Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Selasa, 17 Juni 2025

sejarah nabi Musa A.S

Nabi Musa A.S

Kisah kelahiran Nabi Musa A.S

Nabi Musa A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi     bin   Ya'qub    adalah    beribukan     Yukabad.Setelah meningkat  dewasa     Nabi    Musa    telah beristerikan dengan puteri Nabi Syu'aib yaitu Shafura.Dalam perjalanan hidup Nabi Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang telah diutuskan oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan beberapa orang nabi diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi Khidhir. Di sini juga diceritakan tentang perlibatan beberapa orang nabi yang lain di antaranya Nabi Somu'il serta Nabi Daud Catatan : Para    ahli  tafsir  berselisih   pendapat     tentang   Syu'aib,   mertua    Nabi    Musa.    Sebagian     besar berpendapat   bahwa   ia   adalah   Nabi   Syu'aib   A.S.   yang   diutuskan   sebagai   rasul   kepada   kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat bahwa ia adalah orang lain yaitu yang dianggap adalah satu kebetulan namanya Syu'aib juga. Wallahu A'lam bisshawab Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah seorang raja yang zalim,    kejam    dan   tidak   berperikemanusiaan.

sejarah nabi musa

 Ia  memerintah     negaranya     dengan    kekerasan, penindasan      dan   melakukan     sesuatu    dengan    sewenang-wenangnya.Rakyatnya     hidup    dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan orang- orangnya.   Mereka   merasa   tidak   tenteram   dan   selalu   dalam   keadaan   gelisah,   walau   pun   berada dalam rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar hati mereka karena ketakutan bila kedengaran suara pegawai- pegawai kerajaan lalu di sekitar rumah mereka, apalagi bunyi kasut mereka sudah terdengar di depan pintu. Raja    Fir'aun    yang   sedang    mabuk     kuasa    yang   tidak   terbatas   itu,  bergelimpangan       dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya, bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau telah terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan yang dengan tiba-tiba dtg menghadap raja dan memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki akan dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya. Raja   Fir'aun   segera   mengeluarkan   perintah   agar   semua   bayi   lelaki   yang   dilahirkan   di   dalam lingkungan   kerajaan   Mesir   dibunuh   dan   agar   diadakan   pengusutan   yang   teliti   sehingga   tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya. Raja   Fir'aun   menjadi   tenang   kembali   dan   merasa   aman   tentang   kekebalan   kerajaannya   setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki   yang masih hidup.   Ia tidak mengetahui bahwa kehendak   Allah tidak   dpt   dibendung   dan   bahwa   takdirnya   bila   sudah   difirman   "Kun"   pasti   akan   wujud   dan menjadi kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya. Raja    Fir'aun   sesekali    tidak  terlintas   dalam    fikirannya    yang    kejam    dan   zalim   itu  bahwa kerajaannya      yang    megah,    menurut     apa   yang   telah   tersirat  dalam    Lauhul    Mahfudz,     akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri akan     diwarisi   kelak   oleh   umat    Bani    Isra'il  yang   dimusuhi,    dihina,   ditindas   dan    disekat kebebasannya.   Bayi   asuhnya   itu   ialah   laksana   bunga   mawar   yang   tumbuh   di   antara   duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam. Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang diri di salah satu sudut    rumahnya     menanti    dtgnya    seorang   bidan    yang   akan   memberi     pertolongan    kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu. Bidan   dtg   dan   lahirlah   bayi   yang   telah   dikandungnya   selama   sembilan   bulan   dalam   keadaan selamat, segar dan sihat afiat.

Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai   oleh   setiap   perempuan   yang   melahirkan   namun   setelah   diketahui   oleh   Yukabad   bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahasiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahasiakan kelahiran bayi itu. Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas     dan   khuatir    terhadap    keselamatan     bayinya.    Allah   memberi      ilham   kepadanya      agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke atas   keselamatan     bayinya    karena   Allah   menjamin      akan   mengembalikan       bayi   itu  kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul. Dengan      bertawakkal     kepada    Allah    dan   kepercayaan      penuh    terhadap    jaminan    Illahi,  mak dilepaskannya   peti   bayi   oleh   Yukabad,   setelah   ditutup   rapat   dan   dicat   dengan   warna   hitam, terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahasia itu agar diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan sejarah umat manusia. Alangkah   cemasnya   hati   kakak   Musa,   ketika   melihat   dari   jauh   bahwa   peti   yang   diawasi   itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad      yang    segera   diberitahu    oleh  anak   perempuannya        tentang   nasib   peti  itu,  menjadi kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahasia peti itu, andai kata Allah    tidak   meneguhkan      hatinya   dan   menguatkan      hanya    kepada    jaminan    Allah   yang   telah dinerikan kepadanya.

Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemui di dalam peti   yang   terapung   di   atas   permukaan   sungai   Nil,   segera   memerintahkan   membunuh   bayi   itu seraya   berkata   kepada   isterinya:   "Aku   khuatir   bahwa   inilah   bayi   yang   diramalkan,   yang   akan menjadi   musuh   dan   penyebab   kesedihan   kami   dan   akan   membinasakan   kerajaan   kami yang  besar ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang   lucu   dan   manis   itu,   berkata   kepada   suaminya:   "Janganlah   bayi   yang   tidak   berdosa   ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku        dan   kesayangmu".       Demikianlah       jika  Allah    Yang    Maha     Kuasa    menghendaki sesuatu   maka   dilincinkanlah   jalan   bagi   terlaksananya   takdir   itu.   Dan   selamatlah   nyawa   putera Yukabad   yang   telah   ditakdirkan   oleh   Allah   untuk   menjadi   rasul-Nya,   menyampaikan   amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat. Nama   Musa   yang   telah   diberikan   kepada   bayi   itu   oleh   keluarga   Fir'aun,   bererti   air   dan   pohon {Mu=air       ,  Sa=pohon}      sesuai    dengan     tempat    ditemukannya       peti   bayi   itu.  Didatangkanlah kemudian   ke   istana   beberapa   inang   untuk   menjadi   ibu   susuan   Musa.   Akan   tetapi   setiap   inang yang mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap tetk yang     diletakkan    ke   bibirnya.    Dalam     keadaan    isteri  Fir'aun    lagi  bingung     memikirkan      bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu. Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu ibu keluarga itu". Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu   ibu   kandungnya   itu   dengan   sgt   lahapnya.   Kemudian   diserahkan   Musa   kepada   Yukabad ibunya,   untuk   diasuh   selama   masa   menetek   dengan   imbalan   upah   yang   besar.   Maka   dengan demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu. Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana, di mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin Fir'aun. Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 - 13 dalam surah "Al-Qashash" sebagai berikut :~ "4.~    Sesungguhnya       Fir'aun    telah  berbuat    sewenang-wenang         di  muka     bumi   dan   menjadikan penduduknya        berpecah   belah   dengan   menindas        segolongan   dari   mereka,   menyembelih anak lelaki   mereka     dan  membiarkan      hidup    anak-anak    perempuan      mereka.    Sesungguhnya      Fir'aun termasuk   orang-orang   yang   berbuat   kerusakan.5.~   Dan   Kami   hendak   memberi   kurnia   kepada orang-orang   yang   tertindas   di   bumi   {Mesir}   itu   dan   hendak   menjadi   mereka   pemimpin   dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi {bumi}.6.~ Dan Kami akan teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa    yang    selalu  mereka     khuatirkan    dari  mereka     itu.7.~  Dan    Kami    ilhamkan     kepada    ibu Musa,"susukanlah   dia,       dan   apabila   kamu    khuatir   terhadapnya,   maka   jatuhkan   dia   ke   dalam sungai     {Nil}.    Dan    janganlah     kamu    khuatir    dan   janganlah     pula   bersedih    hati,   karena sesungguhnya   Kami   akan   mengembalikannya   kepadamu,   dan   menjadikannya   {salah   seorang} dari para rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh keluarga Fir'aun   yang akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman berserta tenteranya adalah orang- orang yang bersalah.9.~ Dan berkatalah isteri Fir'aun: "Ia {Musa} biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah   kamu   membunuhnya,   mudah-mudahan   ia   bermanfaat   kepada   kita   atau   kita   ambil   ia menjadi   anak,"   sedang   mereka   tiada   menyedari.10.~   Dan   menjadi   kekosongan   hait   ibu   Musa, seandainya   Kami   tidak   teguhkan   hatinya,   spy   ia   termasuk   orang-orang yang   percaya   {kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka kelihatan   olehnya   Musa   dari   jauh,   sedang   mereka   tidak   mengetahuinya.12.~   Dan   Kami cegah   Musa   dari   menyusu   kepada   perempuan-perempuan   yang   nahu   menyusukannya   sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa: "Mahukah kamu aku tunjukkan kepada kamu ahlul-bait yang akan    memeliharakannya        utkmu    dan   mereka    dpt  berlaku    baik  kepadanya?"13.~       Maka    Kami kembalikan   Musa   kepada   ibunya   supaya   senang   hatinya   dan   tidak   berduka   cita   dan   supaya   ia mengetahui        bahwa     janji   Allah    itu   adalah    benar,    tetapi   manusia      kebanyakan       tidak mengetahuinya." { Al-Qashash : 4 ~ 13 } Musa keluar dari Mesir Sejak ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai slah seorang drp keluarga     kerajaan    hingga    mencapai     usia  dewasanya,  dimana    ia  memperolehi      asuhan    dan pendidikan      sesuai   dengan    tradisi  istana. 

