Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Sabtu, 19 April 2025

pengumpulan 7 sumber mata air Ngaji tradisi

Kediri – Kabupaten Kediri akan berusia 1220 pada 25 Maret 2024 ini. Tiga tahun belakangan Pemkab Kediri kearifan lokal dilestarikan secara serius. Salah satunya penyatuan air dari 7 sumber mata air.


Pengumpulan 7 Sumber Mata Air untuk Prosesi Sesucen Hari Jadi Kabupaten Kediri  Kediri – Kabupaten Kediri akan berusia 1220 pada 25 Maret 2024 ini. Tiga tahun belakangan Pemkab Kediri kearifan lokal dilestarikan secara serius. Salah satunya penyatuan air dari 7 sumber mata air.  Pengambilan air dari tujuh sumber ini melambangkan doa agar wilayah dengan penduduk sekitar 1,6 juta jiwa ini mendapatkan pitulungan (pertolongan) dari Tuhan.  Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Kesenian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, Nurvika Maharani usai mengambil air dari Sumber Sugih Waras, Desa Dukuh, Kecamatan Ngadiluwih, Kamis, (7/3/2024).  “(Diambil) tujuh sumber itu, karena mengingat tujuh itu (melambangkan) pitulungan. Jadi ada tujuh sumber yang akan kita ambil dalam setiap tahun,” jelasnya.  Dalam perayaan hari jadi Kabupaten Kediri, kata Nurvika, diawali dengan prosesi sesuci tirta tersebut. Kemudian air-air tersebut nantinya akan disatukan dalam sebuah wadah tertentu yang digunakan dalam prosesi basuhan Forkopimda di acara inti hari jadi.  Menurutnya, kekayaan sumber mata air di Bumi Panjalu sangat melimpah yang memungkinkan setiap tahunnya air yang diambil berasal dari sumber yang berbeda. Hal ini sekaligus bertujuan untuk mengenalkan berbagai potensi sumber mata air di Kabupaten Kediri.  “Setelah (air) terkumpul semua akan kita jadikan satu, untuk prosesi wijikan Mas Bup (sapaan akrab Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana) dan Forkopimda pada acara prosesi hari jadi,” urainya.  Nurvika menambahkan, di tahun ini pengambilan enam sumber mata air dilakukan selama tiga hari, yakni pada 6 hingga 8 Maret 2024. Sementara satu sumber air dari Desa Siman rencananya dilaksanakan menjelang prosesi inti.  Setiap proses pengambilan air tersebut, lanjutnya, biasanya diikuti dengan doa bersama dan kenduri yang disediakan sayuran, ingkung, hingga tumpeng yang difilosofikan sebagai bentuk gemah ripahnya Kabupaten Kediri.  Adapun air 7 sumber yang diambil prosesi di tahun ini yakni Adipati Panjer,Sumber Ubalan Polosoklaten, Sumber Sugihwaras Dukuh Ngadiluwih, Sumber dari lingkungan Makam Gus Miek Ngadi Mojo, Sumber Kembangan Paron Ngasem, Sendang Tirto Kamandanu Pamenang Pagu, serta sumber dari Desa Siman.  Senada dengan Nurvika, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4), Imam Mubarok mengatakan prosesi ini tak hanya sebagai wujud penyatuan elemen, namun juga sebagai wasilah untuk seluruh masyarakat Kabupaten Kediri.  Pasalnya, dari setiap sumber yang diambil dipercaya memiliki sejarah hingga kearifan lokal yang dapat membawa keberkahan. Salah satunya Sendang Tirto Kamandanu yang sudah banyak dikenal oleh berbagai kalangan sebagai peninggalan Prabu Jayabaya.  Pihaknya berharap tradisi pengambilan air dari 7 sumber ini bisa terus dilakukan mengingat hal ini merupakan akar budaya Kabupaten Kediri yang harus dijaga kelestariannya.  “Semoga di hari jadi ke-1220 menjadikan Kabupaten Kediri gemah ripah loh jinawi, ayem tentrem, bahagia semuanya, dan semakin maju dengan Kediri Berbudaya,” katanya.

Pengambilan air dari tujuh sumber ini melambangkan doa agar wilayah dengan penduduk sekitar 1,6 juta jiwa ini mendapatkan pitulungan (pertolongan) dari Tuhan.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Kesenian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, Nurvika Maharani usai mengambil air dari Sumber Sugih Waras, Desa Dukuh, Kecamatan Ngadiluwih, Kamis, (7/3/2024).

“(Diambil) tujuh sumber itu, karena mengingat tujuh itu (melambangkan) pitulungan. Jadi ada tujuh sumber yang akan kita ambil dalam setiap tahun,” jelasnya.

Dalam perayaan hari jadi Kabupaten Kediri, kata Nurvika, diawali dengan prosesi sesuci tirta tersebut. Kemudian air-air tersebut nantinya akan disatukan dalam sebuah wadah tertentu yang digunakan dalam prosesi basuhan Forkopimda di acara inti hari jadi.

Menurutnya, kekayaan sumber mata air di Bumi Panjalu sangat melimpah yang memungkinkan setiap tahunnya air yang diambil berasal dari sumber yang berbeda. Hal ini sekaligus bertujuan untuk mengenalkan berbagai potensi sumber mata air di Kabupaten Kediri.

“Setelah (air) terkumpul semua akan kita jadikan satu, untuk prosesi wijikan Mas Bup (sapaan akrab Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana) dan Forkopimda pada acara prosesi hari jadi,” urainya.

Nurvika menambahkan, di tahun ini pengambilan enam sumber mata air dilakukan selama tiga hari, yakni pada 6 hingga 8 Maret 2024. Sementara satu sumber air dari Desa Siman rencananya dilaksanakan menjelang prosesi inti.

Setiap proses pengambilan air tersebut, lanjutnya, biasanya diikuti dengan doa bersama dan kenduri yang disediakan sayuran, ingkung, hingga tumpeng yang difilosofikan sebagai bentuk gemah ripahnya Kabupaten Kediri.

Adapun air 7 sumber yang diambil prosesi di tahun ini yakni Adipati Panjer,Sumber Ubalan Polosoklaten, Sumber Sugihwaras Dukuh Ngadiluwih, Sumber dari lingkungan Makam Gus Miek Ngadi Mojo, Sumber Kembangan Paron Ngasem, Sendang Tirto Kamandanu Pamenang Pagu, serta sumber dari Desa Siman.

Senada dengan Nurvika, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4), Imam Mubarok mengatakan prosesi ini tak hanya sebagai wujud penyatuan elemen, namun juga sebagai wasilah untuk seluruh masyarakat Kabupaten Kediri.

Pasalnya, dari setiap sumber yang diambil dipercaya memiliki sejarah hingga kearifan lokal yang dapat membawa keberkahan. Salah satunya Sendang Tirto Kamandanu yang sudah banyak dikenal oleh berbagai kalangan sebagai peninggalan Prabu Jayabaya.

Pihaknya berharap tradisi pengambilan air dari 7 sumber ini bisa terus dilakukan mengingat hal ini merupakan akar budaya Kabupaten Kediri yang harus dijaga kelestariannya.

“Semoga di hari jadi ke-1220 menjadikan Kabupaten Kediri gemah ripah loh jinawi, ayem tentrem, bahagia semuanya, dan semakin maju dengan Kediri Berbudaya,” katanya.

Read More

Kisah Nabi Musa As bag 2

 Al-Mala'  adalah  para  penguasa  atau  para  pembesar  yang  bertanggungjawab

pada  keamanan.  Mereka  menyiapkan  persekongkolan  untuk  menyingkirkan

Musa. Apa  yang  dilakukan  oleh Musa  -  kalau memang  dianggap  sebagai  suatu

kesalahan  -  adalah  kejahatan  biasa  yang  hanya  dituntut  dengan  hukuman

penjara.  Lalu  siapakah  yang membuat  rencana  yang  demikian,  dan  siapakah

yang mendorong untuk melakukan persekongkolan untuk membunuhnya? Kami

kira  bahawa  kepala  keamanan  Mesir  tidak  menyukai  Musa.  Ia  mengetahui

bahawa Musa adalah anggota Bani Israil. Ia mengetahui bahawa sampainya peti

di  istana  Fir'aun  merupakan  suatu  rekayasa  yang  dirancang  oleh  musuh-

musuhnya yang menginginkan kedudukannya. Ini bererti kerana keteledorannya

dan  ketelodaran  anak-anak  buahnya.  Berapa  kali  orang  itu  menasihati  dan

menganjurkan  agar Musa  dibunuh  tetapi  Fir'aun  justru menampik  fikiran  itu.

Dan ketika datang saat yang ditentukan untuk membunuh Musa, Fir'aun justru

tunduk terhadap Isterinya yang sangat mencintai Musa.



Akhirnya, kesempatan emas ada di depannya. Para pembantunya mengatakan

kepadanya bahawa Musalah yang membunuh orang Mesir yang mereka temukan

jasadnya  kelmarin.  Selesailah  urusan  ini.  Kemudian  datanglah  perintah  dan

kesempatan  untuk membunuh Musa. Orang-orang  yang membenci Musa mulai

mendapatkan angin kegembiraan di mana mereka akan melihat Musa terbunuh,

tetapi Allah s.w.t mengirim seorang Mesir yang baik untuk mengingatkan Musa

agar berlari dari kejaran orang-orang yang lalim.


Allah s.w.t berfirman:


"Maka  keluarlah  Musa  dari  kota  itu  dengan  rasa  takut menunggu-  nunggu

dengan  khuatir,  dia  berdoa:  'Ya  Tuhanku,  selamatkanlah  aku  dari

orang-orang yang lalim itu.'" (QS. al-Qashash: 21)


Musa meninggalkan  kota  dan menjadi  orang  yang  terusir. Musa  segera  keluar

dalam  keadaan  takut dan  sambil waspada Musa  selalu berdoa dalam hatinya:

"Ya  Tuhanku,  selamatkanlah  aku  dari  orang-orang  yang  lalim."  Kaum  itu

memang  benar-benar  orang-orang  yang  lalim.  Mereka  ingin  menerapkan

hukuman  bagi  pembunuh  dengan  sengaja  atas  Musa,  padahal  Musa  tidak

melakukan  selain  berusaha  memisahkan  orang  yang  berkelahi  tetapi  dengan

tidak sengaja ia membunuhnya. Musa segera keluar dari Mesir. Beliau tidak lagi

pergi  ke  istana  Fir'aun  dan  tidak  mengganti  pakaiannya,  dan  beliau  tidak

membawa  makanan  untuk  perjalanan.  Beliau  tidak  membawa  binatang

tunggangan  yang  dapat menghantarkannya.  Beliau  tidak  pergi  bersama  suatu

kafilah. Beliau langsung pergi ketika mendapatkan khabar dari seorang mukmin

yang mengingatkannya dari ancaman Fir'aun.


