Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Sabtu, 21 Juni 2025

Kisah Nabi Musa A.S meninggalkan mesir

 Kisah Nabi Musa A.S meninggalkan mesir

keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah   tiada   kawan   selain   cahaya   Allah   dan   tiada   bekal   kecuali   bekal   iman   dan   takwa   kepada Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.

Kisah Nabi Musa A.S meninggalkan mesir


Setelah     menjalani    perjalanan    selama    lapan   hari   lapan   malam     dengan    berkaki   ayam     {tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan   yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin. Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota   istana   kerajaan   yang   menjadi   seorang   pelarian   dan   buruan.   Ia   tidak   tahu   ke   mana   ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal orang,    tiada   sahabat   dan   saudara.   Dalam     keadaan    demikian     terlihatlah  olehnya    sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi memberi minum ternakannya masing-masing,   sedang   tidak   jauh   dari   tempat       sumber   air   itu   berdiri   dua   orang   gadis  yang menantikan giliran untuk memberi minuman kepada ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya. Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak   mengambil   air   dan   memberi   minum   ternakan   kami   namun   kami   tidak   dapat   berdesak dengan   lelaki   yang   masih   berada   di   situ.   Kami   menunggu   sehingga   mereka   selesai   memberi minum   ternakan   mereka.   Kami   harus   lakukan   sendiri   pekerjaan   ini   karena   ayah   kami   sudah lanjut   usianya   dan   tidak   dapat   berdiri,   jangan   lagi   datang   ke   mari".   Lalu   tanpa   mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada mereka setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala. Setibanya      kedua    gadis   itu  di   rumah    berceritalah    keduanya     kepada     ayah   mereka     tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak diminta itu mereka dapat   lebih   cepat   kembali   ke   rumah   drp   biasa.   Ayah   kedua   gadis   yang   bernama   Syu'aib   itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah   memberi   pertolongan   tanpa   diminta   kepada   kedua   puterinya   dan          sekaligus   menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah. Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di bawah pohon yang   masih   melamun.   Dalam   keadaan   letih   dan   lapar   Musa   berdoa:   "Ya   Tuhanku   aku   sangat memerlukan        belas   kasihmu     dan   memerlukan      kebaikan     sedikit   brg   makanan     yang    Engkau turunkan kepadaku." Berkatalah       gadis    itu   kepada     Musa      memotong       lamunannya:        "Ayahku      mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami." Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu   dengan senang hati.   Ia lalu mengikuti gadis itu dari   belakang   menuju   ke   rumah   ayahnya   yang   bersedia   menerimanya   dengan   penuh   ramah- tamah, hormat dan mengucapkan terimakasihnya.