Kisah Nabi Musa A.S membunuh fatun

Allah    mengurniakannya       hikmah     dan   pengetahuan sebagai     persiapan    tugas   kenabian     dan   risalah   yang   diwahyukan       kepadanya. Di   samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani. Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il tg ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan   menjadi   pembela   kepada   kamunya   yang   tertindas   dan   menjadi   pelindung   bagi   golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.

Kisah Nabi Musa A.S dan samiri

Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun.   Musa   yang   mendengar   teriakan   Samiri   mengharapkan   akan   pertolongannya   terhadap musuhnya   yang   lebih   kuat   dan   lenih   besar   itu,   segera   melontarkan   pukulan   dan   tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir. Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang tidak disengajakan dn   tidak   akan   mengharapkan   membunuhnya.   Ia   merasa   berdoa   dan   beristighfar   kepada   Allah memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayang nyawa salah seorang drp hamba-hamba-Nya. Peristiwa   matinya   Fatun   menjadi   perbualan   ramai   dan   menarik   para   penguasa   kerajaan   yang menduga bahwa pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat , bila ia tertangkap. Anggota   dan   pasukan   keamanan   negara   di   hantarkan   ke   seluruh   pelusuk   kota   mencari   jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi, walaupun tidak orang ketiga   yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila sampai tercium oleh pihak penguasa. Alangkah      malangnya     nasib   Musa    yang   sudah   cukup   berhati-hati   menghindari     kemungkinan terbongkarnya   rahasia   pembunuhan   yang   ia   lakukan   tatkala   ia   terjebat   lagi   tanpa  disengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi     untuk   kali   keduanya     dengan    salah   seorang    dari   kaum    Fir'aun.   Melihat    Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: " Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat." Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri   berkata:   "Apakah   engkau   hendak   membunuhku   sebagaimana   engkau   telah   membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang   yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan kedamaian". Kata-kata      Samiri     itu    segera    tertangkap     orang-orang       Fir'aun,    yang     dengan     cepat memberitahukannya         kepada    para   penguasa     yang   memang      sedang   mencari    jejaknya.    Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun. Selagi   orang-orang   Fir'aun   mengatur   rancangan   penangkapan   Musa,   seorang   lelaki   slah   satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera     meninggalkan       Mesir,     karena    para    penguasa     Mesir     telah   memutuskan untuk membunuhnya apabila   ia   ditangkap.lalu   keluarlah   Musa   terburu-buru     meninggalkan   Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya. Tentang isi cerita ini, terdapat dalam al-Quran yang dapat di baca di dalam surah "Al-Qashshas" ayat 14 - 21 sebagaimana berikut :~ "14.~   Dan   setelah   Musa   cukup   umur   dan   sempurna   akalnya,   Kami   berikannya   hikmah   dan pengetahuan.   Dan   demikianlah      Kami    memberi      balasan    kepada    orang-orang     yang    berbuat baik.

 

15.~     Dan    Musa    masuk    ke   kota   {Memphis}       ketika   penduduknya      sedang    tidur,  maka didapatinya      di  dalam    kota   itu  dua   orang    lelaki  sedang     bergaduh,    yang    seorangnya     dari golongannya {Bani   Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari golongannya   meminta   pertolongan   kepadanya   untuk   mengalahkan   orang   dari   musuhnya,   lalu Musa   menumbuknya   dan   matilah   musuhnya   itu.   Musa   berkta;   "Ini   adalah   perbuatan   syaitan, sesungguhnya   syaitan   itu   adalah   musuh   yang   menyesatkan   lagi   nyata   {permusuhannya}.16.~ Musa   berdoa:     "Ya   Tuhanku,   sesungguhnya   aku   telah   menganiaya   diriku   sendiri,   karena   itu ampunilah       aku".   Maka     Allah    mengampuninya,        sesungguhnya       Allah    Dialah    Yang    Maha Pengampun        dan  Maha     Penyayang.17.~      Musa    berkata    :  "Ya  Tuhanku     demi    nikmat    Engkau anugerahkan       kepadaku,     aku   sesekali   tiada   akan   menjadi    penolong     bagi   orang-orang     yang berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata {kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang    menjadi    musuh     keduanya,     berkata   {seorang    drp   mereka}:    "Hai   Musa    apakah    engkau bermaksud       hendak     membunuhku,        sebagaimana      kamu     kelmarin    telah   membunuh        seorang manusia?   Kamu   tidak   bermaksud   melainkan   hendak   menjadi   orang   yang   berbuat   sewenang- wenang   di   negeri   {ini},   dan   tiadalah   kamu   bermaksud   menjadi   salah   seorang   dari   orang   yang mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang laki-laki dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut menunggu- nunggu   dengan   khuatir.   Dia   berdoa:   "Ya   Tuhanku   selamatkanlah   dari   orang-orang   yang   zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 } Musa bertemu Jodoh di kota Madyan Dengan berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya orang-orang yang zalim"

Kisah Nabi Musa A.S meninggalkan mesir

keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah   tiada   kawan   selain   cahaya   Allah   dan   tiada   bekal   kecuali   bekal   iman   dan   takwa   kepada Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.

Setelah     menjalani    perjalanan    selama    lapan   hari   lapan   malam     dengan    berkaki   ayam     {tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan   yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin. Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota   istana   kerajaan   yang   menjadi   seorang   pelarian   dan   buruan.   Ia   tidak   tahu   ke   mana   ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal orang,    tiada   sahabat   dan   saudara.   Dalam     keadaan    demikian     terlihatlah  olehnya    sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi memberi minum ternakannya masing-masing,   sedang   tidak   jauh   dari   tempat       sumber   air   itu   berdiri   dua   orang   gadis  yang menantikan giliran untuk memberi minuman kepada ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya. Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak   mengambil   air   dan   memberi   minum   ternakan   kami   namun   kami   tidak   dapat   berdesak dengan   lelaki   yang   masih   berada   di   situ.   Kami   menunggu   sehingga   mereka   selesai   memberi minum   ternakan   mereka.   Kami   harus   lakukan   sendiri   pekerjaan   ini   karena   ayah   kami   sudah lanjut   usianya   dan   tidak   dapat   berdiri,   jangan   lagi   datang   ke   mari".   Lalu   tanpa   mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada mereka setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala. Setibanya      kedua    gadis   itu  di   rumah    berceritalah    keduanya     kepada     ayah   mereka     tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak diminta itu mereka dapat   lebih   cepat   kembali   ke   rumah   drp   biasa.   Ayah   kedua   gadis   yang   bernama   Syu'aib   itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah   memberi   pertolongan   tanpa   diminta   kepada   kedua   puterinya   dan          sekaligus   menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah. Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di bawah pohon yang   masih   melamun.   Dalam   keadaan   letih   dan   lapar   Musa   berdoa:   "Ya   Tuhanku   aku   sangat memerlukan        belas   kasihmu     dan   memerlukan      kebaikan     sedikit   brg   makanan     yang    Engkau turunkan kepadaku." Berkatalah       gadis    itu   kepada     Musa      memotong       lamunannya:        "Ayahku      mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami." Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu   dengan senang hati.   Ia lalu mengikuti gadis itu dari   belakang   menuju   ke   rumah   ayahnya   yang   bersedia   menerimanya   dengan   penuh   ramah- tamah, hormat dan mengucapkan terimakasihnya.

