Keterputusan Riwayat selama 550 tahun Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa
sebenarnya penelitian KH.Imaduddin
ini terhadap nasab habib yang di indonesia tidak berdasarkan kedengkian diambil
dari beberapa channel youtube yang penulis amati KH.Imaduddin sebelumnya juga
menghusnudzoni nasab habib yang ada di indonesia tetapi ada beberapa oknum
habib yang memiliki arogansi tinggi seperti mengatakan "karena di dalam
tubuh kami mengalir darah suci kakek kami Rasulullah Saw", dan juga ada
oknum habib yang mengatakan "1 kaki habib yang nakal yang kotor lebih
mulya di banding 70 orang kyai yang alim" dan adanya tuduhan oknum habib
sering mendawir atau meminta sumbangan mengatasnamakan nama besar Rasulullah
Saw sering juga beberapa oknum habib ini menceramahkan cerita-cerita yang tidak
masuk akal (khurafat) dan menebar kebencian seperti menjelekan pemerintah dan
kyai nusantara ditambah lagi pemalsuan makam-makam dan penyelewengan sejarah
seperti yang penulis dari beberapa channel youtube beliau mengatakan "masah
iya keturunan Rasulullah memiliki sikap dan sifat seperti itu"
berikut yang melatar belakangi
KH.Imaduddin Utsman Al-Bantany melakukan penelitian terhadap nasab habib
1.Sifat arogansi banyak oknum habib
2.Suka meminta sumbangan
mengatasnamakan baginda Nabi besar Saw
3.Isi ceramah banyak oknum habib
menebar kebencian
4.Isi ceramah banyak oknum habib
berisi cerita khurafat
5.Isi ceramah banyak oknum habib
menyelewengkan sejarah nusantara (termasuk Walisongo)
6.Pemalsuan makam-makam Tokoh-tokoh
dan pahlawan nusantara
ke 6 poin diatas yang dapat penulis
ambil dari beberapa channel youtube yang menjadi alasan mengapa KH.Imaduddin
Al-Bantany tidak bisa lagi menghusnudzoni(berperasangka baik) lagi karena
perbuatan habib sendiri yang jauh dari akhlak Rasulullah Saw berikut ini hasil
dari penelitina KH.Imaduddin Utsman Al-Bantany menemukan beberapa kejanggalan
nasab Ba'alawy salah satunya keterputusan riwayat selama 550 tahun dimana
Abdullah atau ubaidillah sebagai anak ahmad al muhajir
Pada gambar silsilah diatas nama
Ubaidillah yang merupakan keturunan dari Ahmad bin Isa inilahyang menjadi
persolan karena kitab 3-9 hijriah tidak pernah ditemukan atau tidak pernah
mencatat nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa
Ada beberapa referensi mengenai
keturunan Ahmad bin Isa.
1.Kitab Abna’ul Imam fi Mishro
Wasyam (abad 5H) menulis anak Ahmad bin Isa ada empat ,yaitu Muhammad, Ali,
Husein dan Abdullah (Ubaidillah) . Penggunaan kitab tersebut sebagai sumber
primer (dalam ilmu sejarah) mendapat kritikan keras karena Yusuf Jamalullail
seorang Habib yang lahir pada tahun 1938
Masehi (sebagai pentahqiq) telah memberikan pengakuan dalam mukaddimah, bahwa
kitab ini sudah mendapat penambahan di sana-sini oleh para mualliq .
2.Kitab Syajarah Mubarakah (abad
6H) menyebutkan anak Ahmad bin Isa hanya tiga: Muhammad, Ali dan Husain,
tidak ada Ubed (Ubaidillah) . Ubaidillah sebagai tokoh abad 4 H tidak tercatat
dalam kitab-kitab sezaman atau yang mendekatinya sebagai anak Sayyid Ahmad bin
Isa bin Muhammad al-Naqib (Ahmad al Muhajir) . Kitab-kitab nasab dan sejarah
telah banyak ditulis pada abad ke 4-9 Hijriyah, namun satu pun tidak ada yang
menyebutkan bahwa Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaidillah.