Musa melalui jalan yang tidak  lazim dilalui orang biasa. Musa memasuki gurun

dan  ia menuju  ke  suatu  tempat  yang  di  situ  Allah  s.w.t membimbingnya.  Ini

adalah pertama kalinya beliau keluar dan mengharungi gurun pasir  sendirian.

Kemudian  sampailah  Musa  di  suatu  tempat  yang  bernama  Madyan.  Musa

istirahat  dan  duduk-duduk  di  dekat  sumur  yang  besar  di  mana  di  situ

orang-orang mengambil  air  untuk memberi minum  kepada  binatang-binatang

tunggangan  mereka  dan  binatang-binatang  gembalaan  mereka.  Musa  tidak

membawa  makanan  selain  daun-daun  pohon.  Musa  minum  dari  sumur-sumur

yang  ditemukannya  di  tengah  jalan.  Sepanjang  perjalanan  Musa  merasakan

ketakutan; jangan-jangan Fir'aun mengirim orang untuk menangkapnya. Ketika

Musa  sampai di kota Madyan Musa berbaring di  sisi pohon dan  istirahat. Musa

merasa  lapar  dan  keletihan.  Sandal  yang  dipakainya  tampak  mulai  rosak.

Beliau  tidak  mempunyai  wang  yang  cukup  untuk  membeli  sandal  baru,  dan

beliau  juga  tidak mempunyai wang  yang  cukup  untuk membeli makanan  dan

minuman.


Nabi Musa berdiri dalam keadaaan bingung dan tubuhnya tampak menggigil di

tengah-tengah  keluarganya.  Kemudian  Nabi  Musa mengangkat  kepalanya  dan

menyaksikan  sesuatu dari  jauh.  Sesuatu  yang beliau  saksikan adalah api yang

sangat  besar  yang  menyala-nyala  dari  kejauhan.  Maka  hati  Musa  dipenuhi

dengan  rasa  gembira.  Ia  berkata  kepada  keluarganya:  "Aku  melihat  api  di

sana." Lalu beliau memerintahkan kepada mereka untuk  tinggal di  tempatnya


sehingga beliau pergi ke api itu. Barangkali di sana beliau mendapatkan suatu

berita  atau  akan  menemukan  seseorang  yang  dapat  memberinya  petunjuk

sehingga  beliau  tidak  tersesat,  atau  beliau  dapat  membawa  sebahagian  api

yang menyala sehingga tubuh mereka menjadi hangat.


Keluarganya melihat api yang diisyaratkan oleh Musa tetapi sebenarnya mereka

tidak  melihat  sesuatu  pun.  Mereka  tetap  mentaatinya  dan  duduk  sambil

menunggu  kedatangan  Musa.  Musa  bergerak  menuju  ke  tempat  api.  Musa

segera berjalan  untuk menghangatkan  tubuhnya,  sementara  tangan  kanannya

memegang  tongkatnya dan  tubuhnya  tampak basah kuyup kerana hujan. Nabi

Musa  tetap  berjalan  sampai  ia mencapai  suatu  lembah  yang  bernama  Thua'.

Beliau menyaksikan  sesuatu  yang unik di  lembah  ini. Di  lembah  itu  tidak ada

rasa dingin dan tidak ada angin yang bertiup. Yang ada hanya keheningan. Nabi

Musa  mendekati  api.  Belum  lama  beliau  mendekatinya  sehingga  beliau

mendengar suara panggilan:


"Maka  tatkala  dia  tiba  di  (tempat)  api  itu,  diserulah  dia:  'bahawa  telah

diberkati  orang-orang  yang  berada  di  dekat  api  itu,  dan  orang-orang  yang

berada  di  sekitarnya.  Dan  Maha  Suci  Allah,  Tuhan  semesta  alam."  (QS.

an-Naml: 8)


Tiba-tiba  Nabi  Musa  berhenti  dan  badannya  menggigil.  Suara  itu  tampak

terdengar  dan  datang  dari  segala  tempat  dan  tidak  berasal  dari  tempat

tertentu.  Musa  melihat  api  dan  beliau  kembali  merasa  menggigil.  Beliau

mendapati suatu pohon hijau dari duri dan setiap kali pohon  itu terbakar dan

berkobar api darinya maka pohon  itu  justru  semakin hijau. Seharusnya pohon

itu berubah warnanya menjadi hitam saat terbakar, tetapi anehnya api justru

meningkatkan  warna  hijaunya.  Musa  tetap  menggigil  meskipun  beliau

merasakan kehangatan dan tampak mulai berkeringat.


Lembah yang di situ Musa berdiri adalah lembah Thua'. Musa meletakkan kedua

tangannya  di  atas  kedua  matanya  kerana  saking  dahsyatnya  cahaya.  Beliau

melakukan yang demikian itu sebagai usaha untuk melindungi kedua matanya.

Kemudian Musa bertanya dalam dirinya:  Ini cahaya atau api? Tiba-tiba beliau

tersungkur ke tanah sebagai wujud rasa takut, lalu Allah s.w.t memanggil:


"Wahai Musa." (QS. Thaha: 11)

Musa mengangkat kepalanya dan berkata: "Ya." Allah berkata:

"Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu." (QS. Thaha: 12)

Musa semakin menggigil dan berkata: "Benar wahai Tuhanku."

Allah  s.w.t berkata:  "Maka  lepaskanlah  kedua  sandalmu  sesungguhnya  engkau

berada  di  lembah  yang  suci  yang  bernama  Thua'." Musa  tertunduk  dan  rukuk

sementara  tubuhnya  tampak  gementar  dan  beliau  mulai  melepas  sandalnya


Allah s.w.t berkata:

Maka  tinggalkanlah  kedua  terompahmu;  sesungguhnya  kamu  berada  di

lembah yang suci, Thuwa'. " (QS. Thaha: 12)


Musa  rukuk  dan  melepas  kedua  sandalnya.  Kemudian  Allah  s.w.t  kembali

berkata:

"Dan  Aku  telah  memilih  kamu,  maka  dengarkanlah  apa  yang  akan

diwahyukan  (kepadamu).  Sesungguhnya  Aku  ini  adalah  Allah,  tidak  ada

Tuhan  (yang  hak)  selain  Aku,  maka  sembahlah  Aku  dan  dirikanlah  salat

untuk  mengingat  Aku.  Sesungguhnya  hari  kiamat  itu  akan  datang.  Aku

merahsiakan  (waktunya)  agar  supaya  tiap-tiap  diri  itu  dibalas  dengan  apa

yang diusahakan. Maka sekali-kali  janganlah kamu dipalingkan darinya oleh

orang yang  tidak beriman kepadanya dan oleh orang  yang mengikuti hawa

nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa." (QS. Thaha: 13-16)


Musa  semakin gementar  saat beliau menerima wahyu  Ilahi dan  saat berdialog

dengan  Allah  s.w.t.  Allah  s.w.t  yang  Maha  Pengasih  dan  Maha  Penyayang

berkata:


"Apakah itu yang ada di tangan kananmu, hai Musa?" (QS. Thaha: 17)


Bertambahlah kehairanan Nabi Musa. Allah s.w.t adalah Zat yang mengajaknya

berbicara  dan  tentu  Dia  lebih  mengetahui  daripada  Musa  tentang  apa  yang

dipegangnya,  lalu mengapa Allah  s.w.t  bertanya  kepadanya  jika memang Dia

lebih  mengetahui  darinya.  Tak  ragu  lagi  bahawa  di  sana  ada  hikmah  yang

tinggi. Musa menjawab pertanyaan itu dengan suaranya yang tampak mengigil:


Allah berfirman:

"Lemparkanlah ia, hai Musa!" (QS. Thaha: 19)

Musa  melemparkan  tongkatnya  dari  tangannya  dan  rasa  hairannya  semakin

menjadi-jadi.  Tiba-tiba  Musa  dikejutkan  ketika  melihat  tongkat  itu  menjadi

ular  yang  besar.  Ular  itu  bergerak  dengan  cepat.  Musa  tidak  mampu  lagi

menahan  rasa  takutnya.  Musa  merasa  tubuhnya  bergetar  kerana  rasa  takut.

Musa membalikkan tubuhnya kerana takut dan ia mulai lari. Belum lama ia lari,

belum sampai dua langkah, Allah s.w.t memanggilnya:


"Hai  Musa,  janganlah  kamu  takut,  sesungguhnya  orang  yang  menjadikan

rasul, tidak takut di hadapanku. " (QS. an-Naml: 10)

"Hai  Musa  datanglah  kepada-Ku  dan  janganlah  kamu  takut.  Sesungguhnya

kamu termasuk orang-orang yang aman. " (QS. al- Qashash: 31)

Musa  kembali memutar  badannya  dan  berdiri.  Tongkat  itu  tampak  bergerak

dan ular itu pun tetap bergerak. Allah s.w.t berkata kepada Musa:

"Peganglah  ia  dan  janganlah  takut,  Kami  akan  mengembalikannya  kepada

keadaannya semula. " (QS. Thaha: 21)

Musa  menghulurkan  tangannya  ke  ular  itu  dalam  keadaan  menggigil.  Musa

belum  sempat menyentuhnya  sehingga ular  itu menjadi  tongkat. Demikianlah

perintah  Allah  s.w.t  terjadi  dengan  cepat.  Kemudian  Allah  s.w.t

memerintahkan kepadanya:

"Masukanlah tanganmu ke leher bajumu, nescaya ia keluar putih tidak bercacat

bukan  kerana  penyakit,  dan  dekapkanlah  kedua  tanganmu  (ke  dada)mu  bila

ketakutan. " (QS. al-Qashash: 32)


Musa  meletakkan  tangannya  di  kantongnya  lalu  ia  mengeluarkannya  dan

tiba-tiba  tangan  itu  bersinar  bagaikan  bulan.  Kembali  rasa  kagum  Musa

bertambah.  Lalu  ia  meletakkan  tangannya  di  dadanya  sebagaimana

diperintahkan Allah s.w.t padanya sehingga rasa takutnya benar-benar hilang.