 

Dalam   berbincang-bincang   dab   bercakap-cakap   dengan   Syu'aib   ayah   kedua   gadis   yang   sudah lanjut   usianya   itu   Musa   mengisahkan   kepadanya   peristiwa   yang   terjadi   pd   dirinya   di   Mesri sehingga   terpaksa   ia   melarikan   diri   dan   keluar   meninggalkan   tanah   airnya   bagi   mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya. Berkata   Syu'aib   setelah   mendengar   kisah   tamunya:   "Engkau   telah   lepas   dari   pengejaran   dari orang-orang   yang   zalim   dan   ganas   itu   adalah   berkat   rahmat   Tuhan   dan   pertolongan-Nya.   Dan engkau   sudah   berada   di   sebuah   tempat   yang   aman   di   rumah   kami   ini,   di   man   engkau   akan tinggallah dengan tenang dan tenteram selama engkau suka." Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang dihormati dan disegani     Musa    telah   dapat   menawan      hati  keluarga    tuan   rumah     yang   merasa    kagum     akan keberaniannya,       kecerdasannya,      kekuatan    jasmaninya,     perilakunya     yang    lemah    lembut,    budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati   salah   seorang   dari   kedua   puteri   Syu'aib   untuk   mempekerjakan   Musa   sebagai   pembantu mereka.   Berkatalah   gadis   itu   kepada   ayahnya:   "wahai   ayah!   Ajaklah   Musa   sebagai   pembantu kami   menguruskan   urusan   rumahtangga   dan   penternakan   kami.   Ia   adalah   seorang   yang   kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai." Saranan     gadis   itu  disepakati    dan  diterima    baik   oleh  ayahnya     yang   memang      sudah   menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku   yang   hormat   dab   sopan   serta   tangan   yang   ringan   suka   bekerja,   suka   menolong   tanpa diminta. Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur,   selama   engkau   berada   di   rumah   ini   kami   dan   mengingat   akan   usiaku   yang   makin   hari makin   lanjut,   maka   aku   ingin   sekali   mengambilmu   sebagai   menantu,   mengahwinkan   engkau dengan     salah   seorang    dari   kedua    gadisku    ini.  Jika  engkau    dengan     senang    hati  menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama      lapan    tahun    menguruskan        penternakan      kami    dan    soal-soal    rumahtangga       yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu." Nabi   Musa   sebagai   buruan   yang   lari   dari   tanah   tumpah   darahnya   dan   berada   di   negeri   orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah menerima tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan     dari  Tuhan    yang    akan   mengisi    kekosongan      hidupnya    selaku    seorang   bujang    yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala duka   dan   dukanya.   Ia   segera   tanpa   berfikir   panjang   berkata   kepada   Syu'aib:   "Aku   merasa   sgt bahagia,      bahwa      pakcik    berkenan      menerimaku        sebagai  menantu,      semuga      aku    tidak menghampakan   harapan   pakcik   yang   telah   berjasa   kepada   diriku   sebagai   tamu   yang   diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami kepada anak   puterinya.   Syarat   kerja   yang   pakcik   kemukakan   sebagai   maskahwin,   aku   setujui   dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang hati." Setelah     masa    lapan   tahun   bekerja    sebagai    pembantu     Syu'aib    ditambah    dengan     suka   rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah     perkahwinan      diberinyalah    pasangan     penganti    baru   itu  oleh   Syu'aib    beberapa    ekor kambing       untuk   dijadikan    modal    pertama     bagi   hidupnya     yang    baru   sebagai    suami-isteri. Pemberian   beberpa   ekor   kambing   itu   juga   merupakan   tanda   terimaksih   Syu'aib   kepada   Musa yang selama ini di bawah pengurusannya, penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda. Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22 sampai ayat 28, surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :~ "22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}: "Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai       di  sana   sekumpulan     orang    yang   sedang    memberi     minum     {ternakannya}     dan   ia menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternakannya. Musa   berkata:   "Apakah   maksudmu   {dengan   berbuat   begitu}?"   Kedua   wanita   itu   menjawab: "Kami      tidak   dapat    meminumkan        {ternakan     kami}     sebelum     pengembala-pengembala          itu memulangkan   {ternakkannya}   sedang   bapa   kami   orang   tua   yang   telah   lanjut   umurnya."24.~ Maka   Musa   memberi   minum   ternakan   itu   {utk   menolong}   keduanya,   kemudian   kembali   ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang     Engkau     turunkan    kepadaku."25.~       Kemudian      datanglah    kepada     Musa    salah   seorang daripada kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu agar   ia   memberi   pembalasan   {kebaikanmu}   memberi   minum   {ternakan}   kami."   Maka   tatkala Musa   mendatangi   bapanya   {Syu'aib}   dan   menceritakan   kepadanya   cerita   {mengenai   dirinya}. Syu'aib     berkata:   "Janganlah     kamu    takut,  kamu    telah   selamat   dari  orang-orang      yang   zalim itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja   {dengan   kita}.   karena   sesungguhnya   orang   yang   paling   baik   yang   kamu   ambil   untuk bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~ Berkatalah dia {Syu'aib}: " Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku lapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan    mendapatiku      termasuk     orang-orang     yang   baik."28.~    Dia   berkata:   "Itulah   {perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak   ada   tuntutan   tambahan   atas   diriku   {lagi}.  Dan   Allah   adalah   saksi   atas   apa  yang   kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }

Kisah Kembalinya nabi Musa A.S ke tanah mesir untuk berdakwah

Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan diri dari buruan kaum     Fir'aun.   Suatu   waktu    yang   cukup   lama   bagi    seseorang   dpt    bertahan   menyimpan   rasa rindunya   kepada   tanah   air,   tempat   tumpah   darahnya   ,   walaupun   ia   tidak   pernah   merasakan kebahagiaan       hidup    di  dalam    tanah    airnya   sendiri.   Apa    lagi   seorang    seperti   Musa    yang mempunyai   kenang-kenangan   hidup   yang   seronok   dan   indah   selama   ia   berada   di   tanah   airnya sendiri   selaku   seorang   dari   keluarga   kerajaan   yang   megah   dan   mewah,   maka   wajarlah   bila   ia merindukan   Mesir   tanah   tumpah   darahnya   dan   ingin   pulang   kembali   setelah   ia   beristerikan Shafura, puteri Syu'aib. Bergegas-gegaslah   Musa   berserta   isterinya   mengemaskan   barang   dan   menyediakan   kenderaan lalu meminta diri dari orang tuanya dan bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya. Setibanya   di   "Thur   Sina"   tersesatlah   Musa   kehilangan   pedoman   dan   bingung   manakah   yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng   sebuah   bukit.   Ia   berhenti   lalu   lari   ke   jurusan   api   itu   seraya   berkata   kepada   isterinya: "Tinggallah kamu disini menantiku. Aku pergi melihat api   yang menyala di atas bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa satu berita kepadamu dari tempat api itu   atau   setidak-tidaknya   membawa   sesuluh   api   bagi   menghangatkan   badanmu               yang   sedang menggigil kesejukan." Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara seruan kepadanya datang dari sebatang   pohon   kayu   di   pinggir   lembah   yang   sebelah   kanannya   pada   tempat   yang   diberkahi Allah. Suara seruan yang didengar oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. Dan     aku   telah  memilih     kamu,    maka    dengarkanlah      apa   yang   akan    diwahyukan      kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat akan Aku." Itulah wahyu yang pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa sebagai tanda kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam kesempatan bercakap langsung dengan allah di atas bukit Thur Sina itu telah diberi bekal oleh Allah   yang Maha Kuasa dua jenis mukjizat sebagai persiapan untuk menghadap kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu. Bertanyalah Allah kepada Musa: "Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu hai Musa!"   Suatu   pertanyaan   yang   mengadungi   erti   yang   lebih   dalam   dari   apa   yang   sepintas   lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawapannya yang sederhana. "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan   pdnya   dan   aku   pukul   daun   dengannya   untuk   makanan   kambingku.   Selain   itu   aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting bagiku." Maksud      dan   arti  dari  pertanyaan     Allah   yang   nampak     sederhana     itu  baru  dimegertikan      dan diselami oleh Musa setelah Allah memerintahkan kepadanya agar meletakkan tongkat itu di atas tanah,    lalu  menjelmalah      menjadi     seekor   ular  besar   yang    merayap     dengan    cepat   sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah berseru kepadanya: "Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asal." Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya ketika ia bertolak dari Madyan. Sebagai mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Musa agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah dilakukannya perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit. Bacalah   tentang   isi   cerita   di   atas   dalam   surah   "Thaahaa"   ayat   9   sehingga   23   juz   16   sebagai berikut :~ "9.~ Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? 10.~ Ketika itu melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu {di sini} sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api    itu."  11.~   Mak    ketika   ia  datang    ke   tempat    api  itu,  ia  dipanggil:    "Hai   Musa,    12.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. 13.~ Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa   yang   akan   diwahyukan   {kepadamu}.   14.~   Sesungguhnya   Aku   ini   adalah   Allah,   tidak   ada Tuhan   selain     Aku,   maka   sembahlah      Aku    dan  dirikanlah   solat   untuk   mengingati     Aku.   15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan {waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang diusahakannya. 16.~ Maka sesekali janagnlah kamu dipalingkan daripadanya   oleh   orang   yang   tidak   beriman   kepadanya   dan   oleh   orang   yang   mengikuti   hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa." 17.~ Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa?" 18.~ Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku memukul  {daun}   dengannya   untuk   kambingku   dan   bagiku   ada   lagi   keperluan   yang   lain   padanya."   19.~ Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" 20.~ Lalu dilemparkanlah tongkat itu, maka tiba- tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. 21.~ Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan   takut.   Kami   akan   mengembalikannya   kepada   keadaan   asalnya."   22.~   Dan   kepitkanlah tanganmu di ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain {pula}. 23.~ untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar." {Thaahaa : 9 ~ 23 } Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun Raja   Fir'aun   yang   telah   berkuasa   di   Mesir   telah   lama   menjalankan   pemerintahan   yang   zalim, kejam dan ganas. Rakyatnya yang terdiri dari bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan bangsa Isra'il yang merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak merasa aman bagi nyawa dan harta bendanya.

