata: "Wahai orang-orang Quraisy situasi saat ini tidak menguntungkan bagi kalian, maka pergilah kalian karena   aku pun akan pergi." Abu Sofyan melompat ke atas untanya lalu mendudukinya         dan   memukulnya        sehingga    unta   itu   bangkit.   Hudaifah     kembali     menemui Rasulullah   saw   dengan   membawa   berita   mundumya   pasukan   Ahzab   dan   gagalnya   serangan mereka. Ketika mendengar peristiwa penarikan mundur pasukan musuh, Rasulullah saw berkata: "Sekarang   kita   akan   menyerang   mereka   dan   mereka   tidak   akan   menyerang   kita."   Belum  lama pasukan Ahzab kembali ke negerinya dengan tangan hampa sehingga beliau keluar dari Madinah bersama   pasukannya   menuju   ke   kaum   Yahudi   Bani   Quraizhah.   Orang-orang   Yahudi   itu   telah mengkhianati peijanjian mereka bersama Nabi saw. Mereka menipu Islam di saat-saat genting. Oleh   karena   itu,   mereka   harus   membayar       biaya   pengkhianatan   mereka       sekarang.   Nabi    saw memerintahkan   agar   para   sahabat   tidak   melaksanakan   salat   Ashar   kecuali   di   Bani   Quraizhah. Kaum      Muslim     memahami      bahwa   perintah   tersebut     berarti   mereka   akan   menerobos   benteng kaum Yahudi sebelum matahari tenggelam. Orang-orang Yahudi menelan kekalahan pahit lalu mereka     datang    kepada    Sa'ad   bin  Mu'ad    agar  ia  memutuskan       perkara   mereka.    Sa'ad   adalah pemimpin   kaum   Aus   dan   kaum   Aus   adalah   sekutu   orang-orang   Yahudi   Quraizhah   di   masa jahiliah. Kaum Yahudi mengharap bahwa mereka dapat memanfaatkan hubungan yang terjalin selama     ini  sebagaimana      kaum    Aus   membayangkan        bahwa    tokoh    mereka    akan   memberikan keringanan   terhadap   sekutu-sekutu   mereka.   Sa'ad   ketika   itu   terluka   dan   ia   sedang   dirawat   di kemahnya karena terkcna panah kauni Ahzab. Sebagian kaunmya membujuknya agar ia bersikap baik     terhadap     orang-orang       Yahudi,     sekutu-sekutu      mereka,      dan    orang-orang      Yahudi membujuknya         agar    ia  bersikap     lembut    terhadap     mereka.    Kemudian       Sa'ad    mengatakan pernyataannya yang terkenal: "Telah tiba waktunya bagi Sa'ad untuk memutuskan hukum sesuai dengan kehendak Allah tanpa peduli dengan celaan para pencela." Sa'ad memutuskan agar kaum lelaki   dibunuh   dan   keturunannya   ditawan   serta   harta-harta   mereka   dibagi-bagikan.   Nabi   pun menyetujui      keputusan    tegas   Sa'ad   itu.  Beliau   berkata   kepadanya:     "Sungguh     engkau    telah memutuskan kepada mereka dengan keputusan Allah SWT dari tujuh langit." Sa'ad mengetahui bahwa perantaraan, permohonan, harapan, dan menjaga berbagai pertimbangan lazim selayaknya berada di suatu genggaman, dan masa depan Islam berada di genggaman yang lain. Yahudi Bani Quraizhah adalah penyebab berkecamuknya peperangan Ahzab dan sumpah mereka      dan     berbagai    tipu    daya    mereka      berusaha     untuk    memblokade        Islam     dan menghancurkannya.Oleh   karena    itu,  kini  telah  tiba  saatnya  untuk   mencabut    pohon-pohon beracun dari akarnya tanpa memperdulikan kasih sayang. Demikianlah kaum Yahudi dibersihkan dari Madinah.