Musa  merasa  tenang  dan  terdiam.  Kemudian  Allah  s.w.t  memerintahkan

kepadanya - setelah beliau melihat kedua mukjizat  ini, yaitu mukjizat tangan

dan mukjizat tongkat - untuk pergi menemui Fir'aun dan berdakwah kepadanya

dengan  penuh  kelembutan  dan  kasih  sayang  dan  Allah  s.w.t memerintahkan

kepadanya untuk mengeluarkan Bani Israil dari Mesir. Musa menampakkan rasa

takutnya kepada Fir'aun. Musa berkata bahawa  ia  telah membunuh  seseorang

di  antara  mereka  dan  beliau  khuatir  mereka  akan  membunuhnya  dan

membalasnya.  Musa  meminta  kepada  Allah  s.w.t  dan  memohon  kepada-Nya

agar mengirim  saudaranya Harun bersamanya. Allah  s.w.t menenangkan Musa

dengan  mengatakan  bahawa  Dia  akan  selalu  bersama  mereka  berdua.  Dia

mendengar  dan  menyaksikan  gerak-geri  dan  perbuatan  mereka.  Meskipun

Fir'aun terkenal dengan kejahatannya dan kekuatannya, namun kali  ini Fir'aun

tidak  akan  mampu  mengganggu  atau  menyakiti  mereka.  Allah  s.w.t

memberitahu  Musa  bahawa  Dia-lah  yang  akan  menang.  Musa  berdoa  dan

memohon  kepada  Allah  s.w.t  agar  melapangkan  hatinya  dan  memudahkan

urusannya serta memberinya kekuatan dalam berdakwah di jalan-Nya.


Allah s.w.t berfirman:


"Apakah  telah  sampai  kepadamu  kisah  Musa  ?  Ketika  ia  melihat  api,  lalu

berkatalah  ia kepada keluarganya:  'Tinggallah kamu  (di sini), sesungguhnya

aku  melihat  api,  mudah-mudahan  aku  dapat  membawa  sedikit  darinya

kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu. Maka ketika

ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: Hai Musa, sesungguhnya Aku adalah

Tuhanmu.  Maka  tinggalkanlah  kedua  terompahmu;  sesungguhnya  kamu

berada  di  lembah  yang  suci,  Thuwa'.  Dan  Aku  telah memilih  kamu, maka

dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini

adalah Allah,  tidak ada Tuhan  (yang hak)  selain Aku, maka  sembahlah Aku

dan  dirikanlah  salat  untuk  mengingat  Aku.  Sesungguhnya  hari  kiamat  itu

akan  datang.  Aku  merahsiakan  (waktunya)  agar  supaya  tiap-tiap  diri  itu

dibalas dengan apa yang diusahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu kamu

dipalingkan  darinya  oleh  orang  yang  tidak  beriman  kepadanya  dan  oleh

orang  yang  mengikuti  hawa  nafsunya,  yang  menyebabkan  kamu  binasa.

Apakah  itu  yang  ada  di  tangan  kananmu,  hai Musa,  'Ini  adalah  tongkatku,

aku  bertelehan  padanya,  dan  aku  pukul  (daun)  dengannya  untuk

kambingmu,  dan  bagiku  ada  lagi  keperluan  yang  lain  padanya.'  Allah

berfirman:  Lemparkanlah  ia,  hai  Musa!'  Lalu  dilemparkanlah  tongkat  itu,

maka  tiba-tiba  ia  menjadi  seekor  ular  yang  merayap  dengan  cepat.

Peganglah  ia  dan  janganlah  takut,  Kami  akan  mengembalikannya  kepada

keadaannya semula, dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, nescaya  ia ke

luar  menjadi  putih  cemerlang  tanpa  cacat,  sebagai  mukjizat  yang  lain

(pula),  untuk  Kami  perlihatkan  kepadamu  sebahagian  dari  tanda-tanda

kekuasaan Kami yang besar. Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya ia telah

melampaui  batas.  Berkata  Musa:  'Ya  Tuhanku,  lapangkanlah  untukku

dadaku,  dan  mudahkanlah  untukku  urusanku,  dan  lepaskanlah  kekakuan

dari  lidah,  supaya mereka mengerti  perkataanku,  dan  jadikanlah  untukku

seorang  pembantu  dari  keluargaku,  (yaitu)  Harun  saudaraku,  teguhkanlah

dengan dia kekuatanku, dan  jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya

kami  banyak  bertasbih  kepada  Engkau,  dan  banyak  mengingat  Engkau.

Sesungguhnya  Engkau  adalah  Maha  Melihat  (keadaan)  kami.'  Allah

berfirman:  'Sesungguhnya  telah  diperkenankan  permintaanmu,  hai  Musa.'

Dan  sesungguhnya  Kami  telah  memberi  nikmat  kepadamu  pada  kali  yang

lain, yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan,

yaitu:  Letakkanlah  ia  (Musa)  di  dalam  peti,  kemudian  lemparkanlah  ia  ke

sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh

(Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya.' Dan Aku  telah melimpahkan kepadamu

kasih  sayang  yang  datang  dari-Ku;  dan  supaya  kamu  diasuh  di  bawah

pengawasan-Ku. (Yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia

berkata kepada  (keluarga Fir'aun):  'Bolehkah  saya menunjukkan kepadamu

orang  yang  akan  memeliharanya?'  Maka  Kami  mengembalikanmu  kepada

ibumu,  agar  senang  hatinya  dan  tidak  berduka  cita.  Dan  kamu  pernah

membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan

Kami  telah  mencubamu  dengan  beberapa  cubaan;  maka  kamu  tinggal

beberapa  tahun  di  antara  penduduk  Madyan,  kemudian  kamu  datang

menurut waktu yang ditetapkan hai Musa, dan Aku  telah memilihmu untuk

diri-Ku. " (QS. Thaha: 9-41)


Kita tidak mengetahui apa yang kita akan katakan dan apa yang kita komentar

berkaitan  dengan  firman  Allah  s.w.t  kepada  salah  seorang  hamba-Nya:  "Dan

Aku telah memilihmu untuk diri-Ku." Allah s.w.t telah memilih Musa. Itu adalah

salah  satu puncak  kemuliaaan di mana  tidak  ada  seseorang pun di  zaman  itu

yang  mampu  mencapainya  selain  Musa.  Nabi  Musa  kembali  untuk  menemui

keluarganya  setelah  Allah  s.w.t memilihnya  sebagai  Rasul  atau  utusan  untuk

berdakwah  ke  Fir'aun.  Akhirnya,  Nabi  Musa  beserta  keluarganya  berjalan

menuju ke Mesir. Hanya Allah  s.w.t  yang mengetahui  fikiran-fikiran apa  yang

terlintas  di  dalam  diri Musa  saat  beliau mengayunkan  langkahnya menuju  ke

Mesir.

Selesailah  masa-masa  perenungan  dan  dimulailah  hari-hari  kedamaian  dan

kebahagiaan,  dan  akhirnya  datanglah  hari-hari  yang  sulit.  Demikianlah  Nabi

Musa memikul  amanat  kebenaran  dan  pergi  untuk menyampaikannya  kepada

salah  satu penguasa  yang paling bengis dan paling  kejam dan paling  jahat di

zamannya.  Nabi  Musa  mengetahui  bahawa  Fir'aun  adalah  orang  yang  jahat.

Fir'aun  akan  berusaha memberhentikan  langkah  dakwahnya  dan  Fir'aun  akan

menentangnya tetapi Allah s.w.t memerintahkannya untuk pergi ke Fir'aun dan

berdakwah  kepadanya  dengan  kelembutan  dan  kasih  sayang.  Allah  s.w.t

mewahyukan kepada Musa bahawa Fir'aun tidak akan beriman tetapi Nabi Musa

tidak peduli dengan hal itu. Beliau diperintahkan untuk melepaskan Bani Israil

yang sedang diseksa oleh Fir'aun.


Read More

Jumat, 18 April 2025

kisash nabi Musa As bag 1

 Kisah Nabi Musa

Yakub  atau  Israil  tinggal  di  Mesir  sejak  ia  datang  untuk  bertemu  dengan

anaknya, Yusuf. Ketika beliau wafat mereka menguburnya di  tempat di mana

ia dilahirkan di Palestina. Anak-anak  Israil  lebih memilih untuk hidup di Mesir

di  sisi  Yusuf.  Keadaan Mesir,  kebaikannya  yang  banyak,  kelayakan  tanahnya,

dan keharmonisan iklimnya merupakan daya tarik tersendiri bagi mereka untuk

tinggal  di  dalamnya.  Anak-anak  Israil  tinggal  di  Mesir  dalam  tempo  yang

lumayan.  Mereka  menikah  sehingga  jumlah  mereka  bertambah  banyak.

Berlalulah  tahun demi  tahun dan kemudian Nabi Yusuf meninggal. Nabi Yusuf

telah mengubah  Islam  saat  beliau memegang  tampuk  kekuasaan.  Nabi  Yusuf

memperjuangkan  Islam  dan  setiap  nabi  yang  diutus  oleh  Allah  s.w.t  pasti

memperjuangkan  agama  Islam  sejak  Nabi  Adam  as  sampai  Nabi  Muhammad

saw.  Pengertian  Islam  di  sini  ialah,  mengesakan  Allah  s.w.t  dan  hanya

semata-mata menyembah-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, dan berdoa

kepada-  Nya.  Islam  juga  bererti  menyerahkan  niat  dan  amal  hanya

semata-mata kepada Allah s.w.t. Demikianlah yang kita fahami atau yang kita

maksud  dari  kata  al-Islam,  bukan  sistem  sosial  yang  dibawa  oleh  Nabi  yang

terakhir,  yaitu Nabi Muhammad  saw.  Sistem  ini merupakan  kepanjangan  dari

sistem-sistem sosial yang dibawa para nabi. Jadi, esensi akidah satu dan tidak

berbeza dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw.


Ketika Nabi Yusuf menjadi penguasa di Mesir dan ketua para menteri agama di

Mesir  berubah  menjadi  agama  tauhid  atau  Islam.  Nabi  Yusuf  as  menyeru

manusia untuk memeluk  Islam  saat beliau ada di dalam penjara ketika beliau

mengatakan:


"Manakah yang baik,  tuhan-tuhan yang bermacam-macam  itu ataukah Allah

Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa (QS.Yusuf: 39)


Dan beliau berdoa pada suatu hari ketika mimpinya terwujud:


"Wafatkanlah  aku  dalam  keadaan  Islam  dan  gabungkanlah  aku  dengan

orang-orang yang soleh. " (QS. Yusuf: 101)


Dan  ketika  Nabi  Yusuf  meninggal,  Mesir  mengubah  sistem  tauhid  ke  sistem

multi  tuhan  untuk  kedua  kalinya.  Menurut  dugaan  kuat  bahawa  hal  ini

terwujud  dengan  adanya  campur  tangan  kelompok-kelompok  elit  yang

berkuasa. Kelompok-kelompok elit ini - ketika di bawah agama tauhid - mereka


tidak  mendapatkan  suatu  perlakukan  istimewa  atau  dibezakan  dengan

masyarakat umum, sehingga kerananya mereka mempunyai kepentingan untuk

mengembalikan  sistem  penyembahan  multi  tuhan.  Kemudian  masyarakat

mengikuti  sistem  penyembahan  Fir'aun.  Dan  akhirnya,  Mesir  dipimpin

keluarga-keluarga Fir'aun dan mereka mengklaim bahawa mereka adalah tuhan

atau wakil-wakil tuhan atau orang-orang yang berbicara atas nama tuhan.


