Alasan KH Imaduddin Al-Bantany yang
membatalkan nasab Ba'Alwi berdasarkan hasil dari penelitian ilmiahnya
Artikel ini tidak untuk memperkeruh
polemic nasab yang terjadi tetapi mengharapkan polemic nasab ini segera
berakhir dan menemukan jawaban untuk menjadi sebuah kesimpulan alasan penulis
membuat artikel ini hanya mengarahkan kepada antitesa agar menjawab hal-hal
penting yang menjadi permasalahan pembuat tesis terkait pembatalan nasab bani
Alawy yang tersambung kepada nabi Muhammad SAW secara ilmiah agar polemic ini
tidak menjadi berkepanjangan
Berikut ini silsilah keluarga
keluarga Alawyin yang menjadi pokok penelitian dari KH.Imaduddin yang penulis
peroleh dari salah satu situs yang membagikan silsilah keluarga versi Naqobatul
Asryaf al Kubro pohon keluarga di bawah ini adalah pohon keluarga yang di batalkan oleh KH.Imaduddin Utsman al-Bantani
|
Silsilah walisongo menurut naqabatul asyrof al kubro
|
sumber gambar bisa didownload pada akhir artikel ini
dikutip dari channel gus fuad plered
KH.Imaddudin memberi beberapa poin terkait hasil penelitian ilmiah beliau
1. Ubaidilah
tidak terbukti anak Ahmad bin Isa berdasarkan kitab sejaman Ahmad bin Isa wafat tahun 345 hijriah kitab-kitab nasab yg
banyak ditulis di masa itu tidak
mencatat Ubaidilah anak ahmad bin Isa termasuk juga kitab-kitab di abad
setelahnya yaitu mulai dari abad 3 sampai abad ke 9
2. Ahmad bin
Isa tidak terbukti hijrah ke yaman
berdasarkan kitab abad ke 5 sampai ke 9 di dalam kitab nasab maupun kitab
sejarah
3. Makam Ahmad
bin Isa menurut penelitian beliau tidak pernah ada pada abad ke 3 hingga abad
ke 8 Makam Ahmad bin Isa yang berada di Hadramaut baru ditemukan di
abad ke-9 berdasarkan kitab Tarikh "Kitab yang mempelajari tentang asal- usul,perkembangan,kebudayaan atau
peradaban di masa lampau" Ahmad bin Isa wafat pada tahun 345 hijriah dan
makam Ahmad bin Isa baru di temukan pada abad ke 9 berarti makam itu tidak
pernah ada selama 550 tahun
4. Batu nisan Muhammad
Shahib Mirbath yang ada di Mirbath di buat pada abad 9 atau ke 10 hijriah bukan hanya Muhammad Shahib Mirbath yang tidak
pernah ada atau tokoh fiktif bahkan
Ubaidilah->Alwi->Muhammad->Alwi->Ali->Muhammad Shahib Mirbat
semua nama yang telah di sebutkan tidak pernah ada karena tidak pernah tercatat
oleh sejarah apapun baik di dalam kitab sejarah maupun nasab seperti yang
ditulis KH.Imaduddin
menurut hasil penelitan beliau
berdasarkan kitab tarikh yang ada di
Hadramaut Semua pentahqiq "Tahqiq upaya untuk mengidentifikasi suatu
masalah" semua dari klan Ba'Alwi dan mengiterpolasi atau melakukan
penyisipan tokoh yang tidak ada dalam manuskrip aslinya
5.Muhammad bin
Ali baru diber gelar Muhammad Shahib Mirbath pada abad ke 9 agar tidak rancu Shahib Mirbath sebutan gelar untuk orang yang
bermukim di di kota Mirbath, wilayah Dhafar, Oman selatan, setelah pindah dari
kota Tarim, wilayah Hadramaut, Yaman Kata shahib bersinonim (makna sama atau
mirip) dengan kata maula, yang berarti seseorang yang bermukim atau berkuasa di
suatu tempat KH.Imaduddin telah menemukan sebuah kitab yang dengan tegas
mengatakan siapa yang bergelar Sohib Mirbat. ia bukan Muhammad bin Ali Ba
Alawi, bukan pula Muhammad bin Ali al-Qola’i.Sohib Mirbat, adalah gelar yang
diberikan kepada Penguasa di Kota Mirbat yang bernama Muhammad bin Ahmad
al-Ak-hal al-Manjawi yang di beri gelar oleh Ibnu Khaldun dan Ibnul Atsir,pakar
sejarah abad ke-7 dalam kitabnya al-Kamil fi al-Tarikh menyebutkan bahwa di
tahun 601 Hijriah, Muhammad al-Akhal Sohib Mirbat, digantikan oleh mantan
menterinya yang bernama Mahmud bin Muhammad al-Himyari. (al-Kamil fi al-Tarikh:
10/ 203).