Read More

Jumat, 29 Agustus 2025

Kisah Fitnah Abdullah bin Ubay tentang rumah tangga Rasulullah SAW

 Kisah Fitnah Abdullah bin Ubay tentang rumah tangga Rasulullah SAW

Belum  lama   peperangan   Uhud   berakhir sehingga pengaruh-pengaruh buruknya berbekas   pada kaum Muslim. Orang-orang   Arab Badui mulai   berani   bersikap   kurang   ajar   kepada   mereka,   demikianjuga   orang-orang   Yahudi,   apalagi orang-orang munafik dan tidak ketinggalan orang-orang Quraisy pun mulai menyudutkan kaum Muslim. 

kisah fitnah kepada aisyah

Kemudian datanglah utusan dari kabilah Arab kepada Rasul saw dan mereka mengatakan kepada beliau bahwa mereka mendengar tentang Islam dan mereka ingin memeluknya, maka hendaklah beliau   mengutus   kepada   mereka   beberapa   dai   dan   mubalig   untuk   mengajari   mereka   tentang dasar-dasar   agama.   Nabi   saw   mengutus   bersama  mereka   sekelompok   para   dai   yang   dipimpin oleh   'Ashim   bin   Tsabit.   Temyata   orang-orang   itu   berkhianat  atas   para   sahabat-sahabat   yang berdakwah   itu   dan   mereka   pun   dibunuh.   Bahkan   tiga   di   antara   mereka   ditawan   dan   dijual   di Mekah. 

 Dijualnya   mereka   di   Mekah   berarti   mereka   diserahkan   pada   kelompok   orang-orang Quraisy   yang   telah   lama   menunggu   untuk   menangkap   kaum   Muslim.   Kaum   Quraisy   Mekah membunuh tiga tawanan kaum Muslim itu. Orang-orang Muslim sangat sedih mendengar dai-dai Allah SWT itu terbunuh dengan cara yang begitu tragis. Ketika   datang   kepada   Nabi   saw   orang-orang   yang   minta   pada   beliau   agar   dikirim   utusan   dari kalangan mubaligh untuk menyebarkan Islam untuk para kabilah kaum Najd, maka Nabi kali ini betul-betul     mempertimbangkan          antara   kepentingan      menyebarkan       Islam    dan   perlindungan terhadap   kehormatan   manusia.   Lalu   beliau   memilih   untuk   kepentingan   dakwah   Islam.   Beliau menyadari bahwa beliau mengutus para sahabatnya dalam bahaya; beliau memberitahu mereka bahwa mereka akan menghadapi suatu keadaan yang misterius yang tiada mengetahuinya kecuali Allah SWT. Namun bahaya tersebut sudah menjadi bagian dari cita rasa kehidupan yang selalu meliputi dakwah Islam. Ketika Nabi saw mengutarakan kekhawatirannya terhadap para sahabatnya yang bakal diutusnya di   tengah    kabilah   itu,  orang-orang     yang   meminta     beliau   untuk    mengutus     para   sahabatnya menyakinkan        beliau   bahwa    mereka     akan   melindungi     sahabat    beliau.   Kemudian      Nabi   saw memerintahkan tujuh puluh orang pilihan dari sahabatnya untuk pergi dan berjihad di jalan Allah SWT serta mengajak manusia untuk mengikuti Islam. Lalu pergilah para sahabat yang kemudian dikenal    dengan     sebutan   al-Qurra'    (yaitu  orang-orang     yang    pandai   membaca      Al-Qur'an     dan menghapalnya). Mereka adalah para dai yang terbaik yang diutus Nabi di mana pada siang hari mereka   memikul   kayu   bakar   dan   pada   malam   hari   mereka   sibuk   dalam   keadaan   salat.   Ketika datang   perintah   Rasulullah   saw   kepada   mereka   untuk   pergi   dan   berdakwah   mereka   pun   pergi dalam   keadaan      gembira    karena   mereka     diajak   untuk   berjihad   di  jalan  Allah   SWT.   Mereka melangkahkan kaki dengan mantap di tanah orang-orang munafik dan para penghianat sehingga mereka sampai di suatu sumur yang bemama sumur Ma'unah. Kemudian mereka mengutus salah seorang di antara mereka untuk menemui pemimpin orang-orang kafir di negeri itu. Mubalig dari sahabat     Rasulullah     saw   itu   menyampaikan        surat   Nabi   yang    dibawanya      di  mana     beliau mengharapkan agar masyarakat di situ masuk   Islam, tetapi ia dikagetkan dengan adanya pisau yang     menembus      punggungnya.       Mubaligh      itu  berteriak   saat   ia  tersungkur:    "sungguh      aku beruntung demi Tuhan pemelihara Ka'bah." Kemudian pemimpin orang-orang kafir itu mengangkat senjata dan mengumpulkan para kabilah untuk memerangi para mubaligh di jalan Allah SWT itu sehingga sahabat-sahabat terbaik yang berdakwah   di   jalan   Allah   SWT   itu   pun   gugur   di   sumur   Ma'unah.   Jasad-jasad   mereka   menjadi makanan dari burung nasar dan burung-burung yang lain. Dari tujuh puluh orang yang dikirim itu   hanya   seorang   yang   selamat   yang   kembali   kepada   Nabi   saw.   Ia   menceritakan   apa   yang dialami    oleh  fuqaha-fuqaha     Muslimin    di  mana   mereka    dikhianati.  Ketika   mendengar    berita tentang tragedi itu, Nabi sangat terpukul dan sedih.

Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan berkata kepada sahabat-sahabatnya: "Sungguh sahabat-sahabat kalian telah terbunuh dan mereka telah meminta kepada Tuhan mereka. Mereka mengatakan, Tuhan kami, berikanlah kami ujian sesuai dengan kehendak-Mu dan ridha-Mu. Apa saja yang menjadi kepuasan-Mu kami pun akan merasakan kepuasan." Sungguh penderitaan yang dialami oleh Islam sangat berat, terutama yang menimpa para sahabat yang gugur sebagai syahid disumur Ma'unah. Nabi saw sangat sedih mendengar sikap orang- orang   Arab   dan   orang-orang   kafir   terhadap   Islam.   Mereka   telah   mengejek   dan   merendahkan kaum mukmin sampai pada batas ini. Kemudian beliau menetapkan akan kembali mengangkat kewibawaan Islam dengan tindak kekerasan. Dalam keadaan seperti ini, bergeraklah orang-orang Yahudi untuk membunuh Rasulullah saw.

Pada suatu hari beliau pergi ke Bani Nadhir untuk menyelesaikan suatu urusan. Kemudian mula- mula mereka menampakkan persetujuan atas apa yang diucapkan beliau. Mereka mendudukkan Nabi di bawah naungan benteng-benteng mereka, lalu mereka bersekongkol untuk melenyapkan beliau; mereka menetapkan untuk melemparkan batu yang berat dari atas benteng itu saat beliau duduk dan tidak membayangkan akan terjadinya kejahatan yang direncanakan padanya. Namun Allah   SWT   mengilhami   Rasul-Nya   akan   datangnya   bahaya   kepada   beliau,   lalu   beliau   bangun sebelum pelaksanaan tipu daya itu. Lalu beliau segera pergi menuju rumahnya. Beliau berpikir saat beliau kembali ke rumahnya dengan membawa penderitaan yang baru. Pembangkangan dan pengkhianatan tersebut tidak akan dapat berhenti kecuali setelah Islam menunjukkan taringnya. Islam ingin mengembalikan kewibawaannya dengan cara mengangkat senjata. Rasul    saw   mengutus    utusan   ke  Bani  Nadhir   dan   memerintahkan      mereka   untuk   keluar   dari Madinah,   bahkan   Rasul   saw   memberi   waktu   kepada   mereka   hanya   sepuluh   hari.   Kemudian orang-orang   munafik   yang   ada   di   Madinah   bersatu   bersama   orang-orang   Yahudi   dan   mereka sepakat untuk memerangi Islam. Namun ketika berhadapan dengan Islam, orang-orang Yahudi menelan   kekalahan.   Kemudian   turunlah   surah   al-Hasyr   yang   menyebutkan   pengusiran   orang- orang    Yahudi     dan   menyingkap      kedok   orang-orang     munafik.    Setelah   kemenangan       yang meyakinkan ini, Rasul saw keluar bersama sahabatnya untuk membalas kejadian yang menimpa sahabat-sahabatnya       yang   dikenal   dengan    al-Qurra'   itu.  Rasul   saw   ingin   mengembalikan kewibawaan   Islam.   Kemudian   pasukan   Rasul   saw   itu   mampu   membuat   para   pengkhianat   dari orang-orang Arab ketakutan. Hanya sekadar mendengar nama pasukan Muslim, maka serigala- serigala    gurun   yang   dulu   bengis   itu  pun  ketakutan    laksana   tikus-tikus   yang   panik   yang bersembunyi      di  bawah    lobang-lobang     gunung.    Orang-orang     Quraisy    mendengar     kegiatan pasukan Islam. Pasukan Quraisy menarik diri saat mereka mendekati Dahran, sementara pasukan Muslim berada di Badar.