Pada  dasarnya,  masyarakat  Mesir  adalah  masyarakat  yang  beradab.  Mereka

disibukkan  dengan  pembangunan  peradaban. Mereka memiliki  kecenderungan

keagamaan  yang  kuat.  Dan  barangkali  kelompok-  kelompok  dari  masyarakat

Mesir meyakini  bahawa  Fir'aun  bukan  tuhan  namun  kerana mereka mendapat

tantangan keras dari Fir'aun dan Fir'aun tidak  ingin dari kaumnya kecuali agar

mereka  mentaatinya  sehingga  mereka  pun  terpaksa  menyembunyikan

keimanan dalam diri mereka. Jadi, tuhan-tuhan berhala banyak sekali di Mesir.

Hal yang bisa difahami adalah, bahawa Fir'aun menguasai semua macam tuhan

dan ia mengisyaratkan dengannya dan berbicara atas namanya. Yang demikian

ini adalah sangat jelas di Mesir. Ketika terdapat sistem multi tuhan di Mesir -

meskipun masyarakatnya meyakini  tuhan utama, yaitu Fir'aun  - kelompok elit

yang berkuasa membatasi untuk hanya menyembah Fir'aun dan melaksanakan

perintah-perintahnya  serta  membenarkan  tindakan  semena-menanya.  Kita

akan  mengetahui  dan  kita  akan  membuka  lembaran-lembaran  Nabi  Musa  as

bagaimana masyarakat Mesir hidup di zamannya. Majoriti masyarakat  saat  itu

mendapatkan kehinaan yang  luar biasa dan diperlakukan secara  lalim. Mereka

harus  taat  sepenuhnya  kepada  Fir'aun.  Mereka  selalu  diancam  oleh

algojo-algojo Fir'aun dan para tenteranya.


Allah  s.w.t  menceritakan  Fir'aun  yang  hidup  di  zaman  Nabi  Musa  dalam

firman-Nya:


"Maka dia mengumpulkan  (pembesar-pembesarnya)  lalu berseru memanggil

kaumnya  (seraya  berkata):  'Akulah  Tuhanmu  yang  paling  tinggi.'"  (QS.

an-Nazi'at: 23-24)


Manusia  saat  itu  benar-benar  tunduk  terhadap  pernyataan  orang-orang  kafir.

Mereka mentaati  -  barangkali  itu  kerana  terpaksa  -  perkataan  Fir'aun.  Mesir

kembali  menggunakan  sistem  multi  tuhan  setelah  sebelumnya  disinari  oleh

tauhid yang disuarakan oleh Nabi Yusuf. Sementara itu, anak-anak Yakub atau

anak-anak  Israil  mereka  telah  menyimpang  dari  tauhid.  Mereka  mengikuti

orang-orang  Mesir.  Sedikit  sekali  dari  keluarga  mereka  yang  masih

mempertahankan agama tauhid secara tersembunyi.


Datanglah  suatu  masa  atas  Bani  Israil  di  mana  mereka  semakin  banyak  dan

semakin  menyebar.  Mereka  mengerjakan  berbagai  macam  pekerjaan,  dan

mereka  memenuhi  pasar-pasar  Mesir.  Berlalulah  hari  demi  hari.  Mesir

diperintah  oleh  seorang  raja  yang  bengis  di  mana  orang-orang  Mesir

menyembahnya.  Raja  yang  jahat  ini melihat  Bani  Israil  semakin  banyak  dan

semakin  berkembang  serta mengambil  posisi-posisi  penting.  Raja mendengar

pembicaraan  Bani  Israil  tentang  berita  yang  samar  di mana  dalam  berita  itu

dikatakan  bahawa  salah  seorang  anak  Bani  Israil  akan  menjatuhkan  Fir'aun

Mesir dari singgahsananya. Barangkali berita  itu berasal dari suatu mimpi dari

mimpi-mimpi hidup atau mimpi nyata yang mengelilingi hati kelompok minoriti

yang  tertindas,  dan  mungkin  itu  merupakan  berita  gembira  yang  tersebut

dalam kitab-kitab mereka. Apa pun halnya, berita  ini  telah  sampai di  telinga

Fir'aun.


Kemudian  Fir'aun  mengeluarkan  perintah  yang  aneh,  yaitu  jangan  sampai

seorang  pun  dari  Bani  Israil  yang melahirkan  anak.  Maksud  dari  perintah  ini

adalah, hendaklah setiap anak yang lahir dari jenis laki-laki dibunuh. Aturan ini

mulai  diterapkan.  Tapi  para  pakar  ekonomi  berkata  kepada  Fir'aun:

Orang-orang  tua  dari  Bani  Israil  akan  mati  sesuai  dengan  ajal  mereka,

sedangkan  anak-anak  kecilnya  disembelih  maka  ini  akan  berakhir  pada

hancurnya  dan  binasanya Bani  Israil  namun  Fir'aun  akan  kehilangan  kekayaan

dan aset manusia yang dapat bekerja untuknya atau menjadi budak-budaknya

dan  wanita-wanita  tidak  dapat  lagi  dimilikinya.  Maka  yang  terbaik  adalah,

hendaklah  dilakukan  suatu  proses  sebagai  berikut:  Anak  laki-laki  disembelih

pada  tahun  yang  pertama  dan  hendaklah  mereka  dibiarkan  pada  tahun

berikutnya.  Fir'aun  sependapat  dengan  fikiran  ini  kerana  itu  dianggap  lebih

menguntungkan dari sisi ekonomi.


Ibu Musa mengandung Harun pada tahun di mana anak-anak kecil tidak dibunuh

maka  ia  melahirkannya  secara  terang-terangan.  Ketika  datang  tahun  yang

ditetapkan di dalamnya bahawa anak-anak kecil harus dibunuh,  ia melahirkan

Musa. Saat melahirkan Musa, sang ibu merasakan ketakutan yang luar biasa. la

mencemaskan  bahawa  jangan-jangan  anaknya  akan  dibunuh.  Maka  si  ibu

menyusuinya  secara  sembunyi-  sembunyi.  Kemudian  datanglah  suatu  malam

yang penuh berkah di mana Allah s.w.t mewahyukan kepadanya:


"Dam  Kami  ilhamkan  kepada  ibu  Musa:  'Susuilah  dia  dan  apabila  khuatir

terhadapnya maka  jatuh  kalah  ia  ke dalam  sungai  (Nil). Dan  janganlah  kamu

khuatir  dan  janganlah  (pula)  bersedih  hati,  kerana  sesungguhnya  Kami  akan

mengembalikannya  kepadamu,  dan  menjadikannya  (salah  seorang)  dari  para

rasul.'" (QS. al-Qashash: 7)


Mendengar wahyu Allah  s.w.t  itu dan mendengar panggilan  yang penuh  kasih

sayang  dan  suci  ini,  ibu  Musa  langsung mentaatinya.  Ia  diperintahkan  untuk

membuat peti kecil bagi Musa. Setelah menyusuinya, ia meletakkannya di peti

itu. Kemudian  ia pergi  ke  tepi  sungai Nil dan membuangnya di  atas  air. Hati

sang  ibu  adalah  hati  yang  paling  pengasih  di  dunia.  Hatinya  dipenuhi

penderitaan  saat  ia melemparkan  anaknya  di  sungai Nil,  tetapi  ia menyedari

bahawa Allah s.w.t lebih Pengasih terhadap Musa dibandingkan dengan dirinya.

Allah s.w.t lebih mencintainya dibandingkan dengan dirinya. Allah s.w.t adalah

Tuhannya dan Tuhan sungai Nil.


Belum  lama  peti  itu  menyentuh  sungai  Nil  sehingga  sang  Pencipta

mengeluarkan perintah kepada arus  sungai agar menjadi  tenang dan bersikap

lembut terhadap bayi yang dibawanya yang pada suatu hari akan menjadi Nabi.

Sebagaimana Allah  s.w.t memerintahkan  kepada api agar menjadi dingin dan

membawa  keselamatan  bagi  Nabi  Ibrahim,  begitu  juga  Allah  s.w.t

memerintahkan  kepada  sungai  Nil  agar  membawa  Musa  dengan  tenang  dan

penuh  kelembutan  sehingga menyerahkannya  ke  istana  Fir'aun.  Air  sungai  nil

membawa peti yang mulia ini ke istana Fir'aun. Di sana ombak menyerahkannya

kepada tepi pantai kemudian ia mewasiatkan kepada tepi pantai itu. Dan angin

berkata kepada rumput yang tidur di sisi peti: Jangan engkau banyak bergerak

kerana Musa  sedang  tidur. Rumput  itu pun mentaati perintah angin dan Musa

tetap tidur.


Pada  hari  itu,  matahari  menyinari  istana  Fir'aun.  Isteri  Fir'aun  keluar

berjalan-jalan  di  kebun  istana  sebagaimana  biasanya.  Kita  tidak mengetahui

apa  gerangan  yang menjadikannya  berjalan-jalan  dan menempuh  jarak  yang

lebih jauh dari yang biasa di tempuhnya.


Isteri  Fir'aun  berbeza  sekali  dengan  Fir'aun.  Fir'aun  adalah  seorang  kafir

sementara isterinya adalah seorang yang beriman. Fir'aun adalah seorang yang

keras  kepala  sementara  isterinya  adalah  seorang  yang  penyayang.  Fir'aun

adalah seorang penjahat sementara  isterinya adalah seorang yang  lembut dan

penuh cinta. Di samping itu, isterinya merasakan kesedihan yang dalam kerana

ia  belum mampu melahirkan  anak.  Ia merindukan  untuk mendapatkan  anak.

Isteri  Fir'aun  berhenti  di  sisi  kebun  kemudian  bau  harum  yang  datang  dari

pohon  itu menyebarkan perasaan sedih akan rasa kesendirian. Pada saat yang

sama, wanita-wanita  yang membantunya  sudah memenuhi  tempat-tempat air


yang diambil dari sungai. Tiba-tiba mereka mendapati peti di sisi kaki mereka.

Mereka membawa peti  itu  seperti  semula ke  isteri Fir'aun.  Ia memerintahkan

untuk membukanya  lalu mereka  pun membukanya.  Betapa  terkejutnya  isteri

Fir'aun  ketika melihat Musa  di  dalamnya. Maka  ia  pun merasakan  bahawa  ia

mencintainya seperti anaknya sendiri. Allah s.w.t menaruh dalam hatinya rasa

cinta kepada Musa sehingga air matanya berlinang.