3.Banyak kitab nasab dan sejarah
(mulai abad 9 H dan seterusnya) yang menulis Ubed (Ubaidillah) sebagai anak
Ahmad bin Isa kesemuanya akan bermuara merujuk kepada kitab Al-Burqah karya Ali al Sakran (wafat pada tahun
895 Hijriah) dari klan Ba’alwi sendiri (abad 9 H). Di abad ke-9 dan ke-10
(dan seterusnya), klan Ba’alwi bukan hanya berhasil membangun kontruksi nasab
mereka terkoneksi kepada Nabi Muhammad SAW (melalui Ubaidillah) , tetapi mereka
juga telah berhasil membangun kesejarahan leluhur mereka dengan kesejarahan
yang luar biasa .
Berikut ini daftar kitab rujukan para naqib di hampir seluruh dunia Islam yang tidak membahas nama Ubaidillah (383 H) :
1. Maqatil At-Thalibiyyin, karya Abu Al-Faraj Al-Isfahani (abad 4 H).
2. Tahdzib Al-Ansab, karya Abu Hasan Al Ubaidili Al-Husaini (abad 4 H).
3. Al-Majdi Al-Makhtut, karya Abu Hasan Ali Al-Umri (abad 5 H).
4. Al-Majdi fi Ansab at-Thalibiyyin, karya Abu Hasan Ali Al-Umri (abad 5 H).
5. Nihayatul Ikhtisar, karya As-Sayyid An-Naqib Abu Muhammad Syamsuddin bin Muhammad Al-Athqa. Beliau adalah “Imam An Naqib” (pencatat & pengawas) nasab Keluarga Muhammad SAW (abad ke 6 H.) Di kitab beliau ini tidak ada nama Ubaidillah bin Sayyid Ahmad.
6. Syajarah Al-Mubarakah, karya Fahrurrozi (abad 6 H).
7. Thoroful Ash_hab Fi Ma’rifatil Ansab, karya:
Sultan Raja Al-Asyrof, Umar bin Yusuf Bin Rosul.
Pada abad ke-7 H ini, penguasa Yaman dari Dinasti Rasuli (keturunan Imam Hasan), melakukan sensus terhadap keturunan Nabi di seluruh Yaman, termasuk wilayah Mirbath, dan jumlah Ba’alawi di masa itu sudah banyak. Hasilnya : Tidak ada keluarga Al Husaini di Yaman di masa itu, yang ada hanya keturunan Imam Hasan bin Ali dari banyak kabilah. Dan semuanya diperinci dengan detil & memuaskan. Tentu saja keluarga Ba’alawi tidak dimasukkan dalam hasil sensus tersebut. Di abad ini belum muncul klaim nama Ubaidillah yang dicantolkan sebagai anak Ahmad bin Isa Al Husaini.
8. At-Tadzkirah fi Ansab Al-Muthaharah, karya Ibnu Mahna Al-Ubaidili Al-Husaini (abad 7 H).
9. Umdah at-Thalib Kubra, karya Jamaluddin bin Ali Ibnu Anbah Al-Husaini (abad 8 H).
10. Umdah at-Thalib Sughra, karya Jamaluddin bin Ali Ibnu Anbah Al-Husaini (abad 8 H).
Al-Ashili, karya Syarif Shafiuddin Muhammad bin Tajuddin Ibnu Thaqthaqi Al Husaini (abad 8 H).
11.Sikhakhul Akhbar fi Nasabi Saadah Al-Fatimiyah Al-Akhyar, karya Sayyid Muhammad
12. Sirajuddin bin Abdulloh Al-Qosim bin Muhammad Huzam Ar-Rifa’i (abad 9 H).
13. Musyajarah Al-Kasyaf, karya Sayyid Jamaluddin Abdulloh bin Abi Al-Barakat Al-Jurjani (abad 10 H).
Sementara, kitab yang menyebut nama Abdullah sebagai anak Ahmad Al-Muhajir.
Ingat! Abdullah. Bukan Ubaidillah.
Nafhat Al-Ambariyah fi Ansab Khoir Al-Bariyah, karya Abu Al-Fudhail Al-Kadzimi (abad 10 H.) Kitab ini ditulis kembali dalam khasanah Syekh Abdulloh Zanjani, ulama Syi’ah, di kota Qum Iran. Dalam kitab ini dijelaskan bahwa :
“Pada tahun 611 H, Sayyid Abi Al-Jadid Abdullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa telah datang di Aden pada zaman pemerintahan Mas’ud bin Tagtakin”.