Mereka menunggu pertemuan   yang disepakati di Uhud. Orang-orang Muslim      menyala-kan      api   selama    delapan    hari sebagai    bentuk    tantangan    dan   menunggu kedatangan      kaum    kafir  sehingga    ketika   mereka    (kaum    kafir)  telah  pergi,   maka    citra  kaum Muslim pun terangkat setelah mereka menerima kepahitan dalam peperangan Uhud. Kaum Muslim menoleh ke arah utara jazirah Arab setelah menetapkan kewibawaan mereka di selatan. Kabilah di sekitar Daumatul Jandal dekat dengan Syam merampok di tengah jalan dan merampas   kafilah   yang   berlalu   di   situ,   bahkan   kenekatan   mereka   sampai   pada   batas   di   mana mereka   berpikir   untuk   menyerbu   Madinah.   Oleh   karena   itu,   Rasulullah   saw   keluar   bersama seribu   orang   Muslim   yang   mereka   bersembunyi   di   waktu   siang   dan   berjalan   di   waktu   malam, sehingga setelah lima belas malam beliau sampai ke tempat   yang dekat dengan tempat tinggal musuh-musuh mereka lalu mereka menggerebek tempat itu. Pasukan kafir itu dikagetkan dengan kedatangan kaum Muslim yang begitu cepat. Kita akan mengetahui bahwa alat komunikasi yang dimiliki oleh Rasulullah saw sangat unggul sebagaimana alat pertahanan beliau pun sangat unggul. Serangan mendadak yang dilakukan oleh pasukan     Rasulullah    saw   menunjukkan       bahwa    mereka    memiliki    pertahanan     yang   luar  biasa. Sistem   pertahanan   yang   luar   biasa   sebagaimana   kedatangan   pasukan   yang   secara   tiba-tiba   itu menunjukkan kemampuan pasukan Islam untuk menyusup. Demikianlah,   terjadilah   hari-hari   pertempuran   militer.   Belum   lama   Nabi   saw   meletakkan   baju besinya, dan beliau kembali membangun pribadi kaum Muslim sehingga beliau terpaksa kembali memakai      baju   besinya   dan   kembali    berperang.    Ketika    musuh-musuh       Islam   yang   berada    di sekelilingnya   melihat   bahwa   kemampuan   militer   mereka   tidak   dapat   menandingi   kemampuan kaum Muslim, maka mereka sengaja melakukan cara-cara baru untuk memerangi Islam. Yaitu peperangan psikologis atau peperangan urat syaraf dengan   cara menyebarkan berbagai macam isu atau apa yang dinamakan Al-Qur'an al-Karim dengan peristiwa al-Ifik (kebohongan). Setelah peperangan   Bani      Musthaliq    yaitu   peperangan     yang   membawa   kemenangan          yang   cepat   bagi kaum Muslim, terjadilah kesalahpahaman dan pertengkaran di antara sahabat-sahabat yang biasa mengambil air di mana salah seorang mereka berteriak: "wahai kaum Muhajirin," dan yang lain berteriak: "Wahai kaum Anshar." Peristiwa yang sangat sepele itu dimanfaatkan oleh pemimpin kaum munafik yaitu Abdullah bin Ubai. Abdullah bin Ubai memprovokasi orang-orang Anshar untuk menyerang kaum Muhajirin.