6. Abdullah bin
Shahib Mirbath yang tercatat dalam kitab pada abad ke 10 sebagai anak Muhammad
Shahib Mirbath yang mendapat ijazah dari Muhammad bin Ali al-Qola’i adalah
fiktif menurut hasil penelitian
KH.Imaduddin berdasarkan tidak ada kitab dari bidang apapun yang mencatat atau
menceritakan Muhammad Al Qolai ulama besar di mirbad yang hidup sejaman dengan
beliau
menurut penelitian KH.Imaduddin
cerita sebenarnya Muhammad bin Ali al-Qola’i seorang ulama besar di mirbad yang
hidup sejaman dengan Muhammad Shahib Mirbath memberikan ijazah kepada Abdullah
(syarif Abdullah) kemudian syarif Abdullah ini di sebutkan sebagai anak
Muhammad Shahib Mirbath
padahal yang sebenarnya Abdullah
(syarif Abdullah) ini bukanlah Abdullah bin Shahib Mirbath
7. jadid yang
terdapat di dalam kitab karya Al-Janadi (w. 730 H) tidak terbukti sebagai
saudara alwi menurut KH.
Imaduddin Pengarang kitab Syamsudzahirah (w. 1320 H), tidak membiarkan
ke-tidakmasukakal-an ini lama terjadi, ia lalu mengulang nama Bashri dan
Abdullah. Perhatikan silsilah Salim Bin Bashri sampai kepada Ahmad bin Isa
dalam kitab Syamsudzahirah sebagai berikut: Salim bin Bashri bin Abdullah bin
Bashri bin Abdullah/Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. (Syamsudzahirah h. 69).
Dengan mengulang nama Bashri dan Abdullah, silsilah ini Nampak lebih masuk
akal, walau masih berantakan.Pola pengulangan nama ini terjadi, selain kepada
keluarga Bashri, juga kepada keluarga Jadid dan Alwi. Tujuan pengulangan
nama-nama ini, adalah sebagai syarat penyesuaian tahun yang telah tercatat
dengan data nama yang diketahui berikutnya agar nampak selaras dan masuk akal.
Perhatikan silsilah nasab Bani
Jadid! Silsilah keluarga ini adalah “silsilah mudhtaribah” (silsilah yang
berubah-ubah). Dalam satu riwayat Jadid berayah Abdullah, namun dalam riwayat
lain ia berayah Ahmad. Sebagaimana yang telah penulis tulis dalam tulisan
berjudul “EMPAT NAMA NASAB BA ALAWI TERINDIKASI KUAT FIKTIF”.terlebih lagi
nasab yang Ba'Alwy cangkok selalu diinkiratkan (tidak mempunyai keturunan)
jadid inkirad di akhir abad ke 6 demikian juga dengan salim bin basri
8. ada sebuah
kitab pada abad ke 10 (kitab tarikh zanbal) pada kitab ini mencatat nama Faqih
Muqaddam menurut peneliti sejarah Hadraumaut Prof. Husein saleh bin Isa bin
Umar bin Salman kitab itu menurut Prof.Hussein adalah kitab jiplakan dari kitab
Ibnu Hisan kitab yang ada pada abad sebelumnya
di jiplak kemudian tidak diatas namakan Ibnu Hisan tetapi diatas namakan Syech
Sambal Ba'Alwy dan kemudian isinya ditambah dan menyisipkan nama-nama dari
tokoh Ba'Alwy
9. Kitab al
Baha'fi tarikh Hadramaut karya
AbdurRahman bin Ali bin Hisan yang wafat pada tahun 818 hijriah
(kitab yang di jiplak) oleh keluar
Ba'Alwy menurut KH.Imaduddin, Kitab al Baha'fi tarikh Hadramaut karya
AbdurRahman bin Ali ditahqiq oleh orang yang sama yaitu Muhammad Abdullah al
Habsy dan didalamnya disipkan nama-nama dari keluarga Ba'Alwy yang
sebenarnya dari manuskrip asli tidak ada nama dari keluarga Ba'Alwy
-sebagai tambahan referensi Kitab
al-Majdi(ul qudul almajdi) menurut KH.Imaduddin adanya pergantian minal menjadi
bin
10. Kitab al