Kemudian  ia membawa  peti mati  itu.  Isteri  Fir'aun membolak-balikkan  Musa

sambil menangis. Musa terbangun dan  ia pun menangis. Musa tampak  lapar  ia

membutuhkan  air  susu  pagi  dan  tetap menangis.  Fir'aun  duduk  di  atas meja

makan.  Ia  menantikan  isterinya  namun  yang  ditunggu  belum  hadir.  Fir'aun

mulai  marah  dan  mencarinya.  Tiba-tiba  ia  dikejutkan  dengan  kedatangan

isterinya dengan membawa Musa. Isteri Fir'aun tampak sangat menyayanginya.

Ia  terus  menciuminya  dan  air  matanya  berlinangan.  Fir'aun  bertanya,  "dari

mana  datangnya  anak  kecil  ini?"  Kemudian mereka menceritakan  kepadanya

bahawa mereka menemukannya di sebuah peti di tepi sungai. Fir'aun berkata:

"Ini  adalah  salah  satu  anak  Bani  Israil.  Sesuai  dengan  peraturan,  anak-anak

yang  lahir  tahun  ini  harus  dibunuh."  Mendengar  keputusan  Fir'aun  itu,  isteri

Fir'aun berteriak dan ia mendekap Musa lebih keras:


"Dan  berkatalah  isteri  Fir'aun:  '(Ia)  adalah  penyejuk mata  hati  bagiku  dan

bagimu.  Janganlah  kamu  membunuhnya,  mudah-mudahan  ia  bermanfaat

kepada kita atau kita ambil ia jadi anak.'" (QS. al- Qashash: 9)


Fir'aun  tampak  kehairanan  sekali melihat  aksi  isterinya  yang mendekap  anak

kecil  yang mereka  temukan di  tepi  sungai. Fir'aun  tampak  tercengang kerana

isterinya menangis  dengan  gembira  di mana  Fir'aun  tidak  pernah mendapati

isterinya  menangis  kerana  gembira  seperti  ini.  Fir'aun  mulai  mengetahui

bahawa  isterinya menyayangi anak  ini seperti anaknya sendiri. Fir'aun berkata

dalam dirinya: Barangkali ia ingat bahawa ia tidak mampu melahirkan anak dan

menginginkan anak ini. Akhirnya, Fir'aun sepakat atas apa yang dikatakan oleh

isterinya.  Fir'aun memenuhi  keinginannya  dan menyetujuinya  untuk mendidik

anak ini di istananya.


Ketika  mendengar  persetujuan  Fir'aun,  tampaklah  keceriaan  yang  luar  biasa

pada wajah isterinya. Fir'aun belum pernah menyaksikan keceriaan seperti ini.

Fir'aun telah menghadirkan berbagai macam hadiah kepadanya, juga perhiasan

dan  budak  tetapi  ia  belum  pernah  tersenyum  meskipun  sekali.  Fir'aun

menyangka  bahawa  isterinya  tidak  mengerti  erti  sebuah  senyuman.  Dan


sekarang, Fir'aun melihat sendiri wajahnya dipenuhi dengan senyum keceriaan.

Sementara  itu,  Musa mulai menangis  kerana  lapar.  Isteri  Fir'aun mengetahui

bahawa  Musa  sedang  lapar.  Ia  berkata  kepada  Fir'aun:  "Anakku  yang  kecil

sedang  lapar."  Fir'aun  berkata:  "Datangkanlah  kepadanya  para  wanita  yang

menyusui." Kemudian didatangkanlah kepadanya seorang wanita yang menyusui

dari istana. Wanita itu mencuba untuk menyusui Musa tetapi apa yang terjadi?

Musa  menolaknya.  Lalu  didatangkan  wanita  yang  kedua  sampai  ketiga  dan

sampai kesepuluh tetapi Musa tetap menangis dan tidak ingin menyusu kepada

seorang pun di antara mereka. Melihat kenyataan  itu,  isteri Fir'aun menangis

kerana  tidak  tahan melihat  penderitaan  anak  kecil  itu.  Ia  tidak mengetahui

apa yang harus dilakukannya.


Bukan hanya  isteri Fir'aun  satu-satunya  yang merasa  sedih dan menangis,  ibu

Musa  adalah  wanita  lain  yang  merasa  sedih  dan  menangis.  Ketika  ia

melemparkan Musa  ke  sungai Nil,  ia merasa  bahawa  ia  sedang melemparkan

buah hatinya di sungai. Lalu peti yang dilemparkan  itu hilang dibawa oleh air

sungai dan beritanya pun tersembunyi. Dan ketika datang waktu pagi, ibu Musa

merasakan  kesedihan  yang  selalu  menghantuinya.  Hampir  saja  ia  pergi  ke

istana Fir'aun untuk mendapatkan berita  tentang anaknya kalau bukan kerana

Allah s.w.t menarah kedamaian dalam hatinya sehingga ia menyerahkan urusan

anaknya  kepada  Allah  s.w.t.  Alhasil,  ia  berkata  kepada  saudara  perempuan

Musa:  "Pergilah  dengan  tenang  ke  istana  Fir'aun  dan  berusahalah  untuk

mendapatkan berita tentang Musa dan hendaklah engkau hati-hati agar jangan

sampai  mereka  mengetahuimu."  Kemudian  saudara  perempuan  Musa  pergi

dengan  tenang.  Akhirnya,  ia  mendengarkan  kisah  tentang  Musa  secara

sempurna.  Ia  melihat  Musa  dari  kejauhan  dan  mendengarkan  suara

tangisannya.  Ia melihat mereka dalam  keadaan  kebingungan di mana mereka

tidak  mengetahui  bagaimana  menyusuinya.  Ia  mendengar  bahawa  Musa

menolak setiap wanita yang mencuba menyusuinya.


Saudara  perempuan  Musa  berkata  kepada  para  pengawal  Fir'aun:  "Apakah

kalian mahu aku tunjukkan suatu keluarga yang dapat menyusuinya dan dapat

mengasuhnya."  Isteri  Fir'aun menjawab:  "Seandainya  engkau  dapat membawa

kepada kami wanita yang dapat menyusuinya dan dapat mengasuhnya nescaya

kami akan memberimu hadiah yang besar. Yakni sesuatu yang engkau inginkan

akan  kami  penuhi."  Lalu  saudara  perempuan  Musa  itu  kembali  dan

menghadirkan  ibunya.  Si  ibu  menyusuinya  dan  Musa  pun  menyusu  dengan

tenang. Melihat hal itu, Isteri Fir'aun sangat gembira dan berkata: "Bawalah dia

sehingga masa penyusuannya selesai,  lalu kembalikanlah dia kepada kami dan

kami  akan  memberimu  suatu  balasan  yang  besar  atas  penyusuan  dan

pendidikan yang engkau berikan."


Demikianlah  Allah  s.w.t mengembalikan  Musa  kepada  ibunya  agar  ia merasa

gembira  dan  hatinya  menjadi  tenang  dan  tidak  bersedih  serta  agar  ia

mengetahui  bahawa  janji  Allah  s.w.t  benar  dan  bahawa  perintah-  Nya  dan

ketentuan-Nya  pasti  terlaksana  meskipun  banyak  rintangan  dan  tantangan.

Allah s.w.t berfirman:

"Dan  menjadi  kosonglah  hati  ibu  Musa.  Sesungguhnya  hampir  saja  ia

menyatakan rahsia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya,

supaya  ia  termasuk  orang-orang  yang  percaya  (kepada  janji  Allah).  Dan

berkatalah  ibu Musa  kepada  saudara Musa  yang  perempuan:  'Ikutilah  dia.'

Maka  kelihatanlah  olehnya  Musa  dari  jauh,  sedang  mereka  tidak

mengetahuinya,  dam  Kami  cegah  Musa  dari  menyusu  kepada

perempuan-perempuan  yang  mahu  menyusui(nya)  sebelum  itu;  maka

berkatalah saudara Musa: 'Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlu bait

yang  akan  memeliharanya  untukmu  dan  mereka  dapat  berlaku  baik

kepadanya?'.  Maka  Kami  kembalikan  Musa  kepada  ibunya,  supaya  senang

hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahawa janji Allah

itu  adalah  benar,  tetapi  kebanyakan  manusia  tidak  mengetahuinya."  (QS.

al-Qashash: 10-13)


Ibu Musa menyempurnakan penyusuan  lalu menyerahkannya ke rumah Fir'aun.

Saat itu Musa disenangi dan disukai semua orang. Allah s.w.t berfirman:


Dan Aku  telah melimpahkan  kepadamu  kasih  sayang  yang datang dari- Ku;

dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku." (QS.Thaha: 39)


Tiada  seorang  pun  yang  melihat  Musa  kecuali  ia  akan  mencintainya.  Musa

dididik  di  istana  terbesar  di  bawah  bimbingan  dan  penjagaan  Allah  s.w.t.

Pendidikan Musa dimulai di  rumah Fir'aun di mana di dalamnya  terdapat  ahli

pendidikan dan para pengajar. Mesir saat  itu merupakan negara yang besar di

dunia dan Fir'aun sebagai raja yang paling kuat. kerana  itu, secara sederhana

Fir'aun mampu mengumpulkan  para  pakar  pendidikan  dan  para  cendekiawan.

Demikianlah  hikmah  Allah  s.w.t  berkehendak  agar  Musa  terdidik  di  bawah

pendidikan  yang  besar  dan  ditangani  pakar-pakar  pendidikan  yang  terlatih.

Ironisnya, hal  ini  terjadi di  rumah musuhnya yang pada  suatu hari nanti akan

hancur di tangannya, sebagai bentuk pelaksanaan dari perintah Allah s.w.t.

Musa tumbuh di rumah Fir'aun. Beliau mempelajari ilmu hisab, ilmu bangunan,

ilmu kimia, dan bahasa. Beliau tidur di bawah bimbingan agama. Oleh kerana

itu,  Musa  tidak  mendengar  omongan  kosong  yang  dikatakan  oleh  pendidik

tentang ketuhanan Fir'aun. Jarang sekali  ia mendengar bahawa Fir'aun adalah

tuhan.  Beliau  pun  menepis  pernyataan  dan  anggapan  ini.  Beliau  tinggal

bersama  Fir'aun  di  satu  rumah.  Beliau mengetahui  lebih  daripada  orang  lain

bahawa Fir'aun hanya  sekadar manusia biasa  tetapi  ia orang yang  lalim. Musa

mengetahui bahawa ia bukanlah anak dari Fir'aun. Beliau adalah salah seorang

dari Bani Israil. Beliau menyaksikan bagaimana pengawal-pengawal Fir'aun dan

para  pengikutnya  menindas  Bani  Israil.  Akhirnya,  Musa  tumbuh  besar  dan

mencapai kekuatannya.