Tindakan   sewenang-wenang   dan   pihak   penguasa   pemerintahan   terutamanya   ditujukan   kepada Bani Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup tenang dan tenteram. Mereka dikenakan kerja paksa   dan   diharuskan   membayar   berbagai   pungutan   yang   tidak   dikenakan   terhadap   penduduk bangsa Egypt, bangsa Fir'aun sendiri. Selain   kezaliman,   kekejaman,   penindasan   dan   pemerasan   yang   ditimpakan   oleh   Fir'aun   atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak. Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu diperintahkanlah Musa oleh   Allah   untuk    pergi   ke   Fir'aun  sebagai    Rasul-Nya,   mengajakkan        beriman   kepada     Allah, menyedarkan   dirinya   bahwa   ia   adalah   makhluk   Allah   sebagaimana   lain-lain   rakyatnya,   yang tidak   sepatutnya   menuntut   orang   menyembahnya   sebagi   tuhan   dan   bahawa   Tuhan   yang   wajib disembah       olehnya    dan   oleh    semua    manusia     adalah    Tuhan     Yang    Maha     Esa   yang    telah menciptakan alam semesta ini. Nabi    Musa     dalam    perjalanannya     menuju     kota  Mesir    setelah   meninggalkan       Madyan,     selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalua peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh tahun yang   lalu   itu,   belum   terlupakan   dan   masih   belum   hilang   dari   ingatan   para   pembesar   kerajaan Fir'aun.    Ia  tidak   mengabaikan       kemungkinan       bahwa     mereka     akan    melakukan      pembalasan terhadap perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah   berada   di   tengah-tengah   mereka.   Ia   hanya   terdorong   rasa   rindunya   yang   sangat   kepada tanah   tumpah   darahnya       dengan   memberanikan        diri   kembali   ke   Mesir   tanpa   memperdulikan akibat yang mungkin akan dihadapi. Jika    pada   waktu    bertolak   dari  Madyan      dan   selama    perjalannya    ke   Thur   Sina.   Nabi   Musa dibayangi      dengan    rasa   takut  akan    pembalasan     Fir'aun,   Maka     dengan    perintah    Allah   yang berfirman maksudnya :~ "Pergilah     engkau    ke   Fir'aun,  sesungguhnya       ia  telah  melampaui      batas,   segala   bayangan     itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan melaksanakan perintah Allah menghadapi Fir'aun apa pun akan terjadi pada dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah Musa kepada   Allah:   "Aku   telah   membunuh   seorang   darinya   mereka   ,   maka   aku   khuatir   mereka   akan membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu dari keluargaku sendiri, yaitu saudaraku Harun     untuk    menyertaiku      dalam    melakukan      tugasku    meneguhkan       hatiku   dan   menguatkan tekadku   menghadapi   orang-orang   kafir   itu   apalagi   Harun   saudaraku   itu   lebih   petah   {lancar} lidahnya dan lebih cekap daripada diriku untuk berdebat dan bermujadalah." Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah hati Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan diiringi firman Allah: "Janganlah kamu berdua takut dan khuatir akan   disiksa   oleh   Fir'aun. 

 Aku   menyertai   kamu   berdua  dan   Aku   mendengar   serta  melihat   dan mengetaui     apa   yang   akan   terjadi  antara  kamu    dan  Fir'aun.  Berdakwahlah      kamu    kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan bertauhid, meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap yang lemah lembut daripada kamu berdua ia akan ingat pada kesesatan dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan kebonmgkakannya." Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah "Al-Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah "Thaha" sebagai berikut :~ "33.~ Musa berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang manusia dari golongan   mereka,   maka   aku   takut   mereka   akan   membunuhku,   34.~   dan   saudaraku   Harun   dia lebih petah lidahnya drpku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan {perkataan} ku sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan aku." 35.~ Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka   mereka   tidak   dapat   mencapaimu   {berangkat   kami   berdua}   dengan   membawa   mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang." { Al-Qashash : 33 ~ 35 } "42.~ Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa ayat-ayat-Ku dan janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43.~ Pergilah kamu berdua kepada   Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. 44.~ maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat   atau takut" 45.~ Berkatalah mereka berdua:   "Ya Tuhan kami sesungguhnya kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami atau akan bertambah melewati     batas  46.~   allah  berfirman:    "Janganlah    kamu    berdua   khuatir,   sesungguhnya     Aku berserta    kamu    berdua,   Aku   mendengar      dan   melihat".   47.~  Maka     datanglah   kamu    berdua kepadanya      {Fir'aun}   dan  katakanlah:    "Sesungguhnya      kami   berdua    adalah   utusan  Tuhanmu, maka     lepaskanlah     Bani    Isra'il  bersama    kami    dan   janganlah     kamu    menyeksa      mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti {atas kerasulan kami} dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk." { Thaha : 42 ~ 47 } Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun Diperolehi   kesempatan   oleh   Musa   dan   Harun,   menemui   raja   Fir'aun   yang   menyatakan   dirinya sebagai tuhan itu, setelah menempuh beberapa rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang ingin bertemu dengan raja pd waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasihatnya. Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua ini?" Musa     menjawab:      "Kami,    Musa    dan   Harun    adalah    pesuruh    Allah   kepadamu      agar  engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa dan menghindari seksaanmu." Fir'aun   yang segera mengenal Musa berkata kepadanya: "Bukankah engkau adalah Musa   yang telah   kami   mengasuhmu   sejak   masa   bayimu   dan   tinggal   bersama   kami   dalam   istana   sampai mencapai usia remajamu, mendapat pendidikan dan pengajaran yang menjadikan engkau pandai? Dan bukankah engkau   yang melakukan pembunuhan terhadap diriseorang drp golongan kami? Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada kamu?" Musa     menjawab:      "Bahwasanya       engkau    telah   memeliharakan      aku    sejak  masa    bayiku,    itu bukanlah   suatu   jasa   yang   dapat   engkau   banggakan. 