Ia ingin membangkitkan luka-luka jahiliah yang lama yang telah dibuang dan telah dikubur oleh Islam, Salah satu yang dikatakan oleh Ibnu Ubai adalah, "sungguh mereka telah menyaingi kita dan   mengambil   kebaikan   dari   dan   seandainya   kita   telah   kembali   ke   Madinah   niscaya   orang- orang yang mulai akan dapat mengusir orang-orang yang hina di dalamnya." Zaid   bin   Arqam   menyampaikan   kalimat   si   munafik   itu   kepada   Nabi   saw,   di   mana   kalimat   itu berisi    provokasi     terhadap     orang-orang      Anshar     untuk    menyerang       kaum     Muhajirin.     Ubai menginginkan   agar   mereka   berpecah   belah   dan   agar   kesatuan   mereka   runtuh.   Si   Munafik   itu segera   datang   kepada   Rasul   saw   dan   menafikan   apa   yang   dikatakannya.   Orang-orang   Muslim secara   lahiriah   membenarkan   perkataan   si   munafik   itu   dan   mereka   justru   menuduh   Zaid   bin Arqam salah mendengar. Tetapi hakikat peristiwa itu tidak tersembunyi dari Nabi saw sehingga peristiwa itu sangat menyedihkan beliau.   Lalu beliau mengeluarkan perintah agar para sahabat pergi ke suatu tempat yang tidak biasanya mereka lalui. Kemudian beliau pergi bersama sahabat di hari itu sampai waktu malam menyelimuti mereka. Dan kini, mereka memasuki waktu pagi. Kepergian   yang   singkat   dan   tiba-tiba   itu   mampu   menepis   kebohongan   yang   dirancang   oleh   si Munafik,      Abdullah   bin   Ubai.     Yaitu   kebohongan      yang   bertujuan   untuk     membakar   persatuan kaum Muslim ketika ia berusaha untuk menyalakan api di tengah-tengah rumah sang Nabi saw. Ketika Nabi masih memiliki kekuatan yang menakutkan bagi yang mencoba melawannya, maka mereka pun melakukan berbagai penipuan dan, makar. Dan salah satu yang menjadi obyek tipu daya itu adalah istri beliau, yaitu Aisyah. Alkisah, Aisyah pada suatu hari pergi untuk memenuhi hajatnya lalu dilehernya terdapat anting-anting. Setelah ia memenuhi hajatnya, anting-anting itu terjatuh   dari   lehernya   dan   ia   tidak   mengetahui.   Ketika   Aisyah   kembali   dari   kafilah   yang   telah siap-siap untuk pergi, ia kembali mencari kalungnya sampai ia menemukannya. Sementara itu orang-orang yang membawanya dalam tandu (haudaj) mengira Aisyah sudah berada di dalamnya. Mereka tidak ragu dalam hal itu karena memang berat badan Aisyah sangat ringan. Pasukan Nabi berjalan dan membawa tandu, sedangkan Aisyah tidak ada di dalamnya. Aisyah kembali   dan   tidak   mendapati   pasukan   di   mana   mereka   telah   pergi.   Aisyah   merasa   heran   atas kepergian   pasukan   yang   begitu   cepat.   Aisyah   merasa   takut   saat   ia   berdiri   sendirian   di   padang gurun. Aisyah berusaha bersikap baik, ia duduk di tempatnya di mana di situlah untanya duduk juga.   Aisyah   melipat-lipat   pakaiannya   sambil   berkata   dalam   dirinya:   Mereka   akan   mengetahui bahwa aku tidak ada dan karena itu mereka akan kembali mencariku dan akan menemukan aku.

