Kisah Azab kepada firaun dan bala tentaranya
Allah s.w.t telah
menetapkan untuk membuat
suatu keputusan hukum terhadap
Fir'aun. Allah s.w.t
memerintahkan kepada Musa untuk keluar dan mengizinkan Bani
Israil untuk pergi. Mereka bersiap-bersiap untuk keluar dan pergi bersama Musa.
Mereka membawa perhiasan-perhiasan mereka
lalu datanglah malam
kepada mereka. Nabi
Musa berjalan bersama mereka dan menyeberangi Laut Merah
dan menuju ke negeri Syam.
Sementara itu, utusan Fir'aun dan intelejennya
bergerak. Sampailah berita kepada Fir'aun bahawa Musa telah pergi beserta
kaumnya. Fir'aun mengeluarkan perintahnya di
segenap penjuru kota
agar pasukan yang
besar berkumpul.
Fir'aun
menyampaikan alasan yang
aneh di balik
pengumpulan tentera itu sebagaimana disampaikan oleh Al-Quran:
"Dan sesungguhnya mereka
membuat hal-hal yang
menimbulkan amarah kita.
" (QS. asy-Syu'ara': 55) Fir'aun telah naik pitam melihat aksi Musa.
"Secara peribadi aku telah marah padanya. Jumlah
mereka sedikit namun
kemarahan kita terhadap
mereka sungguh banyak. Kalau demikian, ini adalah peperangan." Fir'aun
benar-benar seorang penjahat kelas kakap. Ia tidak berusaha menyembunyikan
niatnya di balik kata-kata besarnya.
Misalnya, secara diplomasi
ia dapat mengatakan bahawa keamanan
kerajaan terancam atau
sistem ekonomi akan
hancur jika para pekerja ini
yang digaji dengan sangat murah ini akan keluar. Fir'aun tidak mengatakan semua
itu tetapi ia hanya menyatakan bahawa ia sedang emosi. Nabi Musa membuatnya
naik pitam dan
ini sudah cukup
untuk mengeluarkan perintah agar
para tentera dikumpulkan. Manusia
membenarkan tindakan
Fir'aun untuk seribu
kalinya setelah membohongkannya.
Tiada seorang pun yang
menentangnya dan tidak
ada seorang pun
yang mempersoalkan sebab kenapa di balik pengumpulan tentera
itu. Akhirnya, bergeraklah tentera
Fir'aun dengan membawa
persenjataan yang lengkap
dan mereka berusaha
mengejar Nabi Musa.
Fir'aun duduk di
atas kenderaan perangnya dan mengawasi tentera di sekitamya sambil
tersenyum. Barangkali ia membayangkan, jika
sejak semula ia
melakukan itu maka gerak-geri Musa
akan dapat dipatahkannya dan
ia dapat membunuhnya. Alhasil, ia sekarang berada di
jalan untuk menangkap Musa dan membunuhnya dan menyelesaikan masalah
seluruhnya. Nabi Musa berdiri di depan Laut Merah. Tampak dari kejauhan bahawa
debu yang ditebarkan oleh tentera Fir'aun mulai mendekat.
Lalu setelah itu tampak panji-panji tentera.
Melihat hal itu,
kaum Nabi Musa
merasakan ketakutan. Mereka
menghadapi situasi sangat sulit dan berbahaya: di depan mereka ada laut sementara di
belakang mereka ada
musuh. Mereka tidak
memiliki kesempatan
sedikit pun untuk
berperang dengan pasukan
Fir'aun kerana mereka hanya
terdiri dari wanita-wanita, anak-anak
kecil, dan orang-orang lelaki yang tidak bersenjata.
Fir'aun akan menyembelih mereka semuanya. Tiba-tiba terdengarlah teriakan dari
kaum Nabi Musa: "Fir'aun akan menyusul kita dan
menangkap kita." Nabi
Musa berusaha menenangkan
mereka sambil berkata: "Tidak. Sesungguhnya Tuhanku bersamaku dan
Dia pun akan membimbingiku." Kita
tidak mengetahui bagaimana
perasaan Nabi Musa
saat itu atau apa
yang difikirkannya. Yang
jelas, ia tidak
mendapat kepercayaan
seperti ini kecuali
setelah Allah s.w.t
mewahyukan kepadanya agar
ia memukulkan tongkatnya ke lautan itu. Kemudian Nabi Musa pun
memukulkan tongkat yang dibawanya kepada lautan itu. Demikianlah bahawa
kehendak Allah s.w.t
pasti terlaksana meskipun
harus bertentangan dengan logik manusia. Allah s.w.t ingin menunjukkan
mukjizat, kemudian Allah s.w.t mewahyukan kepada Musa untuk memukulkan
tongkatnya kepada lautan.
