Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Sabtu, 21 Juni 2025

Kisah Nabi Musa A.S meninggalkan mesir

 Kisah Nabi Musa A.S meninggalkan mesir

keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah   tiada   kawan   selain   cahaya   Allah   dan   tiada   bekal   kecuali   bekal   iman   dan   takwa   kepada Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.

Kisah Nabi Musa A.S meninggalkan mesir


Setelah     menjalani    perjalanan    selama    lapan   hari   lapan   malam     dengan    berkaki   ayam     {tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan   yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin. Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota   istana   kerajaan   yang   menjadi   seorang   pelarian   dan   buruan.   Ia   tidak   tahu   ke   mana   ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal orang,    tiada   sahabat   dan   saudara.   Dalam     keadaan    demikian     terlihatlah  olehnya    sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi memberi minum ternakannya masing-masing,   sedang   tidak   jauh   dari   tempat       sumber   air   itu   berdiri   dua   orang   gadis  yang menantikan giliran untuk memberi minuman kepada ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya. Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak   mengambil   air   dan   memberi   minum   ternakan   kami   namun   kami   tidak   dapat   berdesak dengan   lelaki   yang   masih   berada   di   situ.   Kami   menunggu   sehingga   mereka   selesai   memberi minum   ternakan   mereka.   Kami   harus   lakukan   sendiri   pekerjaan   ini   karena   ayah   kami   sudah lanjut   usianya   dan   tidak   dapat   berdiri,   jangan   lagi   datang   ke   mari".   Lalu   tanpa   mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada mereka setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala. Setibanya      kedua    gadis   itu  di   rumah    berceritalah    keduanya     kepada     ayah   mereka     tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak diminta itu mereka dapat   lebih   cepat   kembali   ke   rumah   drp   biasa.   Ayah   kedua   gadis   yang   bernama   Syu'aib   itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah   memberi   pertolongan   tanpa   diminta   kepada   kedua   puterinya   dan          sekaligus   menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah. Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di bawah pohon yang   masih   melamun.   Dalam   keadaan   letih   dan   lapar   Musa   berdoa:   "Ya   Tuhanku   aku   sangat memerlukan        belas   kasihmu     dan   memerlukan      kebaikan     sedikit   brg   makanan     yang    Engkau turunkan kepadaku." Berkatalah       gadis    itu   kepada     Musa      memotong       lamunannya:        "Ayahku      mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami." Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu   dengan senang hati.   Ia lalu mengikuti gadis itu dari   belakang   menuju   ke   rumah   ayahnya   yang   bersedia   menerimanya   dengan   penuh   ramah- tamah, hormat dan mengucapkan terimakasihnya.