Sementara       itu,  Sofwan    bin   Mu'athal    juga   tertinggal   karena    ia  melakukan      keperluannya.      Ia berjalan   dari   arah   yang   jauh   lalu   ia   melihat   bayangan   orang   yang   tidak   begitu   jelas.   Sofwan mendekat   dan   tiba-tiba   ia   mengetahui   bahwa   ia   sedang   berdiri   di   hadapan   Aisyah.   Ia   melihat Aisyah     sebelum     diwajibkannya       perintah   memakai      hijab   (jilbab)  atas   istri-istri  Nabi.  Ketika melihatnya,   Sofwan   berkata:   "Sesungguhnya   kita   milik   Allah   SWT   dan   kepadanya   kita   akan kembali,... istri Rasulullah Aisyah tidak menjawab. Sofwan       mundur      dan    mendekatkan       untanya      kepadanya      sambil     berkata:    "Silakan     Anda menaikinya."       Aisyah    pun    menaikinya.     Kemudian       Sofwan     membawanya        pergi   dan   mencari pasukan   yang   telah   meninggalkannya.   Sementara   itu,   pasukan   Nabi   sedang   beristirahat.   Para sahabat   mengira   bahwa   Aisyah   masih   berada   dalam   tandu.   Tiba-tiba   mereka   terkejut   ketika Aisyah datang kepada mereka bersama Sofwan yang menuntun untanya. Tokoh   munafik   Abdullah   bin   Ubai   segera   memanfaatkan   kesempatan   emas   ini.   Ia   membuat kisah bohong   yang terkesan menuduh istri Nabi melakukan pengkhianatan. Abdullah bin Ubai pandai   memilih   beberapa   sahabat   yang   dikenalinya   sebagai   orang-orang   yang   mudah   percaya dan cenderung membenarkan hal-hal yang bersifat lahiriah, atau ia mengetahui bahwa di antara mereka   dan   Aisyah   terdapat   kedengkian   sehingga   mereka   suka   jika   tersebar   kebohongan   yang berkenaan dengan Aisyah. Demikianlah         pemimpin       munafik      itu   berhasil     menjerat     beberapa      sahabat     dalam     tali kebohongannya,   di   antaranya   Hasan   bin   Sabit.   Musthah,   dan   seorang   wanita   yang   dipanggil Hamnah binti Jahasv. yaitu saudara perempuan Zainab binti Jahasy istri Rasulullah saw. Ketiga orang   itu   tertipu   dengan   kebohongan   tersebut   lalu   mereka   menyebarkannya   sehingga   orang- orang yang terjerat dalam kebo hongan itu mengatakan apa saja yang mereka inginkan. Akhirnya. pasukan   pun   berguncang   dengan   isu   itu.   Sementara   itu,   Aisvah   tidak   mengetahui   sedikit   pun tentang   hal   tersebut.    Isu   tersebut   bertujuan   untuk   menjatuhkan       Islam   dan   melukai   perasaan RasuhiHah       saw    dan   itu  termasuk     peperangan      menentang      Rasulullah    saw    dan   ajaran   yang dibawanya. Begitu juga ia bertujuan menunjukkan bahwa kaum Muslim tidak konsekuen dengan akidah yang mereka yakini dan secara tidak langsung ia juga menyerang kesucian rumah tangga Aisyah. Pasukan   kembali   ke   Mekah   dan   Aisyah   jatuh   sakit,   namun   ia   tidak   mengetahui   isu-isu   yang dikatakan   tentang   dirinya.   Kemudian   Rasulullah   saw   mendengar   hal   itu   sebagaimana   ayahnya Abu   Bakar   dan   ibunya   pun   mendengarnya,   namun   tak   seorang   pun   di   antara.   mereka   yang memberitahu Aisyah. Begitu juga Rasul saw tidak menceritakan peristiwa itu di hadapan Aisyah. Namun      sikap   beliau   berubah    di  mana    beliau   tidak   lagi  menunjukkan      perhatiannya     seperti biasanya saat Aisyah sakit.