Di atas menerangkan bahwa pada tahun 611 H. Abi Al-Jadid (Abdullah) bin Ahmad Al-Muhajir masih hidup dan sempat bertandang ke Aden. Sedangkan yang di klaim bernama Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir telah meninggal di Sumal Hadramaut pada tahun 383 H. Antara Abdullah dan Ubaidillah ini tidak mungkin sebagai orang yang sama, karena tahun hidupnya berbeda sangat jauh. Hampir 2,5 abad.
Kesimpulannya, kitab di atas tidak bisa menjadi rujukan karena kerancuan data tahun, bagi Abdullah Abi Al-Jadid (hidup 611 H) yang disangka putera Ahmad Al-Muhajir (wafat di era 350 H).
kitab-kitab abad ke 10 H ke atas yang mencantumkan nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad Al-Muhajir:
1. Bahr Al-Ansab, karya Muhammad An-Najafi (abad 10 H).
Di halaman 52 ada penyebutan tentang silsilah nasab seperti ini : Sayyid Abu bakar bin Hasan bin Abu bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad.
2. Bughyatur Rawi & Ad Dhau’ul Lamik, karya As-Sakhowi (awal abad 10 H.).
Ini memang bukan kitab nasab, sebab beliau adalah ulama muhadditsin, tapi ini adalah kitab yang mencatat sanad keguruan pribadi imam Sakhowi di biografinya yang di kitab “Dhau’ul Lamik juz 5 hal. 59 di biografi no. 220” di halaman ini ada penyebutan nama Ubaidillah bin Ahmad.
3. Al-Mu’jam, karya Ibnu Hajar Al Haitsami (abad 10 H.)
Ini juga bukan kitab nasab. Di sini Ibnu Hajar menyatakan sanad keilmuan di biografi pribadinya. Yang tersambung ke gurunya dimana ke atasnya adalah Bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa Ar-Rumi.
4.Tuhfah Al-Azhar, karya Ibnu Syaqdam (abad 11 H.)
Di kitab ini, Ibnu Syaqdam mencatat bahwa putera Ahmad Al-Abah itu ada 3, yaitu :
a. Abdullah
b. Muhammad
c. Ali Zainal Abidin
Disini, Ibnu Syaqdam menghilangkan nama Husein sebagai putra Ahmad, dan menggantinya dengan nama Abdullah (bukan Ubaidillah).
Kitab ini tidak dijadikan rujukan primer bagi para ahli nasab, sebab di samping era penulisannya baru, juga sebab adanya ketidakcocokan nama-nama anak dari Imam Ahmad Al-Muhajir di dalamnya karena pada sumber kitab-kitab yang lebih tua, anak Imam Ahmad itu 3 yaitu : Muhammad, Ali dan Husain.
5. Khulashoh Al-Athar “cetakan Dar Sadir Beirut”, karya Al-Muhibbi (abad 12 H).
Ini juga bukan kitab nasab. Di sini Al-Muhibbi cuma mencatat biografi orang yang membawa silsilah nasab yang tersambung ke nama Ubaidillah bin Ahmad.
6. Tuhfat Al-Muhibbin wa Al-Ansab, karya Abdurrahman Al-Anshari (abad 12 H).
Kitab baru, bukan data primer & terputus dengan kitab-kitab primer.
7. Nubzat Lathifah fi Silsilati nasab Al-Alawi, karya Zainal Abidin bin Alwi Jamalul Lail (abad 13 H).
Kitab baru, klaim internal dan tidak terrsambung dengan kitab- kitab primer yang berurutan di abad-abad sebelumnya.
8. Ittisal Nasabil Alawiyyin wal Asyraf, karya Umar bin Salim Al Attas (abad 13 H.)
9.Syamsu Dzahirah, karya Abdurrahman Muhammad bin Husein Al-Masyhur (Pertengahan abad 13 H).
Sumber :
https://qbadindo.com/2023/02/13/mengungkap-kemungkinan-siapa-sesungguhnya-datuk-baalawi-yang-hijrah-ke-yaman-ditinjau-dari-kajian-semejarah-genetika-dan-kitab-nasab/.
Download Kejanggalan nasab habib