Karena   jatuhnya   aku   ke   dalam   tangan   mu adalah    akibat   kekejaman     dan   kezalimanmu      tatkala  engkau    memerintah     agar   orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan sungai Nil di dalamsebuah peti yang kemudian dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan     itu  adalah   akibat  godaan    syaitan   yang   menyesatkan,     namun     peristiwa   itu  akhirnya merupakan      suatu   rahmat    dan   barakah   yang   terselubung     bagiku.   Sebab   dalam    perantauanku setelah aku melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan aku dengan hikmah dan ilmu serta mengutuskan   aku   sebagai   Rasul   dan   pesuruh-Nya.   Maka   dalam   rangka   tugasku   sebagai   Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah Allah untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan penindasanmu terhadap Bani Isra'il." Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini selain aku yang patut di sembah dan dipuja?" Musa menjawab:   "Ya,   yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam." Tanya Fir'aun: "Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?" Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan bumi." Berkata     Fir'aun   kepada    para   penasihatnya     dan   pembesar-pembesar         kerajaan    yang   berada disekitarnya.   Sesungguhnya   Rasul   yang   diutuskan   kepada   kamu   ini   adalah   seorang   yang   gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan Harun: "Siapakah Tuhan kamu berdua?" Musa   menjawab:   "Tuhan   kami   ialah   Tuhan   yang   telah   memberikan   kepada   tiap-tiap   makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk kepadanya." Fir'aun     bertanya:    "Maka     bagaimanakah        keadaan     umat-umat      yang    dahulu     yang    tidak mempercayai       apa   yang   engkau     ajarkan   ini  dan  malahan     menyembah       berhala   dan   patung- patung?" Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku.

Jika Dia telah menurunkan azab dan   siksanya     di  atas   mereka   maka   itu   adalah   karena   kecongkakan   dan   kesombongan   serta keengganan   mereka   kembali   ke   jalan   yang   benar.   Jika   Dia   menunda   azab   dan   seksa   mereka hingga hari kiamat, maka itu adalah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah mewahyukan kepada kami bahwa azab dan seksanya adalah jalan yang benar." Rif'aun   yang   sudah   tidak   berdaya   menolak   dalil-dalil   Nabi   Musa   yang   diucapkan   secara   tegas dan berani merasa tersinggung kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya lalu   menujukan      amarahnya     dan   berkata   kepada    Musa     secara   mengancam:      "Hai   Musa!    jika engkau mengakui tuhan selain aku, maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam penjara." Musa   menjawab:   "Apakah   engkau   akan   memenjarakan   aku   walaupun   aku   dapat   memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran dakwahku?" Fir'aun   menentang   dengan   berkata:   "Datanglah   tanda-tanda   dan   bukti-bukti   yang   nyata   yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tiak berdusta." Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dpt dibaca dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19 sebagimana berikut :~ "18.~   Fir'aun   berkata:   "Bukankah   kami   telah   mengasuhmu   diantara   {keluarga}   kami   diwaktu kamu     masih    kanak-kanak      dan  kamu     tinggal  diantara    {keluarga}    kami    beberapa    tahun   dari umurmu. 19.~ dan kamu telah berbuat sesuatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk   golongan   orang-orang   yang   tidak   membalas   jasa."   20.~   Berkata   Musa:   "Aku   telah melakukannya   sedang   aku   diwaktu   itu   termasuk   orang-orang   yang   khilaf.   21.~   Lalu   aku   lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepada kamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu    serta  Dia   menjadikan      aku   salah   seorang    diantara   rasul-rasul.   22.~   Budi    yang   kamu limpahkan kepada ku ini adalah {disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani   Isra'il." 23.~ Fir'aun bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"24.~ Musa menjawab: "Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang-orang} mempercayainya". 25.~ Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?". 26.~ Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu"   27.~   Fir'aun   berkata:   "Sesungguhnya   Rasulmu   yang   diutuskan   kepada   kamu   sekalian benar-benar   orang   gila".   28.~   Musa   berkata:   "Tuhan   yang   menguasai   timur   dan   barat   dan   apa yang ada di antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu mempergunakan akal". 29.~ Fir'aun berkata:   "Sungguh   jika   kamu   menyenbah   Tuhan   selain   aku   benar-benar   aku   akan   menjadikan kamu      salah   seorang    yang   dipenjarakan".      30.~   Musa    berkata:    "Dan    apakah    kamu     {akan melakukan itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan} yang nyata jika kamu adlah termasuk orang-orang yang benar." { Asy-Syura : 18 ~ 31 } Musa memperlihatkan dua mukjizat kepada Fir'aun Menjawab tentangan Fir'aun   yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan serta-merta meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang segera menjelma menjadi seekor ular besar yang melata menghala ke Fir'aun. Karena ketakutan melompat lari dari singgahsananya melarikan diri seraya berseru kepada Musa: " Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama delapan belas tahun panggillah kembali ularmu itu." Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa. Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa heran dan takutnya: "Adakah bukti   yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?" "Ya, lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya. Kemudian tatkala   tangannya   dikeluarkan   dari   sakunya,   bersinarlah   tangan   Musa   itu   menyilaukan   mata Fir'aun itu dan orang-orang yang sedang berada disekelilingnya. Fir'aun sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan mudah begitu saja menyerah   kepada   Musa   bekas   anak   pungutnya   walaupun   kepadanya   telah   diperlihatkan   dun mukjizat.   Ia   bahkan   berkata   kepada   kaumnya        yang   ia   khuatir   akan   terpengaruh   oleh   kedua mukjizat   Musa   itu   bahwa   itu   semuanya   adalah   perbuatan   sihir   dan   bahwa   Musa   dan   Harun adalah     ahli   sihir  yang    mahir    yang    datang    dengan     maksud     menguasai      Mesir    dan    para penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu. Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya   yang dikepalai oleh Haman agar mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan Harun.

Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua mukjizat Allah yang   oleh   mereka   dianggapnya   sebagai   sihir.   Anjuran   itu   lalu   ditawarkan   kepada   Musa   yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun menerima tentangan Fir'aun untuk   beradu dan bertanding melawan   ahli-ahli   sihir.   Musa   berkeyakinan   penuh   bahwa   dengan   perlindung   Allah   ia   akan keluar    sebagai    pemenang      dalam    pertarungan     itu,  pertandingan     antara   perbuatan    sihir  yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang dikurniakan oleh Allah. Pada   suatu   hari   raya   kerajaan   telah   bersetuju   untuk   mengadakan   hari   pertandingan   sihir   maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang telah ditentukan untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat pertama kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada   di   tempat   ahli-ahli   sihhir   yang   terpandai   yang   telah   dikumpulkan   dari   seluruh   wilayah kerajaan     masing-masing       membawa      tongkat    ,  tali  dan  lain-lain  alat  sihirnya.   mereka     cukup bersemangat   dan   akan   berusaha   sepenuh   kepandaian   mereka   untuk   memenangi   pertandingan. mereka   telah   memperolhi   janji   dari   Fir'aun   akan   diberi   hadiah   dan   wang   dalam   jumlah   yang besar bila berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya. Setelah segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing pembesar negeri sudah mengambil tempatnya      mengelilingi     raja  Fir'aun   yang    telah  duduk     di  atas  kursi   singgahsananya   maka dinyatakanlah       pertandingan     dimulai.    Kemudian      atas   persetujuan     Musa    dipersilakan     para lawannya beraksi lebih dahulu mempertujukan kepandai sihirnya. Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan tali-temali mereka ke   tengah-tengah   lapangan   .   Musa   merasa   takut   ketika   terbayang   kepadanya   bahwa   tongkat- tongkat dan tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah tidak mebiarkan hamba   utusan-Nya   berkecil   hati   menghadapi   tipu-daya   orang-orang   kafir   itu.   Allah   berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu: "Janganlah engkau merasa takut dan cemas hai Musa! engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera." Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika melihat ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular dan segala apa yang terbayangsebagai hasil tipu sihir mereka. mereka segera menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan Musa seraya berkata: "Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhamkan oleh   syaitan   tetapi   sesuatu   yang   digerakkan   oleh   kekuatan   ghaib   yang   mengatakan   kebenaran kata-kata   Musa   dan   Harun   maka   tidak   ada   alasan   bagi   kami   untuk   tidak   mempercayai   risalah mereka   dn   beriman   kepada   Tuhan   mereka   sesudah   apa   yang   kami   lihat   dan   saksikan   dengan mata kepala kami sendiri." Fir'aun   raja   yang   congkak   dan   sombong   yang   menuntut   persembahan   dari   rakyatnya   sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada Musa bahkan menyatakan beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya   serta   menjadi   pengikut-pengikutnya.   Tindakan   mereka   itu   dianggapnya   sebagai pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata kepada mereka: "Adakah kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu?" Bukankah ini suatu persekongkolan drp kamu terhadapku? Musa dpt mengalah kamu sebab ia mungkin      guru   dan   pembesar    yang    telah  mengajarkan      seni  sihir  kepadamu     dan   kamu    telah mengatur   bersama-samanya   tindakan   yang   kamu   sandiwarakan   di   depanku   hari   ini.   Aku   tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan khianatmu ini.