Ketika beliau menemui Aisyah dan saat itu ibunya ada di situ, beliau berkata:   "Bagaimana   keadaanmu?"   Beliau   tidak   lebih   dari   mengucapkan   kata-kata   itu.   Ketika Aisyah melihat perubahan sikap Rasul saw, ia mulai marah. Pada suatu hari ia berkata pada Nabi: "Seandainya       engkau    mengizinkan      aku,  niscaya    aku  akan    pindah   ke   tempat   ibuku."    Beliau menjawab: "Itu tidak ada masalah." Aisyah pun pindah ke tempat ibunya dan ia tidak mengetahui sama sekali apa yang sebenarnya terjadi padanya. Setelah melalui lebih dari dua puluh malam, Aisyah sembuh dari sakitnya dan ia pun    belum     mengetahui      hal-hal   yang    dikatakan    tentang    dirinya.   Umul     mu'minin     Aisyah menceritakan       bagaimana      ia  mengetahui     isu   bohong    tersebut    dan   bagaimana     Allah    SWT membebaskannya          dari  isu  itu,  ia  berkata:   "Kami    adalah    kaum    Arab    di  mana    kami   tidak mengambil di rumah kami tanggung jawab ini yang biasa di ambil oleh orang-orang Ajam. Kami membencinya.   Kami   keluar   untuk   menikmati   keluasan   kota.   Sementara   itu   para   wanita   keluar pada setiap malam untuk memenuhi hajat mereka. Pada suatu malam, aku keluar bersama Ummu Musthah      untuk    memenuhi      sebagian     keperluanku.     Lalu   ia  berkata:    "Tidakkah     kau   sudah mendengar       suatu   berita  wahai   putri   Abu   Bakar?"    Aku    bertanya,    "berita  apa   itu?"  Lalu   ia memberitahukan padaku apa-apa yang dikatakan oleh para penyebar kebohongan. Aku berkata: "Apa ini memang benar?" Ia menjawab: "Demi Allah, ini benar-benar terjadi." Aisyah berkata: "Demi   Allah,   aku   tidak   mampu   memenuhi   hajatku."   lalu   aku   pulang.   Demi   Allah,   aku   tetap menangis      sampai-sampai      aku   mengira    bahwa     tangisanku    akan   merusak     jantungku    dan   aku berkata   kepada   ibuku,   mudah-mudahan   Allah   SWT   mengampunimu,   banyak   orang   berbicara tentangku namun engkau tidak menceritakan sedikit pun kepadaku. Ia berkata: "Wahai anakku, sabarlah demi Allah jarang sekali wanita yang baik yang dicintai oleh seorang lelaki yang jika ia memiliki   istri-istri   yang   lain   (madunya)   kecuali    wanita   itu   akan   diterpa   oleh   berbagai   isu." Aisyah berkata: "Rasulullah saw berdiri dan menyampaikan pembicaraannya pada mereka dan aku tidak mengetahui hal itu." Beliau memuji Allah SWT kemudian berkata: "Wahai manusia, bagaimana       keadaan     kaum    lelaki   yang    menyakiti     aku   melalui    keluar   gaku    dan   mereka mengatakan   sesuatu   yang   tidak   benar.   Demi   Allah,   aku   tidak   mengenal   mereka   kecuali   dalam kebaikan.   Lalu   mereka   mengatakan   hal   itu   pada   seorang   lelaki   yang   aku   tidak   mengenalnya kecuali dalam kebaikan di mana ia tidak memasuki suatu rumah dari rumah-rumahku kecuali ia bersamaku." Kemudian Rasulullah saw memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid dan bermusyawarah         dengan    keduanya.     Usamah      hanya    melontarkan      pujian    dan   berkata:   "Ya Rasulullah aku tidak mengenal istrimu kecuali dalam kebaikan dan berita ini hanya kebohongan dan kebatilan," sedangkan Ali berkata: 'Ya Rasulullah masih banyak wanita yang lain yang dapat kau percaya." Kemudian Rasulullah saw memanggil Burairah dan bertanya kepadanya, lalu Ali berdiri   kepadanya   dan   memukulnya   dengan   keras   sambil   berkata:   "Jujurlah   kepada   Rasulullah saw," lalu wanita itu berkata: "Demi Allah, aku tidak mengetahui kecuali kebaikan. Aku tidak pernah   mencela   Aisyah   kecuali   pada   suatu   waktu   aku   sedang   membikin   adonan   roti   lalu   aku memerintahkannya untuk menjaganya namun Aisyah tertidur dan datanglah kambing lalu adonan itu dimakan olehnya." Aisyah berkata: "Kemudian datanglah kepadaku Rasulullah saw dan saat tu aku bersama kedua orang   tuaku   dan   seorang   wanita   dari   kaum   Anshar.