Ketika para pengawal lalai darinya, Musa memasuki kota. Musa berjalan- jalan

di sekitar kota. Kemudian Musa mendapati seorang lelaki dari pengikut Fir'aun

yang  sedang berkelahi dengan  seseorang dari Bani  Israil. Lalu  seseorang  yang

lemah dari kedua orang itu meminta tolong kepadanya. Musa pun turut campur

dalam  urusan  itu.  Musa  mendorong  dengan  tangannya  seorang  lelaki  yang

berbuat  aniaya  itu.  Ternyata  Musa  membunuhnya.  Saat  itu  Musa  memang

terkenal  sebagai  orang  yang  kuat  sampai  pada  batas  di mana  dengan  sekali

pukul saja untuk melerai musuhnya, ia justru membunuhnya. Tentu Musa tidak

sengaja untuk membunuh orang laki-laki itu. Tetapi apa yang terjadi? Lelaki itu

tersungkur  dan  kemudian  mati.  Musa  berkata  kepada  dirinya:  Ini  adalah

perbuatan setan. Sesungguhnya ia adalah musuh yang menyesatkan dan nyata.

Kemudian  Musa  berdoa  kepada  Tuhannya  dan  berkata:  "Ya  Tuhanku,

sesungguhnya  aku  telah menganiaya  diriku maka  ampunilah  aku."  Allah  s.w.t

pun mengampuninya.  Dia Maha  Pengampun  dan Maha  Penyayang. Allah  s.w.t

berfirman:

"Dan  setelah Musa  sudah cukup umur dan  sempurna akalnya, Kami berikan

kepadanya  hikmah  kenabian  dan  pengetahuan.  Dan  demikianlah  Kami

memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Dan Musa masuk kekota  (Memphis)  ketika  penduduknya  sedang  lemah,  maka  didapatinya  di

dalam  kota  itu  dua  orang  laki-laki  yang  berkelahi;  yang  seorang  dari

golongannya  (Bani  Israil)  dan  seorang  lagi  dari  musuhnya  (kaum  Fir'aun).

Maka  orang  yang  dari  golongannya  meminta  pertolongan  darinya,  untuk

mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah

musuhnya  itu.  Musa  berkata:  'Ini  adalah  perbuatan  setan.  Sesungguhnya

setan  itu  adalah  musuh  yang  menyesatkan  lagi  nyata  (permusuhannya).

Musa  berdoa:  'Ya  Tuhanku,  sesungguhnya  aku  telah  menganiaya  diriku

sendiri  kerana  itu  ampunilah  aku.'  Maka  Allah  mengampuninya,

sesungguhnya  Dialah  Yang  Maha  Pengampun  lagi  Maha  Penyayang.  Musa

berkata:  'Ya  Tuhanku,  demi  nikmat  yang  telah  Engkau  anugerahkan

kepadaku,  aku  sekali-kali  tiada  akan  menjadi  penolong  bagi  orang-orang

yang berdosa.'" (QS. al-Qashash: 14-17)


Kemudian  Nabi  Musa  menjadi  takut  di  tengah-tengah  kota  dan  merasa

terancam.  Dalam  ayat  itu  digambarkan  bagaimana  Nabi  Musa  merasakan

ketakutan  di mana  ia mengkhuatirkan  kejahatan  akan  datang  padanya  pada

setiap langkahnya, dan ia begitu sensitif melihat gerak-geri di sekitarnya. Nabi

Musa saat itu menampakkan kegoncangan jiwa yang dahsyat. Sebenarnya Nabi

Musa hanya  ingin mempertahankan dirinya  saat menolong  seseorang dari Bani

Israil.  Ketika  itu  Nabi  Musa  mendorong  dengan  tangannya  dan  bertujuan

memisahkan orang Mesir dari orang Israil tetapi ia justru membunuhnya.


Dalam  undang-undang  positif  dinyatakan  bahawa  pembunuhan  semacam  ini

dianggap  sebagai  pembunuhan  kerana  keteledoran  atau  kerana  kesalahan

bukan kerana faktor kesengajaan sehingga kerananya yang bersangkutan tidak

akan mendapatkan suatu hukuman yang berat. Biasanya orang yang melakukan

pembunuhan  tanpa  sengaja  akan  mendapatkan  keputusan  yang

meringankannya  kerana  ia  membunuh  tanpa  kesengajaan.  Tentu  kejadian

semacam ini tidak dapat dianggap sebagai pembunuhan dengan sengaja kerana

yang  bersangkutan  tidak  ingin  mencelakakan  orang  lain.  Nabi  Musa  tidak

memukul  orang  itu. Yang  ia  lakukan  hanya mendorongnya. Atau  dengan  kata

lain,  Nabi  Musa  hanya  sekadar  menyingkirkan  orang  tersebut.  Kita  akan

mengetahui  bahawa  Nabi  Musa  adalah  cermin  lain  dari  Nabi  Ibrahim.

Kedua-duanya  dari  kalangan  ulul  azmi,  tetapi  Nabi  Ibrahim  adalah  cermin

kesabaran dan kelembutan sementara Nabi Musa adalah cermin dari kekuatan

dan keperkasaan.


Musa menjadi  takut  dan  terancam  di  tengah-tengah  kota.  Beliau  berjanji  di

kemudian  hari  bahawa  beliau  tidak  akan  lagi menjadi  sahabat  orang-  orang

yang  berbuat  jahat.  Beliau  tidak  akan  lagi  terlibat  dalam  pertengkaran  dan

permusuhan  antara  sesama  penjahat.  Di  tengah-tengah  perjalanannya,  Musa

dikejutkan  ketika  melihat  orang  yang  ditolongnya  kelmarin  saat  ini  lagi-lagi

memanggilnya  dan  minta  tolong  padanya.  Lagi-  lagi  orang  itu  terlibat

permusuhan dan pertengkaran dengan seorang Mesir. Musa mengetahui bahawa

orang  Israil  ini  berbuat  aniaya.  Musa  mengetahui  bahawa  ia  termasuk  salah

seorang preman di  situ. Akhirnya, Musa berteriak di depan wajah orang  Israil

itu sambil berkata: "Sungguh ternyata engkau adalah orang yang jahat."


Musa  mengatakan  demikian  sambil  mendorong  keduanya  dan  ia  melerai

pertengkaran itu. Orang Israil itu mengira bahawa Musa akan mencelakakannya

maka  ia  diliputi  rasa  takut.  Sambil  meminta  kasih  sayang  kepada  Musa,  ia

berkata:  "Wahai Musa apakah engkau akan membunuhku  sebagaimana engkau

membunuh  orang  yang  kelmarin.  Apakah  engkau  ingin  menjadi  seorang

penguasa  di  muka  bumi  dan  tidak  ingin  menjadi  orang  yang  memperbaiki

bumi."  Ketika  mendengar  orang  Israil  yang  mengatakan  demikian,  Musa

berhenti  dan  amarahnya  mereda.  Musa  mengingat  apa  yang  dilakukannya

kelmarin dan bagaimana ia meminta ampun dan bertaubat serta berjanji untuk

tidak  menjadi  pembantu  orang-orang  yang  berbuat  jahat.  Musa  kemudian

kembali dan meminta ampun kepada Tuhannya.

Orang Mesir  yang  berkelahi  dengan  orang  Israil  itu mengetahui  bahawa Musa

adalah  pembunuh  orang  Mesir  yang  mayatnya  mereka  temukan  kelmarin.

Petugas  keamanan  Mesir  tidak  berhasil  menyingkap  kasus  pembunuhan  itu.

Akhirnya, rahsia Musa tersingkap lalu seorang lelaki Mesir yang beriman datang

dari  penjuru  kota.  Ia  membisikkan  kepada  Musa  bahawa  ada  suatu  rencana

untuk membunuhnya. Ia menasihati Musa agar meninggalkan Mesir secepatnya.


Allah s.w.t berfirman:

"kerana itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan

khuatir  (akibat  perbuatannya),  maka  tiba-tiba  orang  yang  meminta

pertolongan  kelmarin  berteriak  meminta  pertolongan  kepadanya.  Musa

berkata  kepadanya:  'Sesungguhnya  kamu  benar-  benar  orang  yang  sesat

yang  nyata  (kesesatannya).  Maka  tat-kala  Musa  memegang  dengan  keras

orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata:  'Hai Musa apakah

kamu  bermaksud  untuk  membunuhku,  sebagaimana  kamu  kelmarin  telah

membunuh  seorang  manusia?  Kamu  tidak  bermaksud  melainkan  hendak

menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri  (ini), dan  tiadalah

kamu  hendak  menjadi  salah  seorang  dari  orang-orang  yang  mengadakan

perdamaian.' Dan datanglah  seorang  laki-laki dari ujung kota  tergesa-  gesa

seraya  berkata:  'Hai  Musa,  sesungguhnya  pembesar  sedang  berunding

tentang  kamu.  Sesungguhnya  aku  termasuk  orang-orang  yang  memberi

nasihat kepadamu.'" (QS. al-Qashash: 18-20)


Allah menyembunyikan  kepada  kita nama  laki-laki  yang datang mengingatkan

Musa  itu.  Tetapi  menurut  hemat  kami,  ia  adalah  seorang  lelaki  Mesir  yang

tentu memiliki  jabatan  penting.  Sesuai  dengan  ayat  tersebut,  ia mengetahui

adanya  persengkongkolan  untuk  menyingkirkan  Musa  dari  kedudukan  yang

tinggi.  Seandainya  ia  orang  yang  biasa-biasa  saja  maka  orang  itu  tidak

mengenalnya.  Orang  itu  mengetahui  bahawa  Musa  tidak  berhak  untuk

mendapatkan  hukum  bunuh  atas  dosanya.  Musa  membunuh  kerana  faktor

kesalahan, bukan kerana faktor kesengajaan. Kesalahan semacam itu menurut

undang-undang  Mesir  yang  dahulu  dihukum  dengan  penjara.  Lalu,  mengapa

timbul  keinginan  untuk  membunuh  Musa?  Kalau  kita  memperhatikan  nasihat

orang Mesir  itu terhadap Musa maka kita akan menemukan jawapannya. Yaitu

perkataannya:  "Para  pembesar  merencanakan  persekongkolan  untuk

menyingkirkanmu."