Dalam   berbincang-bincang   dab   bercakap-cakap   dengan   Syu'aib   ayah   kedua   gadis   yang   sudah lanjut   usianya   itu   Musa   mengisahkan   kepadanya   peristiwa   yang   terjadi   pd   dirinya   di   Mesri sehingga   terpaksa   ia   melarikan   diri   dan   keluar   meninggalkan   tanah   airnya   bagi   mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya. Berkata   Syu'aib   setelah   mendengar   kisah   tamunya:   "Engkau   telah   lepas   dari   pengejaran   dari orang-orang   yang   zalim   dan   ganas   itu   adalah   berkat   rahmat   Tuhan   dan   pertolongan-Nya.   Dan engkau   sudah   berada   di   sebuah   tempat   yang   aman   di   rumah   kami   ini,   di   man   engkau   akan tinggallah dengan tenang dan tenteram selama engkau suka." Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang dihormati dan disegani     Musa    telah   dapat   menawan      hati  keluarga    tuan   rumah     yang   merasa    kagum     akan keberaniannya,       kecerdasannya,      kekuatan    jasmaninya,     perilakunya     yang    lemah    lembut,    budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati   salah   seorang   dari   kedua   puteri   Syu'aib   untuk   mempekerjakan   Musa   sebagai   pembantu mereka.   Berkatalah   gadis   itu   kepada   ayahnya:   "wahai   ayah!   Ajaklah   Musa   sebagai   pembantu kami   menguruskan   urusan   rumahtangga   dan   penternakan   kami.   Ia   adalah   seorang   yang   kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai." Saranan     gadis   itu  disepakati    dan  diterima    baik   oleh  ayahnya     yang   memang      sudah   menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku   yang   hormat   dab   sopan   serta   tangan   yang   ringan   suka   bekerja,   suka   menolong   tanpa diminta. Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur,   selama   engkau   berada   di   rumah   ini   kami   dan   mengingat   akan   usiaku   yang   makin   hari makin   lanjut,   maka   aku   ingin   sekali   mengambilmu   sebagai   menantu,   mengahwinkan   engkau dengan     salah   seorang    dari   kedua    gadisku    ini.  Jika  engkau    dengan     senang    hati  menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama      lapan    tahun    menguruskan        penternakan      kami    dan    soal-soal    rumahtangga       yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu." Nabi   Musa   sebagai   buruan   yang   lari   dari   tanah   tumpah   darahnya   dan   berada   di   negeri   orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah menerima tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan     dari  Tuhan    yang    akan   mengisi    kekosongan      hidupnya    selaku    seorang   bujang    yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala duka   dan   dukanya.   Ia   segera   tanpa   berfikir   panjang   berkata   kepada   Syu'aib:   "Aku   merasa   sgt bahagia,      bahwa      pakcik    berkenan      menerimaku        sebagai  menantu,      semuga      aku    tidak menghampakan   harapan   pakcik   yang   telah   berjasa   kepada   diriku   sebagai   tamu   yang   diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami kepada anak   puterinya.   Syarat   kerja   yang   pakcik   kemukakan   sebagai   maskahwin,   aku   setujui   dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang hati." Setelah     masa    lapan   tahun   bekerja    sebagai    pembantu     Syu'aib    ditambah    dengan     suka   rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah     perkahwinan      diberinyalah    pasangan     penganti    baru   itu  oleh   Syu'aib    beberapa    ekor kambing       untuk   dijadikan    modal    pertama     bagi   hidupnya     yang    baru   sebagai    suami-isteri. Pemberian   beberpa   ekor   kambing   itu   juga   merupakan   tanda   terimaksih   Syu'aib   kepada   Musa yang selama ini di bawah pengurusannya, penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda. Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22 sampai ayat 28, surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :~ "22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}: "Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai       di  sana   sekumpulan     orang    yang   sedang    memberi     minum     {ternakannya}     dan   ia menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternakannya. Musa   berkata:   "Apakah   maksudmu   {dengan   berbuat   begitu}?"   Kedua   wanita   itu   menjawab: "Kami      tidak   dapat    meminumkan        {ternakan     kami}     sebelum     pengembala-pengembala          itu memulangkan   {ternakkannya}   sedang   bapa   kami   orang   tua   yang   telah   lanjut   umurnya."24.~ Maka   Musa   memberi   minum   ternakan   itu   {utk   menolong}   keduanya,   kemudian   kembali   ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang     Engkau     turunkan    kepadaku."25.~       Kemudian      datanglah    kepada     Musa    salah   seorang daripada kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu agar   ia   memberi   pembalasan   {kebaikanmu}   memberi   minum   {ternakan}   kami."   Maka   tatkala Musa   mendatangi   bapanya   {Syu'aib}   dan   menceritakan   kepadanya   cerita   {mengenai   dirinya}. Syu'aib     berkata:   "Janganlah     kamu    takut,  kamu    telah   selamat   dari  orang-orang      yang   zalim itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja   {dengan   kita}.   karena   sesungguhnya   orang   yang   paling   baik   yang   kamu   ambil   untuk bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~ Berkatalah dia {Syu'aib}: " Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku lapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan    mendapatiku      termasuk     orang-orang     yang   baik."28.~    Dia   berkata:   "Itulah   {perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak   ada   tuntutan   tambahan   atas   diriku   {lagi}.  Dan   Allah   adalah   saksi   atas   apa  yang   kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }

0 comments:

Posting Komentar