Pemukulan tongkat terhadap lautan hanya sekadar sebab yang
kemudian diikuti dengan
terbelahnya lautan. Belum
sampai Nabi Musa
mengangkat tongkatnya sehingga malaikat Jibril turun ke bumi lalu Nabi Musa
memukulkan tongkatnya ke
lautan. Tiba-tiba laut
itu terbelah menjadi
dua bahagian: satu bahagian menjadi kering kontang di mana di sebelah
kanannya terdapat ombak dan
di sebelah kirinya
juga terdapat ombak.
Nabi Musa bersama kaumnya berjalan
sehingga mereka dapat melewati lautan. Ini adalah mukjizat yang
sangat besar. Ombak
bergelombang: meninggi dan
menurun sehingga tampak ada
tangan tersembunyi yang
mencegahnya agar jangan sampai menenggelamkan Nabi Musa atau
bahkan membasahinya sekalipun. Demikianlah Nabi Musa dan kaumnya berhasil
melewati lautan. Sementara itu, Fir'aun
sampai ke lautan.
Ia menyaksikan mukjizat ini.
Ia melihat lautan terdapat jalan kering yang terbelah
menjadi dua. Fir'aun saat itu merasakan ketakutan tetapi
lagi-lagi keras kepalanya dan
pembangkangnya tetap
menyalakan api peperangan
sehingga ia menyuruh
pasukannya untuk maju. Ketika Musa
selesai menyeberangi lautan,
ia menoleh ke
lautan dan ia
ingin memukulkan dengan tongkatnya sehingga kembali
sebagaimana mestinya, tetapi Allah s.w.t mewahyukan
kepadanya agar ia membiarkan lautan seperti semula.
Seandainya ia memukulkan
tongkatnya kepada lautan
dan laut itu kembali seperti semula nescaya Nabi Musa
akan selamat dan Fir'aun pun akan selamat,
sedangkan Allah s.w.t
telah berkehendak untuk
menenggelamkan Fir'aun. Oleh kerana itu, Musa diperintahkan untuk
membiarkan lautan seperti semula. Allah s.w.t mewahyukan kepadanya: "Dan biarlah
laut itu tetap
terbelah. Sesungguhnya mereka
adalah tentera yang akan
ditenggelamkan." (QS. ad-Dukhan: 24)
Fir'aun
bersama tenteranya sampai
di tengah lautan.
Ia sudah melewati separuhnya dan
ia akan sampai
ke tepi yang
lain. Kemudian Allah
s.w.t memerintahkan kepada Jibril. Lalu Jibril menggerakkan ombak
sehingga ombak itu menerpa Fir'aun dan menenggelamkannya beserta tenteranya.
Fir'aun dan tenteranya
tenggelam. Pembangkang telah
tenggelam sedangkan keimanan kepada Allah s.w.t telah selamat.
Ketika tenggelam, Fir'aun melihat tempatnya di neraka. Kini. ia sedar dan tabir
telah terkuak di depannya. Fir'aun telah menjemput sakaratul maut.
Ia telah
menyedari bahawa Musa
adalah seorang yang
benar dan
ia telah menyia-nyiakan dirinya
dengan menentangnya dan
berusaha memeranginya. Fir'aun
berusaha menunjukkan keimanannya. "Hingga
bila Fir'aun itu
hampir tenggelam berkatalah
dia: 'Saya percaya bahawa tidak ada Tuhan melainkan
Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan
saya termasuk orang-orang
yang berserah diri
(kepada Allah).'" (QS. Yunus: 90) Taubat Fir'aun
tidak berguna dan
tidak diterima; taubat
yang justru disampaikan ketika
ia menyaksikan azab dan akan memasuki pintu kematian. Jibril berkata kepadanya:
"Apakah sekarang (baru
kamu percaya), padahal
sesungguhnya kamu telah derhaka sejak
dahulu, dan kamu
termasuk orang-orang yang
berbuat kerosakan." (QS. Yunus: 91) Yakni, tidak
ada taubat bagimu.
Sungguh telah selesai
waktu taubat bagimu dan engkau telah
binasa.
Selesailah
urusan ini dan
tiadalah keselamatan bagimu. Yang
selamat hanyalah tubuhmu
dan engkau akan
dilemparkan oleh ombak ke
tepi sehingga tubuhmu
sebagai bukti kebesaran
Allah s.w.t bagi orang-orang yang hidup sesudahmu:
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
peringatan bagi orang-orang yang
datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan
dari manusia lengah
dari tanda-tanda kekuasaan
Kami." (QS. Yunus: 92)
Apa yang terjadi pada Fir'aun
merupakan sunatullah yang
abadi yang terjadi sebagai pelajaran bagi hamba-hamba
Allah s.w.t. Allah s.w.t berfirman: "Maka
tatkala mereka melihat
azab Kami, mereka
berkata: 'Kami beriman hepada Allah
saja dan kami
kafir kepada sembahan-
sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah.'"