Read More

Kamis, 17 April 2025

Kisah Nabi Yaqub As

 Kisah Nabi Yaqub 


Adapun  Yakub,  ia  adalah  Nabi  pertama  yang  berasal  dari  sulbinya.  Beliau

adalah Yakub  bin  Ishak  bin  Ibrahim. Namanya  adalah  Israil  ia  adalah  seorang

Nabi  yang  diutus  bagi  kaumnya.  Allah  s.w.t  menyebutkan  tiga  bagian  dar

kisahnya. Berita gembira tentang kelahirannya disampaikan oleh para malaika

kepada datuknya  Ibrahim dan  Sarah neneknya. Allah  s.w.t  juga menyebutkan

wasiatnya saat ia meninggal. Dan Allah s.w.t akan menyebutkannya setelah itu

-  tanpa mengisyaratkan namanya  - dalam kisah Nabi Yusuf. Melalui wasiatnya


tersebut,  kita  dapat  mengetahui  tingkat  ketakwaannya.  Kita  mengetahui

bahawa  kematian  adalah  suatu  bencana  yang  akan  menghancurkan  manusia

sehingga  karenanya  manusia  menjadi  lupa  terhadap  namanya  dan  ia  hanya

ingat  terhadap  penderitaan  dan  kesusahannya,  tetapi  Nabi  Yakub  tidak  lupa

saat  ia  menjemput  kematian  untuk  berdoa  kepada  Allah  s.w.t.  Allah  s.w.t

berfirman:


"Adakah hamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia

berkata  kepada  anak-anaknya:  'Apa  yang  kamu  sembah  sepeninggalku?'

Mereka  menjawab:  'Kami  akan  menyembah  Tuhanmu  dan  Tuhan  nenek

mayangmu,  Ibrahim,  Ismail,  dan  Ishah,  (yaitu)  Tuhan  Yang  Maha  Esa  dan

kami hanya tunduk kepada-Nya. " (QS. al- Baqarah: 133)


Peristiwa  ini  yang  terjadi  antara  Nabi  Yakub  dan  anak-anaknya  di  saat

menjelang  kematian  adalah  peristiwa  yang  sangat  besar.  Kita  di  hadapan

seseorang  yang  menghadapi  sakaratul  maut.  Apakah  masalah  yang

menyibukkan  fikirannya  di  saat  sakaratul  maut?  Apakah  fikiran-fikiran  yang

selalu mengganggunya saat sakaratul maut? Apakah perkara penting yang harus

disampaikannya  sehingga  hatinya  menjadi  tenang  sebelum  kematiannya?

Apakah  warisan  yang  ingin  ditinggalkannya  kepada  anak-  anaknya  dan

cucu-cucunya?  Apakah  sesuatu  yang  ingin  disampaikannya  sebelum

kematiannya  yang  dapat  menjamin  keselamatan  manusia?  Anda  akan

menemukan  jawaban  dari  semua  pertanyaan  itu  saat  beliau  bertanya:  "Apa

yang kalian sembah sepeninggalku?" Pertanyaan itulah yang sangat merisaukan

beliau saat menghadapi sakaratul maut. Yaitu masalah keimanan kepada Allah

s.w.t.  la  adalah  masalah  satu-satunya  dan  ia  merupakan  warisan  hakiki.

Anak-anak  Israil  menjawab:  "Kami  menyembah  Tuhanmu  dan  Tuhan

ayah-ayahmu  Ibrahim,  Ismail, dan  Ishak. Yaitu Tuhan yang Maha Esa dan kami

akan berserah diri pada-Nya."


Telah terdapat dalil yang kuat yang menunjukkan bahawa mereka diutus untuk

menyebarkan  Islam.  Jika  mereka  (anak-anak  Israil)  keluar  dari  Islam,  maka

mereka  bererti  keluar  dari  rahmat  Allah  s.w.t  dan  jika  mereka  tetap

mempertahankannya,  maka  mereka  akan  mendapatkan  rahmat.  Yakub

meninggal  dan  ia  bertanya  kepada  anak-anaknya  tentang  Islam,  di  mana  ia

merasa  tenang  atas  akidah  mereka.  Sebelum  kematiannya,  ia  mendapatkan

ujian  berat  berkenaan  dengan  anaknya  Yusuf.  Yusuf  adalah  seorang  Nabi

seperti Yakub di mana Allah s.w.t mengutusnya pada penduduk Mesir.


Read More

Rabu, 16 April 2025

Kisah Nabi Ishaq As

 KISAH NABI ISHAK 


Nabi Ishaq adalah putera nabi Ibrahim dari isterinya Sarah, sedang Nabi Ismail

adalah puteranya dari Hajr, dayang yang diterimanya sebagai hadiah dari Raja

Namrud.Tentang Nabi Ishaq ini tidak dikisahkan dalan Al-Quran kecuali dalam beberapa

ayat di antaranya adalah ayat 69 sehingga 74 dari surah Hud, seperti berikut:


69.  "  Dan  sesungguhnya  utusan-utusan  Kami  {malaikat-malaikat}  telah

datang  kepada  Ibrahim  membawa  khabar  gembira  mereka  mengucapkan

"selamat".Ibrahim  menjawab:  "Selamatlah"  maka  tidak  lama  kemudian

Ibrahim menjamukan daging anak sapi yang dipanggang.


70.  "Maka  tatkala  dilihatnya  tangan  mereka  tidak  menjamahnya,  Ibrahim

memandang  aneh  perbuatan  mereka,  dan  merasa  takut  kepada  mereka.

malaikat  itu  berkata  "  Janagan  kamu  takut  sesungguhnya  kami  adalah

{malaikat-malaikat} yang diuts untuk kaum Luth."


71.  "dan  isterinya  berdiri  di  sampingnya  lalu  di  tersenyum.  Maka  Kami

sampaikan  kepadanya  berita  gembira  akan  {kelahiran}  Ishaq  dan  sesudah

Ishaq {lahir pula} Ya'qub."


72. Isterinya berkata " sungguh menghairankan apakah aku akan melahirkan

anak  padahal  aku  adalah  seorang  perempuan  tua  dan  suamiku  pun  dalam

keadaan  yang  sudah  tua  juga?  Sesungguhnya  ini benar-benar  sesuatu  yang

aneh."


73.  Para  malaikat  itu  berkata  "  Apakah  kamu  merasa  hairan  tentang

ketetapan Allah? { itu adalah} rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan

atas  kamu  hai  ahlulbait!  sesungguhnya  Allah  Maha  Terpuji  lagi  Maha

Pemurah. "


74.  "Maka  tatkala  rasa  takut  hilang  dari  Ibrahim  dan  berita  gembira  telah

datang kepadanya dia pun bersoal  jawab dengan {malaikat- malaikat} Kami

tentang kaum Luth." { Hud : 69 ~ 74 }


Selain  ayat-ayat  yang  tersebut  di  atas  yang  membawa  berita  akan  lahirnya

Nabi  Ishaq daripada kedua orang  tuanya yang sudah  lanjut usia yang menurut

sementara  riwayat  bahawa  usianya  pada waktu  itu  sudah mencapai  sembilan

puluh  tahun,  terdapat  beberapa  ayat  yang  menetapkan  kenabiannya  di

antaranya ialah ayat 49 surah "Maryam" sebagai berikut:


" Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang

meerka sembah selain Allah Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya'qup.

Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi."


Dan ayat 112 dan 113 surah "Ash-Shaffaat" sebagai berikut :

" 112. Dan Kami dia khabar gembira dengan {kelahiran}  Ishaq seorang nabi

yang  termasuk  orang-orang  yang  soleh.  113.  Kami  limpahkan  keberkatan

atasnya dan atas  Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik

dan ada {pula} yang zalim terhadap dirinya dengan nyata."

Catatan Tambahan


Diriwayatkan bahawa Nabi Ibrahim wafat pada usia 175 tahun. Nabi Ismail pada

usia 137 tahun dan Nabi Ishaq pada usia 180 tahun.


Al-Qur'an  al-Karim  hanya  menyebutkan  sekilas  tentang  kisah  Nabi  Ishak.

Kelahiran  nabi  ini  membawa  suatu  kejadian  yang  luar  biasa  di  mana  para

malaikat  menyampaikan  berita  gembira  tentang  kelahirannya.  Kelahirannya

terjadi setelah beberapa tahun dari kelahirannya Nabi Ismail, saudaranya. Had

Sarah sangat senang dengan kelahiran  Ishak dan kelahiran putranya Yakub as.

Tetapi kita tidak mengetahui bagaimana kehidupan Nabi  Ishak dan bagaimana

kaumnya  bersikap  padanya.  Yang  kita  ketahui  hanya,  bahawa  Allah  s.w.t

memujinya sebagai seorang nabi dari orang-orang yang soleh.




Read More

Selasa, 15 April 2025

Kisah nabi Ismail As

 KISAH NABI ISMAIL A.S.

Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah, isterinya dan Hajar,

dayangnya di tempat tujuannya di Palestin. Ia telah membawa pindah juga semua binatang

ternakannya dan harta miliknya yang telah diperolehinya sebagai hasil usaha niaganya di

Mesir. Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a. berkata:


"Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan

untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan

Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. Tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya

terbukalah rahsia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai

lazimnya seorang isteri sebagai Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai

seorang dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Siti Sarah

merasakan bahawa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar kerana merasa sangat

gembira dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan

permulaan ada keratakan dalam rumahtangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah

merasa tidak tahan hati jika melihat Siti Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya

menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat."


Untuk sesuatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim Allah s.w.t.

mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah isterinya dipenuhi dan

dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan Sarah ke suatu tempat di mana yang ia akan

tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya akan ditempatkan dan kepada siapa

akan ditinggalkan.


Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah

membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa tempat tujuan yang

tertentu. Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada binatang

tunggangannya. Dan berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada

di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka di mana terik

matahari dengan pedihnya menyengat tubuh dan angin yang kencang

menghembur-hamburkan debu-debu pasir.


Ismail dan ibunya Hajar ditinggalkan di Makkah

Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang memenatkan, tibalah pada

akhirnya Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di Makkah kota suci dimana Kaabah

didirikan dan menjadi kiblat manusia dari seluruh dunia. Di tempat di mana Masjidil Haram

sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan di situlah ia

meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya dibekali dengan serantang bekal

makanan dan minuman sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air

mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering. Alangkah sedih dan cemasnya Hajar

ketika akan ditinggalkan oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih

kecil di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir. Ia

seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim memohon belas

kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di tempat yang kosong itu, tiada seorang


manusia, tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak terlihat pula air mengalir, sedangkan

ia masih menanggung beban mengasuh anak yang kecil yang masih menyusu. Nabi

Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa tidak tergamak meninggalkannya seorang

diri di tempat itu bersama puteranya yang sangat disayangi akan tetapi ia sedar bahwa apa

yang dilakukan nya itu adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu mengandungi hikmat yang

masih terselubung baginya dan ia sedar pula bahawa Allah akan melindungi Ismail dan

ibunya dalam tempat pengasingan itu dan segala kesukaran dan penderitaan. Ia berkata

kepada Hajar:


"Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada

kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan

Dialah yang akan melindungi mu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh

kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di

sini seorang diri bersama puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa

Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya.

Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah."


Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya pada baju

Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau menunggang untanya kembali ke Palestin dengan

iringan air mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang menetak. Sedang

Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya keetika ia turun dari dataran tinggi

meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestin di mana isterinya Sarah dengan

puteranya yang kedua Ishak sedang menanti. Ia tidak henti-henti selama dalam perjalanan

kembali memohon kepada Allah perlindungan, rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki

bagi putera dan ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam doanya:"

Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat

rumah-Mu (Baitullahil Haram) di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia agar

mereka mendirikan solat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebahagian manusia

cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan yang lazat,

mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu."


Mata air Zamzam

Sepeninggal Nabi Ibrahim tinggallah Hajar dan puteranya di tempat yang terpencil dan

sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh Allah atas dirinya dengan

kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya. Bekalan makanan dan minuman

yang dibawanya dalam perjalanan pada akhirnya habis dimakan selama beberapa hari

sepeninggalan Nabi Ibrahim. Maka mulailah terasa oleh Hajar beratnya beban hidup yang

harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ia masih harus meneteki anaknya,

namun air teteknya makin lama makin mengering disebabkan kekurangan makan. Anak

yang tidak dapat minuman yang memuaskan dari tetek ibunya mulai menjadi cerewet dan

tidak henti-hentinya menangis. Ibunya menjadi panik, bingung dan cemas mendengar

tangisan anaknya yang sgt menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri serta lari ke

sana ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dapat meringankan

kelaparannya dan meredakan tangisan anaknya, namun sia-sialah usahanya. Ia pergi

berlari harwalah menuju bukit Shafa kalau-kalau ia boleh mendapatkan sesuatu yang dapat

menolongnya tetapi hanya batu dan pasir yang didapatnya disitu, kemudian dari bukit Shafa


ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah dan larilah ia berharwahlah ke

tempat itu namun ternyata bahawa yang disangkanya air adalha fatamorangana {bayangan}

belaka dan kembalilah ke bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang

memanggilnya tetapi gagal dan melesetlah dugaannya. Demikianlah maka kerana

dorongan hajat hidupnya dan hidup anaknya yang sangat disayangi, Hajar mundar-mundir

berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk

termenung merasa penat dan hampir berputus asa.


Diriwayatkan bahawa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir

berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah kepadanya malaikat

Jibril bertanya: "Siapakah sebenarnya engkau ini?" "Aku adalah hamba sahaya Ibrahim",

jawab Hajar. "Kepada siapa engkau dititipkan di sini?" tanya Jibril. "Hanya kepada

Allah",jawab Hajar. Lalu berkata Jibril: "Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada

Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu, mencukupi

keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan kepercayaan ayah puteramu

kepada-Nya."


Kemudian diajaklah Hajar mengikutinya pergi ke suatu tempat di mana Jibril menginjakkan

telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah dan segeralah memancur dari bekas telapak kaki itu

air yang jernih dengan kuasa Allah. Itulah dia mata air Zamzam yang sehingga kini

dianggap keramat oleh jemaah haji, berdesakan sekelilingnya bagi mendapatkan setitik

atau seteguk air daripadanya dan kerana sejarahnya mata air itu disebut orang "Injakan

Jibril".


Alangkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat air yang mancur itu. Segera ia

membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan segera pula terlihat wajah puteranya

segar kembali, demikian pula wajah si ibu yang merasa sangat bahagia dengan datangnya

mukjizat dari sisi Tuhan yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan kepada

puteranya sesudah dibayang-bayangi oleh bayangan mati kelaparan yang mencekam dada.


Mancurnya air Zamzam telah menarik burung-burung berterbangan mengelilingi daerah itu

menarik pula perhatian sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang merantau dan

sedang berkhemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari pengalaman bahawa di

mana ada terlihat burung di udara, nescaya dibawanya terdapat air, maka diutuslah oleh

mereka beberapa orang untuk memeriksa kebenaran teori ini. Para pemeriksa itu pergi

mengunjungi daerah di mana Hajar berada, kemudian kembali membawa berita gembira

kepada kaumnya tentang mata air Zamzam dan keadaan Hajar bersama puteranya.

Segera sekelompok suku Jurhum itu memindahkan perkhemahannya ke tempat sekitar

Zamzam, di mana kedatangan mereka disambut dengan gembira oleh Hajar kerana

adanya sekelompok suku Jurhum di sekitarnya, ia memperolehi jiran-jiran yang akan

menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini dirasakan di dalam hidupnya

berduaan dengan puteranya saja.


Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmatnya telah membuka hati orang-orang itu

cenderung datang meramaikan dan memecahkan kesunyian lembah di mana ia

ditinggalkan sendirian oleh Ibrahim.


Ismail Bantu Bapa Bina Kaabah

Nabi Ismail dibesarkan di Makkah (pekarangan Kaabah). Apabila dewasa beliau berkahwin

dengan wanita daripada puak Jurhum. Walaupun tinggal di Makkah, Ismail sering

dikunjungi bapanya.


Pada satu ketika, bapanya menerima wahyu daripada Allah supaya membina Kaabah.

Perkara itu disampaikan kepada anaknya. Ismail berkata: “Kerjakanlah apa yang

diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan membantumu dalam pekerjaan mulia

itu.”Ketika membina Kaabah, Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail: “Bawakan batu yang baik

kepadaku untuk aku letakkan di satu sudut supaya ia menjadi tanda kepada

manusia.”Kemudian Jibril memberi ilham kepada Ismail supaya mencari batu hitam untuk

diserahkan kepada Nabi Ibrahim.Setiap kali bangun, mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami,

terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui.”Bangunan (Kaabah) itu menjadi tinggi dan Ibrahim makin lemah untuk

mengangkat batu. Dia berdiri di satu sudut, kini dikenali Makam Ibrahim.


Nabi Ibrahim sering berulang-alik mengunjungi anaknya. Pada satu hari, beliau tiba di

Makkah dan mengunjungi rumah anaknya.Bagaimanapun, Ismail tiada di rumah ketika itu

melainkan isterinya. Isteri Ismail tidak mengenali orang tua itu adalah bapa Ismail.Apabila

Nabi Ibrahim bertanya isteri Nabi Ismail mengenai suaminya itu, beliau diberitahu anaknya

keluar berburu. Seterusnya Nabi Ibrahim bertanya keadaan mereka berdua. Isterinya

berkata: “Kami berada dalam kesempitan.”Nabi Ibrahim berkata: “Apakah kamu

mempunyai jamuan, makanan dan minuman?“ Dijawab isteri Ismail: “Aku tidak

mempunyainya, malah apa pun tiada.”Kelakukan isteri Nabi Ismail itu tidak manis

dipandang Nabi Ibrahim kerana kelihatan tidak reda dengan pemberian Allah dan jemu

untuk hidup bersama suaminya. Malah, dia kelihatan bersifat kedekut kerana tidak

mengalu-alukan kedatangan tetamu.Akhirnya Nabi Ibrahim berkata kepada isteri anaknya:

“Jika suamimu kembali, sampaikanlah salamku kepadanya dan katakan kepadanya supaya

dia menggantikan pintunya.”


Selepas itu Nabi Ibrahim beredar dari situ. Sejurus kemudian, Nabi Ismail pulang ke rumah

dengan hati gembira kerana dia menganggap tiada perkara tidak diingini berlaku sepanjang

ketiadaannya di rumah. Nabi Ismail bertanya isterinya: “Apakah ada orang datang menemui

kamu?“Isterinya berkata: “Ya, ada orang tua kunjungi kita.” Ismail berkata: “Apakah dia

mewasiatkan sesuatu kepadamu?“ Isterinya berkata: “Ya, dia menyuruhku menyampaikan

salam kepadamu dan memintaku mengatakan kepadamu supaya menggantikan

pintumu.”Ismail berkata: “Dia adalah bapaku. Sesungguhnya dia menyuruhku supaya

menceraikanmu, maka kembalilah kepada keluargamu.”Selepas menceraikan isterinya,

Nabi Ismail berkahwin lain, kali ini dengan seorang lagi wanita daripada kaum Jurhum. Isteri

baru itu mendapat keredaan bapanya kerana pandai menghormati tetamu, tidak

menceritakan perkara yang menjatuhkan maruah suami dan bersyukur dengan nikmat

Allah. Ismail hidup bersama isteri barunya itu hingga melahirkan beberapa anak.

Nabi Ismail mempunyai 12 anak lelaki dan seorang anak perempuan yang dikahwinkan

dengan anak saudaranya, iaitu Al-’Ish bin Ishak. Daripada keturunan Nabi Ismail lahir Nabi

Muhammad s.a.w. Keturunan Nabi Ismail juga mewujudkan bangsa Arab Musta’ribah.


Nabi Ismail sebagai Qurban

Nabi Ibrahim dari masa ke semasa pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan menjenguk

Ismail di tempat pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya kepada puteranya

yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing bila mengenangkan

keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari

masyarakat kota dan pengaulan umum.


Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia

harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari

cara-cara turunnya wahyu Allah, maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus

dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha

berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak

puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan, seorang putera yang telah mencapai

usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah, seorang putera yang

diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba

harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oleh tangan si ayah sendiri.


Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya

menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah,

menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya

kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang

diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan

perintah itu.


Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman

Allah yang bermaksud: "Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia

mengamanatkan risalahnya". Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam (niat) tetap

akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah

yang telah diterimanya. Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah

untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.


Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang

tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan

berfikir panjang berkata kepada ayahnya:


"Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau

akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku

hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat

supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar

menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan

berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu

dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa

pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah

kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata

serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."


Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:

"Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang

tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah"


Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail,

dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan

sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air

berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya,

seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan

seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada

akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan

penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya

itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana

mestinya dan sebagaimana diharapkan.


Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah

perkorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh

mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang

sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan perkorbanan

puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit

pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada

orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi

seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada

ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku

karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa

melihat wajahku. "Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah

pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari

belakang.


Dalam keadaan bingung dan sedih hati, kerana gagal dalam usahanya menyembelih

puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya: "Wahai Ibrahim!

Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah kami akan membalas

orang-orang yang berbuat kebajikkan". Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa, Ismail

telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing

yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau

dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah

berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap Hari Raya Aidiladha di seluruh pelosok

dunia.



Read More