Dalam   berbincang-bincang   dab   bercakap-cakap   dengan   Syu'aib   ayah   kedua   gadis   yang   sudah lanjut   usianya   itu   Musa   mengisahkan   kepadanya   peristiwa   yang   terjadi   pd   dirinya   di   Mesri sehingga   terpaksa   ia   melarikan   diri   dan   keluar   meninggalkan   tanah   airnya   bagi   mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya. Berkata   Syu'aib   setelah   mendengar   kisah   tamunya:   "Engkau   telah   lepas   dari   pengejaran   dari orang-orang   yang   zalim   dan   ganas   itu   adalah   berkat   rahmat   Tuhan   dan   pertolongan-Nya.   Dan engkau   sudah   berada   di   sebuah   tempat   yang   aman   di   rumah   kami   ini,   di   man   engkau   akan tinggallah dengan tenang dan tenteram selama engkau suka." Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang dihormati dan disegani     Musa    telah   dapat   menawan      hati  keluarga    tuan   rumah     yang   merasa    kagum     akan keberaniannya,       kecerdasannya,      kekuatan    jasmaninya,     perilakunya     yang    lemah    lembut,    budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati   salah   seorang   dari   kedua   puteri   Syu'aib   untuk   mempekerjakan   Musa   sebagai   pembantu mereka.   Berkatalah   gadis   itu   kepada   ayahnya:   "wahai   ayah!   Ajaklah   Musa   sebagai   pembantu kami   menguruskan   urusan   rumahtangga   dan   penternakan   kami.   Ia   adalah   seorang   yang   kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai." Saranan     gadis   itu  disepakati    dan  diterima    baik   oleh  ayahnya     yang   memang      sudah   menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku   yang   hormat   dab   sopan   serta   tangan   yang   ringan   suka   bekerja,   suka   menolong   tanpa diminta. Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur,   selama   engkau   berada   di   rumah   ini   kami   dan   mengingat   akan   usiaku   yang   makin   hari makin   lanjut,   maka   aku   ingin   sekali   mengambilmu   sebagai   menantu,   mengahwinkan   engkau dengan     salah   seorang    dari   kedua    gadisku    ini.  Jika  engkau    dengan     senang    hati  menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama      lapan    tahun    menguruskan        penternakan      kami    dan    soal-soal    rumahtangga       yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu." Nabi   Musa   sebagai   buruan   yang   lari   dari   tanah   tumpah   darahnya   dan   berada   di   negeri   orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah menerima tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan     dari  Tuhan    yang    akan   mengisi    kekosongan      hidupnya    selaku    seorang   bujang    yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala duka   dan   dukanya.   Ia   segera   tanpa   berfikir   panjang   berkata   kepada   Syu'aib:   "Aku   merasa   sgt bahagia,      bahwa      pakcik    berkenan      menerimaku        sebagai  menantu,      semuga      aku    tidak menghampakan   harapan   pakcik   yang   telah   berjasa   kepada   diriku   sebagai   tamu   yang   diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami kepada anak   puterinya.   Syarat   kerja   yang   pakcik   kemukakan   sebagai   maskahwin,   aku   setujui   dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang hati." Setelah     masa    lapan   tahun   bekerja    sebagai    pembantu     Syu'aib    ditambah    dengan     suka   rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah     perkahwinan      diberinyalah    pasangan     penganti    baru   itu  oleh   Syu'aib    beberapa    ekor kambing       untuk   dijadikan    modal    pertama     bagi   hidupnya     yang    baru   sebagai    suami-isteri. Pemberian   beberpa   ekor   kambing   itu   juga   merupakan   tanda   terimaksih   Syu'aib   kepada   Musa yang selama ini di bawah pengurusannya, penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda. Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22 sampai ayat 28, surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :~ "22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}: "Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai       di  sana   sekumpulan     orang    yang   sedang    memberi     minum     {ternakannya}     dan   ia menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternakannya. Musa   berkata:   "Apakah   maksudmu   {dengan   berbuat   begitu}?"   Kedua   wanita   itu   menjawab: "Kami      tidak   dapat    meminumkan        {ternakan     kami}     sebelum     pengembala-pengembala          itu memulangkan   {ternakkannya}   sedang   bapa   kami   orang   tua   yang   telah   lanjut   umurnya."24.~ Maka   Musa   memberi   minum   ternakan   itu   {utk   menolong}   keduanya,   kemudian   kembali   ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang     Engkau     turunkan    kepadaku."25.~       Kemudian      datanglah    kepada     Musa    salah   seorang daripada kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu agar   ia   memberi   pembalasan   {kebaikanmu}   memberi   minum   {ternakan}   kami."   Maka   tatkala Musa   mendatangi   bapanya   {Syu'aib}   dan   menceritakan   kepadanya   cerita   {mengenai   dirinya}. Syu'aib     berkata:   "Janganlah     kamu    takut,  kamu    telah   selamat   dari  orang-orang      yang   zalim itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja   {dengan   kita}.   karena   sesungguhnya   orang   yang   paling   baik   yang   kamu   ambil   untuk bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~ Berkatalah dia {Syu'aib}: " Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku lapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan    mendapatiku      termasuk     orang-orang     yang   baik."28.~    Dia   berkata:   "Itulah   {perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak   ada   tuntutan   tambahan   atas   diriku   {lagi}.  Dan   Allah   adalah   saksi   atas   apa  yang   kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }

Read More

Jumat, 20 Juni 2025

Kisah Nabi Musa A.S dan samiri

 Kisah Nabi Musa A.S dan samiri

Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun.   Musa   yang   mendengar   teriakan   Samiri   mengharapkan   akan   pertolongannya   terhadap musuhnya   yang   lebih   kuat   dan   lenih   besar   itu,   segera   melontarkan   pukulan   dan   tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir. Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang tidak disengajakan dn   tidak   akan   mengharapkan   membunuhnya.   Ia   merasa   berdoa   dan   beristighfar   kepada   Allah memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayang nyawa salah seorang drp hamba-hamba-Nya. Peristiwa   matinya   Fatun   menjadi   perbualan   ramai   dan   menarik   para   penguasa   kerajaan   yang menduga bahwa pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu. 

kisah samiri


Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat , bila ia tertangkap. Anggota   dan   pasukan   keamanan   negara   di   hantarkan   ke   seluruh   pelusuk   kota   mencari   jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi, walaupun tidak orang ketiga   yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila sampai tercium oleh pihak penguasa. Alangkah      malangnya     nasib   Musa    yang   sudah   cukup   berhati-hati   menghindari     kemungkinan terbongkarnya   rahasia   pembunuhan   yang   ia   lakukan   tatkala   ia   terjebat   lagi   tanpa  disengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi     untuk   kali   keduanya     dengan    salah   seorang    dari   kaum    Fir'aun.   Melihat    Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: " Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat." Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri   berkata:   "Apakah   engkau   hendak   membunuhku   sebagaimana   engkau   telah   membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang   yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan kedamaian". Kata-kata      Samiri     itu    segera    tertangkap     orang-orang       Fir'aun,    yang     dengan     cepat memberitahukannya         kepada    para   penguasa     yang   memang      sedang   mencari    jejaknya.    Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun. Selagi   orang-orang   Fir'aun   mengatur   rancangan   penangkapan   Musa,   seorang   lelaki   slah   satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera     meninggalkan       Mesir,     karena    para    penguasa     Mesir     telah   memutuskan untuk membunuhnya apabila   ia   ditangkap.lalu   keluarlah   Musa   terburu-buru     meninggalkan   Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya. Tentang isi cerita ini, terdapat dalam al-Quran yang dapat di baca di dalam surah "Al-Qashshas" ayat 14 - 21 sebagaimana berikut :~ "14.~   Dan   setelah   Musa   cukup   umur   dan   sempurna   akalnya,   Kami   berikannya   hikmah   dan pengetahuan.   Dan   demikianlah      Kami    memberi      balasan    kepada    orang-orang     yang    berbuat baik.

15.~     Dan    Musa    masuk    ke   kota   {Memphis}       ketika   penduduknya      sedang    tidur,  maka didapatinya      di  dalam    kota   itu  dua   orang    lelaki  sedang     bergaduh,    yang    seorangnya     dari golongannya {Bani   Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari golongannya   meminta   pertolongan   kepadanya   untuk   mengalahkan   orang   dari   musuhnya,   lalu Musa   menumbuknya   dan   matilah   musuhnya   itu.   Musa   berkta;   "Ini   adalah   perbuatan   syaitan, sesungguhnya   syaitan   itu   adalah   musuh   yang   menyesatkan   lagi   nyata   {permusuhannya}.16.~ Musa   berdoa:     "Ya   Tuhanku,   sesungguhnya   aku   telah   menganiaya   diriku   sendiri,   karena   itu ampunilah       aku".   Maka     Allah    mengampuninya,        sesungguhnya       Allah    Dialah    Yang    Maha Pengampun        dan  Maha     Penyayang.17.~      Musa    berkata    :  "Ya  Tuhanku     demi    nikmat    Engkau anugerahkan       kepadaku,     aku   sesekali   tiada   akan   menjadi    penolong     bagi   orang-orang     yang berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata {kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang    menjadi    musuh     keduanya,     berkata   {seorang    drp   mereka}:    "Hai   Musa    apakah    engkau bermaksud       hendak     membunuhku,        sebagaimana      kamu     kelmarin    telah   membunuh        seorang manusia?   Kamu   tidak   bermaksud   melainkan   hendak   menjadi   orang   yang   berbuat   sewenang- wenang   di   negeri   {ini},   dan   tiadalah   kamu   bermaksud   menjadi   salah   seorang   dari   orang   yang mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang laki-laki dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut menunggu- nunggu   dengan   khuatir.   Dia   berdoa:   "Ya   Tuhanku   selamatkanlah   dari   orang-orang   yang   zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 } Musa bertemu Jodoh di kota Madyan Dengan berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya orang-orang yang zalim"