Akanku potong tangan-tangan dan kaki- kakimu   serta   akanku   salibkan   kamu   semua   pada   pangkal   pohon   kurma   sebagai   hukuman   dan balasan bagi tindakan khianatmu ini." Ancaman   Fir'aun   itu   disambut   mereka   dengan   sikap   dingin   dan   acuh   tak   acuh.   Karena   Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang menakutkan. mereka sebagai- orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir dpt membedakan yang mana satu sihir dan yang mana  bukan.   Maka  sekali   mereka   diyakinkan   dengan   mukjizat   Nabi   Musa   yang   membuktikan kebenaran   kenabiannya   tidaklah   keyakinan   itu   akan   dpt   digoyahkan   oleh   ancaman   apa   pun. Berkata   mereka   kepada   Fir'aun   menanggapi         ancamannya:      "Kami   telah   memdpat   bukti-bukti yang   nyata   dan   kami   tidak   akan   mengabaikan   kenyataan   itu   sekadar   memenuhi   kehendak   dan keinginanmu.   Kami   akan   berjalan   terus   megikut   jejak   dan   tuntutan   Musa   dan   Harun   sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau hendak putuskan      terhadap    diri  kami.   Keputusan      kamu    hanya    berlaku    di  dunia    ini  sedang    kami mengharapkan pahala Allah di akhirat yang kekal dan abadi." Bacalah   tentang   isi   cerita   di   atas   dalam   surah   "Asy-Syu'ara"   ayat   32   sehingga   ayat   51 juz   19 sebagai berikut :~ "32~ Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu {menjadi ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya} maka tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi    orang-orang     yang   melihatnya.    34~   Fir'aun   berkata   pembesar-pembesar         yang   berada   di sekelilingnya:     "Sesungguhnya       Musa    itu  benar-benar     seorang    ahli  sihir  yang   pandai,   35~   ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan sihirnya maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?" 36~ mereka menjawab: "Tundalah {urusan} dia dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan {ahli sihir}, 37~ nescaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu". 38~ Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada   waktu     yang   ditetapkan   di   hari   yang   maklum,   39~   dan   dikatakan   kepada   orang   ramai: "Berkumpullah   kamu   sekalian,   40~   semoga   kita   mengikuti   ahli-ahli   sihir,   jika   mereka   adalah orang-orang yang menang". 41~ Maka tatkala ahli-ahli sihir dtg , mereka pun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendpt upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" 42~ Fir'aun menjawab: "Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar- benar akan menjadi orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~ Berkatalah Musa kepada mereka: "Jatuhkalah   apa   yang   kamu   hendak   jatuhkan".   44~   Lalu   mereka   menjatuhkan   tali-temali   dan tongkat-tongkat mereka lalu berkata: " Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar- benar akan menang". 45~ kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu   yang mereka ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud {kepada Allah}, 47~ mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam , 48~ yaitu   Tuhan   Musa   dan   Harun".   49~   Fir'aun   berkata:   "Apakah   kamu   sekalian   beriman   kepada Musa sebelumaku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu   yang mengajar      sihir  kepadamu,      maka     kamu    nanti   pasti   benar-benar     akan   mengetahui      {akibat perbuatanmu},   sesungguhnya   aku   akan   memotong   tanganmu   dan   kakimu   dengan   bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya". 50~ Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan {kepada kami},   sesungguhnya   kami   akan   kembali   kepada   Tuhan   kami,   51~   sesungguhnya   kami   amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang- orang yang pertama sekali beriman." {Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 } Fir'aun tetap keras kepala dan semakin bingung Nabi   Musa   yang   telah   mengalahkan   ahli-ahli   sihir   dengan   kedua   mukjizatnya   makin   meluas pengaruhnya, sedan Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan kehormatannya menurun. ia khuatir jika gerakan Musa tidak segera dipatahkan akan mengancam keselamatan kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para penasihat dan pembantu-pembantu terdekatnya   tidak   berusaha   menghilangkan   rasa   kecemasan   dan   kekhuatirannya,   tetapi   mereka sebaliknya      makin     membakar        dadanya     dan    makin     menakutu-nakutinya.        

mereka     berkata kepadanya: "Apakah engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan   meracuni   rakyat   dengan   amcam-macam   kepercayaan   dan   ajaran-ajaran   yang   menyimpang dari   apa   yang   telah   kita   warisi   dari   nenek-moyang   kita?   Tidakkah   engkau   sedar   bahwa   rakyat kita   makin     lama    makin    terpengaruh     oleh   hasutan-hasutan       Musa.    sehingga    lama-kelamaan nescaya   kita   dan   tuhan-tuhan   kita   akan   ditinggalkan   oleh   rakyat   kita   dan   pada   akhirnya   akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah ini." Fir'aun menjawab: "Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi perhatiku sejak dikalahkannya ahli-ahli   sihir   kita   oleh   Musa.   Dan   memang   kalau   kita   membiarkan   Musa   terus   melebarkan sayapnya      dan   meluaskan      pengaruhnya      di  kalangan    pengikut-pengikutnya        yang    makin    lama makin     bertambah     jumlahnya,     pasti   pada   akhirnya    akan   merusakkan      adab    hidup   masyarakat negara   kita   serta   membawa   kehancuran   dan   kebinasaan   bagi   kerajaan   kita   yang   megah   ini. karenanya   aku   telah   merancang   akan   bertindak   terhadap   Bani   Isra'il   dengan   membunuh   setiap orang lelaki dan hanya wanita sahaja akanku biarkan hidup." Rancangan   jahat   fir'aun   diterapkan   oleh   pegawai   dan   kaki   tangan   kerajaannya.   Aneka   ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang menurut anggapan   masyarakat,   mereka   itu   adalah   rakyat   kelas   kambing   dalam   kerajaan   Fir'aun   yang zalim itu. Dengan makin meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari alat- alat kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa, mengharapkan pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat byk pada masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan   teraniaya.   Ia   hanya   menenteramkan   hati   mereka,   bahwa   akan   tiba   saatnya   kelak,di   mana mereka akan dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan yang mereka alami. Dianjurkan oleh Nabi   Musa   agar   mereka   bersabar   dan   bertawakkal   seraya   memohon   kepada   Allah   agar   Allah memberikan         pertolongan      dan    perlindungan-Nya        karena     Allah    telah    menjanjikan      akan mewariskan bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan bertakwa! Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa.