(QS. al- Mu'min: 84) Allah s.w.t menceritakan sikap Fir'aun bersama Musa dalam
firman-Nya: "Dan Kami wahyukan
(perintahkan) kepada Musa:
'Pergilah di malam
hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), kerana sesungguhnya
kamu sekalian akan disusuli. Kemudian Fir'aun
mengirimkan orang yang mengumpulkan (tenteranya) ke
kota-kota. (Fir'aun berkata): 'Sesungguhnya mereka (Bani
Israil) benar-benar golongan
kecil-kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang
menimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita
benar-benar golongan yang
selalu berjaga-jaga.' Maka
Kami keluarkan Fir'aun dari
kaumnya dari taman-taman dan
mata air, dan
(dari) perbendaharaan dan kedudukan
yang mulia, demikianlah halnya
dan Kami anugerahkan semuanya (itu)
kepada Bani Israil.
Maka Fir'aun dan
bala tenteranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka
setelah kedua golongan itu
saling melihat, berkatalah pengikut- pengikut
Musa: 'Sesungguhnya kita benar-benar akan disusul.' Musa menjawab:
'Sekali-kali kita tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak
Dia akan memberi petunjuk kepadaku.' Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang
lain. Dan Kami
selamatkan Musa dan
orang-orang yang besertanya semuanya. Dan
Kami tenggelamkan golongan
yang lain itu.
Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar merupakan
suatu tanda yang
besar (mukji-zat) dan tetapi
adalah kebanyakan mereka
tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar Dialah Yang
Maha Perkasa lagi
Maha Penyayang." (QS. asy-Syu'ara': 52-68) Tersingkaplah kejahatan dan
kelaliman Fir'aun.
Ombak lautan menggiring tubuhnya ke
tepi. Kami tidak
mengetahui tepi mana
yang dimaksud, yang menggiring tubuh
seseorang yang mengaku
dirinya sebagai tuhan;
seseorang yang tidak ada seorang pun yang berani menentangnya. Diduga
kuat bahawa ombak menggiring jasadnya
ke tepi barat
lalu orang-orang Mesir
melihatnya dan mengetahui bahawa
tuhan mereka yang
mereka sembah, yang
mereka taati adalah sekadar seseorang yang tidak mampu menjauhkan
kematian dari lehernya. Setelah itu, orang-orang Mesir
mengetahui kebenaran secara
sempurna. Al-Quran al-Karim tidak
menceritakan kepada kita
apa yang mereka
perbuat setelah jatuhnya rejim
Fir'aun dan setelah
tenteranya tenggelam; Al-Quran tidak menceritakan kepada kita
bagaimana reaksi mereka setelah Allah s.w.t menghancurkan apa yang
diperbuat oleh Fir'aun
dan kaumnya dan
apa yang mereka bangun;
Al-Quran tidak menyinggung semua
itu; Al-Quran justru memfokuskan keadaan Musa dan Harun
dan bagaimana peristiwa yang dialami Bani Israil bersama kedua nabi itu.
Fir'aun Mesir telah mati. Ia tenggelam di hadapan mata orang-orang Mesir dan
Bani Israil. Meskipun ia telah mati, tetapi pengaruhnya tetap membekas pada
jiwa orang-orang Mesir
dan Bani Israil.
Sungguh sangat sulit untuk menghilangkan pengaruh kehinaan
yang sekian lama
atau sekian tahun tertanam dalam
jiwa dan kemudian
jiwa itu menjadi
mulia.
Fir'aun telah
menanamkan pada jiwa
Bani Israil sesuatu
yang akan kita
ketahui dari ayat-ayat Al-Quran.
Fir'aun telah membiasakan
mereka untuk mendapatkan kehinaan. Fir'aun telah
menghancurkan jiwa mereka dari dalam. Fir'aun telah merosak suasana
rohani mereka yang
bersih. Fir'aun telah
merosak fitrah mereka sehingga
mereka menyeksa Musa
dan menyakiti Musa
dengan sikap penentangan dan
kebodohan. Mukjizat pembelahan lautan
masih segar di
fikiran mereka. Pasir-pasir
laut yang basah masih
membekas dan masih
terdapat dalam sandal- sandal Bani Israil
ketika mereka lewat
di depan kaum
yang menyembah berhala.