Read More

Kamis, 19 Juni 2025

Kisah Nabi Musa A.S membunuh fatun

 Kisah Nabi Musa A.S membunuh fatun

Allah    mengurniakannya       hikmah     dan   pengetahuan sebagai     persiapan    tugas   kenabian     dan   risalah   yang   diwahyukan       kepadanya. Di   samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani. Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il tg ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan   menjadi   pembela   kepada   kamunya   yang   tertindas   dan   menjadi   pelindung   bagi   golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.

kisah nabi musa membunuh seseorang

Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun.   Musa   yang   mendengar   teriakan   Samiri   mengharapkan   akan   pertolongannya   terhadap musuhnya   yang   lebih   kuat   dan   lenih   besar   itu,   segera   melontarkan   pukulan   dan   tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir. Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang tidak disengajakan dn   tidak   akan   mengharapkan   membunuhnya.   Ia   merasa   berdoa   dan   beristighfar   kepada   Allah memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayang nyawa salah seorang drp hamba-hamba-Nya. Peristiwa   matinya   Fatun   menjadi   perbualan   ramai   dan   menarik   para   penguasa   kerajaan   yang menduga bahwa pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat , bila ia tertangkap. Anggota   dan   pasukan   keamanan   negara   di   hantarkan   ke   seluruh   pelusuk   kota   mencari   jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi, walaupun tidak orang ketiga   yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila sampai tercium oleh pihak penguasa. Alangkah      malangnya     nasib   Musa    yang   sudah   cukup   berhati-hati   menghindari     kemungkinan terbongkarnya   rahasia   pembunuhan   yang   ia   lakukan   tatkala   ia   terjebat   lagi   tanpa  disengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi     untuk   kali   keduanya     dengan    salah   seorang    dari   kaum    Fir'aun.   Melihat    Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: " Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat." Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri   berkata:   "Apakah   engkau   hendak   membunuhku   sebagaimana   engkau   telah   membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang   yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan kedamaian". Kata-kata      Samiri     itu    segera    tertangkap     orang-orang       Fir'aun,    yang     dengan     cepat memberitahukannya         kepada    para   penguasa     yang   memang      sedang   mencari    jejaknya.    Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun. Selagi   orang-orang   Fir'aun   mengatur   rancangan   penangkapan   Musa,   seorang   lelaki   slah   satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera     meninggalkan       Mesir,     karena    para    penguasa     Mesir     telah   memutuskan untuk membunuhnya apabila   ia   ditangkap.lalu   keluarlah   Musa   terburu-buru     meninggalkan   Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya. Tentang isi cerita ini, terdapat dalam al-Quran yang dapat di baca di dalam surah "Al-Qashshas" ayat 14 - 21 sebagaimana berikut :~ "14.~   Dan   setelah   Musa   cukup   umur   dan   sempurna   akalnya,   Kami   berikannya   hikmah   dan pengetahuan.   Dan   demikianlah      Kami    memberi      balasan    kepada    orang-orang     yang    berbuat baik.

Read More

Rabu, 18 Juni 2025

Kisah kelahiran Nabi Musa A.S

 Kisah kelahiran Nabi Musa A.S

Nabi Musa A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi     bin   Ya'qub    adalah    beribukan     Yukabad.Setelah meningkat  dewasa     Nabi    Musa    telah beristerikan dengan puteri Nabi Syu'aib yaitu Shafura.Dalam perjalanan hidup Nabi Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang telah diutuskan oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan beberapa orang nabi diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi Khidhir. Di sini juga diceritakan tentang perlibatan beberapa orang nabi yang lain di antaranya Nabi Somu'il serta Nabi Daud Catatan : Para    ahli  tafsir  berselisih   pendapat     tentang   Syu'aib,   mertua    Nabi    Musa.  