Kisah matinya fir’aun dalam pengejaran nabi Musa A.S

gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun   dari   pengikut-pengikutnya   yang   terpengaruh   dengan   tindakan   Fir'aun   itu.   Sehingga   tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mereka yang sudah bulat terhadap risalah Musa. Karena sasaran yang dituju dengan tindakan kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai   dan   tidak   dapat   menerima   dakwah   Nabi   Musa   dan   para   pengikutnya,          yang   dilhatnya bahkan      semakin     bersemangat       menyiarkan      ajaran    iman    dan    tauhid,   maka     Fir'aun    tidak mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi Musa. Fir'aun memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya untuk bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di undang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun yang merahasiakan imannya. Di    tengah-tengah perdebatan    dan   perundingan      yang    berlangsung     dalam    pertemuan     yang diadakan oleh Fir'aun untuk membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin   itu   mengucapkan   pembelaannya   terhadap   Nabi   Musa   dan   nasihat   serta   tuntunan   bagi mereka   yang   hadir.   Ia   berkata:   "Apakah   kamu   akan   membunuh   seseorang   lelaki   yang   tidak berdosa,     hanya   berkata   bahwa     Allah   adalah   Tuhannya?      Padahal    ia  menyatakan     iman    dan kepercayaannya itu kepada kamu bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika   ia   adalah   benar   dalam   kata-katanya,   maka   nescaya   akan   menimpa   kepada   kamu   bencana azab   yang   telah   dijanjikan   olehnya.   Dan   dalam   keadaan   yang   demikian   siapakah   yang   akan menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan itu?" Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku harus terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan     aku   tidak   menunjukkan       kepadamu      melainkan      jalan   yang   benar,    jalan   yang   akan menyelamatkan kerajaan dan negara." Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan: "Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para nabi- nabi, bahwa kamu akan ditimpa azab dan seksa yang membinasakan , sebagaimana telah dialami oleh   kaum   Nuh,   kaum   Aad,   kaum   Tsamud   dan   umat-umat   yang   datang   sesudah   mereka.   Apa yang   telah   dialami   oleh   kaum-kaum   itu   adalah   akibat   kecongkakan   dan   kesombongan   mereka karena Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya". Mukmin   itu   meneruskan   nasihatnya:"Wahai   kaumku!   Sesungguhnya   aku   khuatir   kamu                akan menerima seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan berpaling kebelakang, tidak   seorang   pun   akan   dapat   menyelamatkan   kamu   itu   dari   seksa   Allah.   Hai   kaum   ikutilah nasihatku,     aku   hanya    ingin   kebaikan    bagimu     dan   mengajak     kamu    ke   jalan  yang    benar. Ketahuilah   bahwa  kehidupan   di   dunia   ini   hanya   merupakan   kesenangan   sementara,   sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di akhirat kelak." Orang     mukmin      dari  keluarga   Fir'aun   itu  tidak  dpt   mengubah     sikap   Fir'aun   dan   pengikut- pemgikutnya,   walaupun   ia   telah   berusaha   dengan   menggunakan   kecekapan   berpidatonya   dan susunan   kata-katanya   yang   rapi,   lengkap   dengan   contoh-contoh   dari   sejarah   umat-umat   yang terdahulu     yang   telah  dibinasakan    oleh   Allah   karena   perbuatan    dan   pembangkangan       mereka sendiri. Fir'aun    dan   pengikut-pengikutnya        bahkan    menganjurkan       kepada    orang    mukmin     itu,  agar meninggalkan       sikapnya     yang   membela     Musa     dan   menyetujui    rancangan     jahat   mereka.    Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap pro kepada Musa secara suka rela. Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran Fir'aun: "Wahai kaumku, sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru kepadaku untuk berkufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa   yang aku tidak ketahui,   sedang   aku   berseru   kepadamu   untuk   beriman   kepada   Allah,   Tuhan   YAng   Maha   Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak dapat diragukan lagi, bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia mahupun   di   akhirat.   Dan   sesungguhnya   kamu   sekalian   akan   kembali   kepada   Allah   yang   akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang soleh, bertakwa dan beriman, sedang orang-orang kafir   yang    telah   melampaui      batas   akan   diberi   ganjaran    dengan    api   neraka.   Hai   kaumku perhatikanlah   nasihat   dan   peringatanku   ini.   Kamu   akan   menyedari   kebenaran   kata-kataku   ini kelak   bila   sudah   tidak   berguna  lagi   orang   menyesal   atau   merasa   susah   karena   perbuatan   yang telah   dilakukan.   Aku   hanya   menyerahkan   urusan   ku   dan   nasibku   kepada   Allah.   Dialah   Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan kelakuan hamba-hamba-Nya." Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga ayat 129 juz 9 dan surah   "Al-Mukmin"   ayat   28   sehingga   ayat   33   dan   ayat   38   sehingga   ayat   45   juz   24   sebagai berikut :~ "127~   Berkata   pembesar-pembesar   dari   kaum   Fir'aun   {kepada   Fir'aun}:   "Apakah   kamu   akan membiarkan        Musa    dan   kaumnya      untuk    membuat      kerusakkan     di  negeri    ini  {Mesir}    dan meninggalkan   kamu        serta   tuhan-tuhanmu?"   Fir'aun   menjawab:         "Akan   kita   bunuh   anak-anak lelaki   mereka   dan   kita   biarkan   hidup   perempuan-perempuan   mereka   dan   sesungguhnya   kita berkuasa penuh ke atas mereka". 128~ Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada     Allah   dan   bersabarlah     sesungguhnya      bumi    {ini}   kepunyaan     Allah    dipusakakannya kepada   siapa   yang   dikehendaki-Nya   dari   hamba-hamba-Nya.   Dan   kesusahan   yang   baik   adalah bagi orang-orang yang bertakwa". 129~ Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas {oleh Fir'aun} sebelum      kamu    datang   kepada    kami   dan   sesudah    kamu    datang."    Musa    menjawab:     "Mudah- mudahan   Allah   membinasakan   musuh-musuh   kamu   dan   menjadikan   kamu   khalifah   di   bumi{- Nya} maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." { Al-A'raaf : 127 ~ 129 } "28~     Dan     seorang     laki-laki   yang    beriman      di  antara    pengikut-pengikut       Fir'aun    yang mneyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan       "Tuhanku     ialah   Allah"   padahal    dia  telah   datang   kepadamu      dengan    membawa keterangan-keterangan         dari  Tuhanmu.      Dan    jika   dia  seorang    pendusta,    maka     dialah   yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia seorang yang benar, nescaya sebahagia {bencana} yang     diancamkannya       kepadamu      akan   menimpamu."        Sesungguhnya       Allah   tidak   menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. 29~ Hai kaumku utkmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku   pandang   baik   dan   aku   tidak   menunjukkan   kepadamu   selain   jalan   yang   benar."   30~   Dan orang   yang   beriman   itu   berkata:   "Hai   kaumku   sesungguhnya   aku   khuatir   kamu   akan   ditimpa  {bencana}      seperti  peristiwa    {kehancuran}      golongan     yang   bersekutu,    31~    {yakni}    seperti keadaan   kaum   Nuh,   Aad,   Tsamud   dan   orang-orang   yang   datang   sesudah   mereka.   Dan   Allah tidak    menghendaki        berbuat    kezaliman     terhadap    hamba-hamba-Nya.          32~    HAi    kaumku, sesungguhnya aku khuatir terhadapmu akan seksaan hari panggil-memanggil. 33~ {yaitu} hari  {ketika}     kamu     {lari}   berpaling     kebelakang,      tidak   ada    bagimu     seseorang     pun    yang menyelamatkan   kamu   dari   {azab}   Allah   dan   siapa   yang   disesatkan   Allah   nescaya   tidak   ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk." { Al-Mukmin : 28 ~ 33 } "38~ Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku ikutilah aku akan menunjukkan kepadamu jalan   yang   benar.   39~   Hai   kaumku!   Sesungguhnya   kehidupan   dunia   ini   hanyalah   kesenangan  {sementara} dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. 40~ Barabg siapa mengerjakan perbuatan   jahat,   maka   dia   tidak   akan   dibalas   melainkan   sebanding   dengan   kejahatan   itu.   Dan barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik laki-laki mahupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab. 41~   Hai   kaumku!   Bagaiman   kamu   ini,   aku   menyeru   kamu   kepada   keselamatan   tetapi   kamu menyeru      aku   ke  neraka?   42~   {kenapa}     kamu    menyerukan      supaya   kufur   kepada    Allah   dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku ketahui padahal aku menyeru kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?" 43~ Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya   aku   {beriman}   kepadanya   tidak   dpt   memperkenankan   seruan   apa   pun,   baik   di   dunia mahu   pun   di   akhirat.   Dan   sesungguhnya   kembali   kita   adalah   kepada   Allah   dan   sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. 44~ Kelak kamu akan ingat kepada   apa   yang   aku   katakan   kepada   kamu.   Dan   aku   menyerahkan   urusan   aku   kepada   Allah. Sesungguhnya   Allah   Maha   Melihat   akan   hamba-hamba-Nya.   45~   Maka   Allah   memeliharanya dari   kejahatan   tipu   daya   mereka   dan   Fir'aun   berserta  kaumnya   dikepung   oleh   azab   yang  amat buruk." { Al-Mukmin : 38 ~ 45 } Fir'aun menghina dan mengejek Musa Selain   tindakan   kekerasan   yang   ditimpakan   ke   atas   Bani   Isra'il   kaumnya   Nabi   Musa,   Fir'aun melontarkan penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan   membendung   pengaruh   Nabi   Musa   yang   semakin   beertambah   semenjak   ia   keluar   sebagai pemenang dalam pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun. Berkata Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah aku membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya.