Imam Al Muhajir yang di tulis oleh Muahammad buaya sihab dan Abdullah bin Nuh
yang ada di indonesia kitab ini ditulis tanpa referensi sejarah kitab ini berisi tentang biografi dan kisah hidup Imam al Muhajir
kitab ini hanya memiliki referensi dari kitab keluarga Ba'Alwy sendiri yaitu
Al-Burqoatul Musyiqoh dan Al-Jauhar Al-Syafaf
Menurut pendapat Prof.DR
Menachem Ali
untuk mencari kebenaran tidak bisa
dilakukan oleh klaim sepihak atau dokumen internal tetapi harus di dukung oleh
dokemen eksternal terlebih lagi dalam konteks sejaman beliau mencontohkan
beberapa salam dari berbagai kepercayaan
Salam (muslim), Salom (yahudi dan
nasrani), santi Om (hindu),Sancai (konghucu) yang artinya damai sejahtera
berarti membuktikan semua ajaran agama itu merujuk kepada Dzat yang mutlak yang
satu itu
menurut Prof.Dr Menachem Ali barang
siapa yang berhujah berdasarkan dokumen internal maka hujah itu hanya berlaku
dikalangan atau kelompoknya sendiri tidak perlu memaksa kelompok lain jika
ingi diakui sebagai hujah yang luas maka
hadirkan juga dokumen eksternal
Sebagai pesan bagi warga nusantara
agar tidak menjadi bangsa inferior KH.Imaduddin mengingatkan agar mempelajari
bani jawi yang sejarahnya ditemukan 4000sm di yordania dan ditemukan kapur
barus dari jawa pada masa 6000sm di jepang ditemukannya keris jawa pada jaman
purba agar kita bangga dengan asal-usul kita dan tidak mudah merasa inferior
maka telitah leluhur bani jawi tersebut
Tulisan diatas di buat hanya sebagai
bahan tambahan dari fokus tesis yang di permasalahkan KH.Imaduddin untuk
memperkuat bukti tesisnya bagi pendukung tesis dan mencari jawabannya dan bukti
kesalahanya dari pihak antitesa agar pemasalahan ini tidak bertambah besar dan
menjadi saling menjelekan dan menjatuhkan satu sama lain apalagi sesama saudara
Muslim dan pihak yang salah semoga bisa menerima hasil dari kesalahanya
tentunya berdasarkan bukti ilmiah juga
Permasalahan terkait polemik nasab dan akibatnya
sebenarnya adanya polemik nasab ini
menjadikan umat islam lebih produktif asalkan penyelesaian atau jawaban juga
bedasarkan penelitian dan data yang akan memunculkan kesimpulan baru dan
menjadi ilmu baru untuk masyarakat bukan di jawab dengan ujaran kebencian dan
saling mengejek dan saling mencari kesalahan masing-masing yang dapat
menimbulkan fitnah yang hanya menambah keruhnya polemik ini dan terkesan adu
domba terhadap sebuah karya ilmiah mengingat kembali pada masa keemasan islam
saat Imam al-Ghazali tidak menyukai pola pikir para filosof Beliau mengarang
kitab Tahafut al-Falasifa dan ibnu rusyd membantahnya dengan menulis kitab
Tahafut at-Tahafud sebenarnya tidak ada masalah justru berdampak positif
menambah pengetahuan masyarakat asal jawaban yang di berikan tidak hanya
berdasar emosional dan opini individu yang tidak berdasar yang menjadikan
polemik ini menjadi negatif
Jika kita bisa berpikir lebih dewasa dan bisa menyanggah tesis berdasarkan penelitian dan data maka pendapat Prof.DR Menachem
Ali adalah masukan yang sangat baik ketika melakuan penelitian tersebut
harus ada 2 data yang disajikan yakni dokumen internal dan eksternal agar dapat dijadikan hujah secara umum
Download sumber gambar nasabDownload dokumen