kisah kelahiran nabi musa


  Sebagian     besar berpendapat   bahwa   ia   adalah   Nabi   Syu'aib   A.S.   yang   diutuskan   sebagai   rasul   kepada   kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat bahwa ia adalah orang lain yaitu yang dianggap adalah satu kebetulan namanya Syu'aib juga. Wallahu A'lam bisshawab Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah seorang raja yang zalim,    kejam    dan   tidak   berperikemanusiaan. Ia  memerintah     negaranya     dengan    kekerasan, penindasan      dan   melakukan     sesuatu    dengan    sewenang-wenangnya.Rakyatnya     hidup    dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan orang- orangnya.   Mereka   merasa   tidak   tenteram   dan   selalu   dalam   keadaan   gelisah,   walau   pun   berada dalam rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar hati mereka karena ketakutan bila kedengaran suara pegawai- pegawai kerajaan lalu di sekitar rumah mereka, apalagi bunyi kasut mereka sudah terdengar di depan pintu. Raja    Fir'aun    yang   sedang    mabuk     kuasa    yang   tidak   terbatas   itu,  bergelimpangan       dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya, bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau telah terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan yang dengan tiba-tiba dtg menghadap raja dan memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki akan dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya. Raja   Fir'aun   segera   mengeluarkan   perintah   agar   semua   bayi   lelaki   yang   dilahirkan   di   dalam lingkungan   kerajaan   Mesir   dibunuh   dan   agar   diadakan   pengusutan   yang   teliti   sehingga   tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya. Raja   Fir'aun   menjadi   tenang   kembali   dan   merasa   aman   tentang   kekebalan   kerajaannya   setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki   yang masih hidup.   Ia tidak mengetahui bahwa kehendak   Allah tidak   dpt   dibendung   dan   bahwa   takdirnya   bila   sudah   difirman   "Kun"   pasti   akan   wujud   dan menjadi kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya. Raja    Fir'aun   sesekali    tidak  terlintas   dalam    fikirannya    yang    kejam    dan   zalim   itu  bahwa kerajaannya      yang    megah,    menurut     apa   yang   telah   tersirat  dalam    Lauhul    Mahfudz,     akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri akan     diwarisi   kelak   oleh   umat    Bani    Isra'il  yang   dimusuhi,    dihina,   ditindas   dan    disekat kebebasannya.   Bayi   asuhnya   itu   ialah   laksana   bunga   mawar   yang   tumbuh   di   antara   duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam. Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang diri di salah satu sudut    rumahnya     menanti    dtgnya    seorang   bidan    yang   akan   memberi     pertolongan    kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu. Bidan   dtg   dan   lahirlah   bayi   yang   telah   dikandungnya   selama   sembilan   bulan   dalam   keadaan selamat, segar dan sihat afiat.

Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai   oleh   setiap   perempuan   yang   melahirkan   namun   setelah   diketahui   oleh   Yukabad   bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahasiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahasiakan kelahiran bayi itu. Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas     dan   khuatir    terhadap    keselamatan     bayinya.    Allah   memberi      ilham   kepadanya      agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke atas   keselamatan     bayinya    karena   Allah   menjamin      akan   mengembalikan       bayi   itu  kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul. Dengan      bertawakkal     kepada    Allah    dan   kepercayaan      penuh    terhadap    jaminan    Illahi,  mak dilepaskannya   peti   bayi   oleh   Yukabad,   setelah   ditutup   rapat   dan   dicat   dengan   warna   hitam, terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahasia itu agar diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan sejarah umat manusia. Alangkah   cemasnya   hati   kakak   Musa,   ketika   melihat   dari   jauh   bahwa   peti   yang   diawasi   itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad      yang    segera   diberitahu    oleh  anak   perempuannya        tentang   nasib   peti  itu,  menjadi kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahasia peti itu, andai kata Allah    tidak   meneguhkan      hatinya   dan   menguatkan      hanya    kepada    jaminan    Allah   yang   telah dinerikan kepadanya.

Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemui di dalam peti   yang   terapung   di   atas   permukaan   sungai   Nil,   segera   memerintahkan   membunuh   bayi   itu seraya   berkata   kepada   isterinya:   "Aku   khuatir   bahwa   inilah   bayi   yang   diramalkan,   yang   akan menjadi   musuh   dan   penyebab   kesedihan   kami   dan   akan   membinasakan   kerajaan   kami yang  besar ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang   lucu   dan   manis   itu,   berkata   kepada   suaminya:   "Janganlah   bayi   yang   tidak   berdosa   ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku        dan   kesayangmu".       Demikianlah       jika  Allah    Yang    Maha     Kuasa    menghendaki sesuatu   maka   dilincinkanlah   jalan   bagi   terlaksananya   takdir   itu.   Dan   selamatlah   nyawa   putera Yukabad   yang   telah   ditakdirkan   oleh   Allah   untuk   menjadi   rasul-Nya,   menyampaikan   amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat. Nama   Musa   yang   telah   diberikan   kepada   bayi   itu   oleh   keluarga   Fir'aun,   bererti   air   dan   pohon {Mu=air       ,  Sa=pohon}      sesuai    dengan     tempat    ditemukannya       peti   bayi   itu.  Didatangkanlah kemudian   ke   istana   beberapa   inang   untuk   menjadi   ibu   susuan   Musa.   Akan   tetapi   setiap   inang yang mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap tetk yang     diletakkan    ke   bibirnya.    Dalam     keadaan    isteri  Fir'aun    lagi  bingung     memikirkan      bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu. Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu ibu keluarga itu". Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu   ibu   kandungnya   itu   dengan   sgt   lahapnya.   Kemudian   diserahkan   Musa   kepada   Yukabad ibunya,   untuk   diasuh   selama   masa   menetek   dengan   imbalan   upah   yang   besar.   Maka   dengan demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu. Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana, di mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin Fir'aun. Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 - 13 dalam surah "Al-Qashash" sebagai berikut :~ "4.~    Sesungguhnya       Fir'aun    telah  berbuat    sewenang-wenang         di  muka     bumi   dan   menjadikan penduduknya        berpecah   belah   dengan   menindas        segolongan   dari   mereka,   menyembelih anak lelaki   mereka     dan  membiarkan      hidup    anak-anak    perempuan      mereka.    Sesungguhnya      Fir'aun termasuk   orang-orang   yang   berbuat   kerusakan.5.~   Dan   Kami   hendak   memberi   kurnia   kepada orang-orang   yang   tertindas   di   bumi   {Mesir}   itu   dan   hendak   menjadi   mereka   pemimpin   dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi {bumi}.6.~ Dan Kami akan teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa    yang    selalu  mereka     khuatirkan    dari  mereka     itu.7.~  Dan    Kami    ilhamkan     kepada    ibu Musa,"susukanlah   dia,       dan   apabila   kamu    khuatir   terhadapnya,   maka   jatuhkan   dia   ke   dalam sungai     {Nil}.    Dan    janganlah     kamu    khuatir    dan   janganlah     pula   bersedih    hati,   karena sesungguhnya   Kami   akan   mengembalikannya   kepadamu,   dan   menjadikannya   {salah   seorang} dari para rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh keluarga Fir'aun   yang akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman berserta tenteranya adalah orang- orang yang bersalah.9.~ Dan berkatalah isteri Fir'aun: "Ia {Musa} biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah   kamu   membunuhnya,   mudah-mudahan   ia   bermanfaat   kepada   kita   atau   kita   ambil   ia menjadi   anak,"   sedang   mereka   tiada   menyedari.10.~   Dan   menjadi   kekosongan   hait   ibu   Musa, seandainya   Kami   tidak   teguhkan   hatinya,   spy   ia   termasuk   orang-orang yang   percaya   {kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka kelihatan   olehnya   Musa   dari   jauh,   sedang   mereka   tidak   mengetahuinya.12.~   Dan   Kami cegah   Musa   dari   menyusu   kepada   perempuan-perempuan   yang   nahu   menyusukannya   sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa: "Mahukah kamu aku tunjukkan kepada kamu ahlul-bait yang akan    memeliharakannya        utkmu    dan   mereka    dpt  berlaku    baik  kepadanya?"13.~       Maka    Kami kembalikan   Musa   kepada   ibunya   supaya   senang   hatinya   dan   tidak   berduka   cita   dan   supaya   ia mengetahui        bahwa     janji   Allah    itu   adalah    benar,    tetapi   manusia      kebanyakan       tidak mengetahuinya." { Al-Qashash : 4 ~ 13 } Musa keluar dari Mesir Sejak ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai slah seorang drp keluarga     kerajaan    hingga    mencapai     usia  dewasanya,  dimana    ia  memperolehi      asuhan    dan pendidikan      sesuai   dengan    tradisi  istana. 

Read More