  Aku   menangis   dan   wanita   itu   pun   turut menangis. Rasulullah saw duduk lalu memuji Allah SWT dan berkata: "Wahai Aisyah, sungguh kamu      telah   mendengar       sendiri   apa    yang    dikatakan     orang-orang      tentang    dirimu,    maka bertakwalah      kepada     Allah   SWT     dan   jika  engkau    telah   melakukan      keburukan     seperti   yang diucapkan   orang-orang   itu,   maka   bertaubatlah   kepada   Allah   SWT   karena   sesungguhnya   Allah SWT   menerima   taubat   dari   hamba-hamba-Nya."   Aisyah   berkata,   "demi   Allah,   itu   tidak   lain hanya kebohongan yang dialamatkan kepadaku sehingga membuat air mataku kering. Aku sama sekali    tidak   seperti   yang   mereka     katakan,"    lalu  aku   menunggu       kedua    orang    tuaku   untuk mengatakan   tentang   diriku   namun         mereka   justru   terdiam.   Aisyah   berkata,   "demi      Allah   aku merasa     sebagai    seorang    yang   hina   yang   tidak   layak   diturunkan    Al-Qur'an   dari   Allah    SWT berkenaan      denganku,     tetapi   aku   hanya    berharap    agar   Nabi   saw    melihat    kebohongan      yang dialamatkan   kepadaku   itu   sehingga   ia   memastikan   terbebasnya   aku   darinya."   Aisyah   berkata: "Ketika   aku   tidak   melihat   kedua   orang   tuaku   berbicara   aku   berkata   kepada   mereka   tidakkah kalian menjawab apa yang dikatakan Rasuullah saw?" Mereka berkata: "Demi Allah kami tidak mengetahui   apa   yang   harus   kami   jawab."  Aku   mengetahui   bahwa   aku   bebas   dari   tuduhan   itu. Tiba-tiba     Rasulullah    saw   mengusap      keringat    dari  wajahnya     sambil   berkata:    "Bergembiralah wahai   Aisyah   karena   sesungguhnya   Allah   SWT   telah   menurunkan   ayat   yang   membebaskan kamu dari tuduhan itu," lalu aku berkata: "Segala puji bagi Allah SWT." Kemudian beliau keluar menemui para sahabat dan membacakan kepada mereka ayat berikut ini: "Sesungguhnya orang- orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa  berita   bohong   itu   buruk   bagi   kamu.   Tiap-tiap   seseorang   dari   mereka   mendapat   balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam   penyiaran   berita   bohong   itu,   maka   baginya   azab   yang   besar.   "   (QS.   an-Nur:   11)   Jibril turun   kepada   Nabi   saw   untuk   menyampaikan   terbebasnya   Aisyah   dari   segala   tuduhan   yang ditujukan kepadanya. Dan gagallah peperangan psikologis menentang kaum Muslim dan rumah tangga     Rasulullah      saw,    dan   kelompok-kelompok           kafir   meyakini      bahwa     mereka     harus menggunakan         cara   baru   lagi  untuk    menentang      Islam.   Kemudian       Rasulullah     saw   kembali memasuki        pergulatan     menentang      peperangan      fisik.  

Read More