Aku ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku dan biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya." Dalam   lain   kesempatan   Fir'aun   berkata   kepada   rakyatnya   yang   sudah   diperhambakan   jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan mengaminkan segala perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat bahwa aku memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di    mana    sungai-sungai     mengalir     dibawah     telapak   kakiku,    sungai-sungai     yang    memberi kemakmuran        hidup    dan   kebahagiaan     hidup    bagi   rakyatku?    Dan    tidakkah    kamu    melihat kekuasaanku   yang   luas   dan   ketaatan   rakyatku   yang   bulat   kepadaku?   Bukankah   aku   lebih   baik dan   lebih   agung   dari   Musa   yang   hina-dina   itu   yang   tidak   cekap   menguraikan   isi   hatinya   dan menerangkan        maksud      tujuannya.    Megapa      Tuhannya      tidak    memakaikan       gelang    emas, sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja, pemimpin atau pembesar? Atau mengapa      ia  tidak   diiringi   oleh   malaikat-malaikat      sebagai   tanda   kebesarannya      dan   bukti kebenarannya bahwa ia adalah pesuruh Tuhannya?" Kelompok   orang       yang   mendengar   kata-kata   Fir'aun   itu   dengan   serta-merta   mengiyakan   dan membenarkan kata-kata rajanya serta menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan perintahnya sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun zalim dan fasiq terhadap Tuhannya. Dalam     pd   itu  kesabaran   Nabi   Musa    sampai    pd   puncaknya,    melihat    Fir'aun  dan   pembantu- pambantunya tetap berkeras kepala menentang dakwahnya, mendustakan risalahnya dan makin memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum Bani Isra'il terutama para pengikutnya yang menyembunyikan imannya karena ketakutan daripada kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa kepada mereka bahwa Allah    tidak  akan   membiarkan      mereka    terus-menerus     melakukan      kekejaman,     kezaliman    dan penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Akan ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap tidak mahu sedar dan beriman kepada-Nya, bermacam azb dan seksa di dunia semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata! Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya Tuhan kami, engkau telah memberi kepada Fir'aun    dan   kaum     kerabatnya    kemewahan       hidup,   harta   kekayaan     yang    meluap-luap     dan kenikmatan   duniawi,   yang   kesemua   itu   mengakibatkan   mereka   menyesatkan   manusia,   hamba- hamba-Mu, dari jalan yang Engkau redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. mereka tidak akan beriman dan kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat seksaan-Mu yang pedih." Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang diperkenankan oleh Allah, maka dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh krisis kewangan dan makanan, yang disebabkan mengeringnya sungai Nil sehingga tidak dapat mengairi sawah-sawah dan ladang-ladang disamping serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan padi dan gandum yang sudah menguning dan siap untuk diketam. Belumlagi      krisis  kewangan     dan   makanan     teratasi  datang   menyusul     bala   banjir  yang   besar disebabkan   oleh   hujan   yang   turun   dengan   derasnya,   sehingga   menghanyutkan   rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang ternak. Dan sebagai akibat dari banjir itu berjangkitlah bermacam-macam wabak dan penyakit yang merisaukan masyarakat seperti hidung berdarah     dan  lain-lain.  Kemudian      datanglah    barisan   kutu-kutu   busuk    dan   katak-katak    yang menyerbu         ke    dalam       rumah-rumah         sehingga      mengganggu         ketenteraman        hidup mereka,menghilangkan           kenikmatan     makan,     minum      dan   tidur,   disebabkan     menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan makanan   dan di antara sela-sela pakaian mereka. Pada    waktu    azab   menimpa     dan   bencana-bencana       itu  sedang   melanda    berdatanglah     mereka kepada   Nabi   Musa   minta   pertolongannya   demi   kenabiannya,   agar   memohonkan   kepada   Allah mengangkat       bala  itu  dari  atas  mereka    dengan    perjanjian   bahwa    mereka    akan   beriman    dan menyerahkan Bani Isra'il kepada Nabi Musa sekirannya mereka dpt ditolong dan terhindar dari azab bala itu. Akan     tetapi  begitu   bala-bala    itu  tercabut  dari   atas  mereka    dan   hilanglah    gangguan     yang diakibatkan   olehnya,   mereka   mengingkari   janji   mereka   dan   kembali   bersikap   memusuhi   dan menentang Nabi Musa, seolah-olah apa yang terjadi bukanlah karena doa dan permohonan Musa kepada Allah tetapi karena hasil usaha mereka sendiri. Bacalah   tentang   isi   cerita   di   atas   ayat   26   dari   surah   "Al-Mukmin"   ;   ayat   51   sehingga   ayat   54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah "Yunus" dan ayat 130 sehingga ayat 135 surah "Al- A'raaf" sebagimana berikut :~ "Dan     berkata   Fir'aun  {kepada     pembesar-pembesarnya}         "Biarlah   aku   membunuh       Musa,   dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan kerusakan di muka bumi." { Al-Mukmin : 26 } "Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya {seraya} berkata: "Hai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan {bukankah} sungai-sungai ini mengalir dibawahku, maa apakah yang kamu tidak melihatnya? 52~ Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan {perkataannya}? 53~ Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang emas, atau malaikat   datang   bersama-sama   dia   untuk   mengiringkannya."   54~   Mak   Fir'aun   mempergaruhi kaumnya {dengan perkataan itu} lalu mereka patuh kepadanya kerana sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasiq." { Az-Zukhruf : 51 ~ 54 } "88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya   mereka   menyesatkan   {manusia}   dari   jalan   Engkau.   Ya   Tuhan   kami,   binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat     seksaan    yang   pedih."    89~   Allah   berfirman:     "Sesungguhnya       telah  diperkenankan permohonan kamu berdua sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88 sehingga 89 } "130~      Dan    sesungguhnya        Kami     telah   menghukum        {Fir'aun    dan}     kaumnya      dengan mendatangkan       musim     kemarau    yang    panjang   dan   kekurangan     buah-buahan,     supaya    mereka

mengambil   pengajaran   131~   Kemudian   apabila   datang   kepada   mereka   kemakmuran   mereka berkata:     "Ini  adalah    kerana    {usaha}    kami."    Dan    jika   mereka    ditimpa    kesusahan      mereka lemparkan       sebab    kesialan    itu  kepada     Musa     dan   orang-orang      yang    berserta    dengannya. Ketahuilah      sesungguhnya        kesialan    mereka     itu  adalah    ketetapan     dari   Allah,   akan    tetapi kebanyakkan   mereka   tidak   mengetahui.   132~   mereka   berkata   kepada   Musa:   Bagaiman   kamu mendatangkan        keterangan     kepada    kami    untuk   menyihir     kami   dengan     keterangan     itu,  maka sesekali    kami    tidak   akan   beriman   kepadamu."       133.~   Maka   Kami      {Allah}   kirimkan   kepada mereka   taufan,   belalang,   kutu,   katak   dan   darah   sebagai   bukti   yang   jelas   tetapi   mereka   tetap menyombong diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. 134~ Dan ketika mereka ditimpa azab {yang telah diterangkan itu} mereka pun berkata: " Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu        dengan     {perantaraan}      kenabian     yang    diketahui    oleh    Allah    ada   pada    sisimu.

 

Sesungguhnya   jika   kamu   dapat   menghilangkan   azab   itu   drp   kami   pasti   kami   akan   beriman kepadamu   dan   akan   kami   biarkan   Bani        Isra'il   pergi   bersamamu."   135~   Maka   setelah   Kami hilangkan   azab   itu   dari   mereka   hingga   batas   waktu   yang   mereka   sampai   kepadanya,   tiba-tiba mereka mengingkarinya." { Al-A'raaf : 130 ~ 135 } Bani Isra'il keluar dari Mesir Bani    Isra'il  yang   cukup    menderita     akibat   tindasan    Fir'aun   dan   kaumnya      cukup    merasakan penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun yang kejam dan bengis itu,   pada    akhirnya    sedar   bahwa     Musalah     yang    benar-benar     dikirimkan     oleh   Allah    untuk membebaskan mereka dari cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka datang kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari Mesir. Kemudian        bertolaklah     rombongan       kaum     Bani     Isra'il  di  bawah      pimpinan      Nabi    Musa meninggalkan   Mesir   menuju   Baitul   Maqdis.   Dengan   berjalan   kaki   dengan   cepat   karena   takut tertangkap oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah mereka   pada   waktu   fajar   di   tepi   lautan   merah   setelah   selama   semalam   suntuk   dapat   melewati padang pasir yang luas. Rasa   cemas   dan   takut   makin   mencekam   hati   para   pengikut   Nabi   Musa   dan   Bani   Isra'il   ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari belakang mereka dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang akan berusaha mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mereka tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari Fir'aun yang zalim itu. Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha' bin Nun: "Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?" Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan laut berada di depan     kami    yang   tidak  dapat    dilintasi  tanpa   sampan.    Apa    yang   harus    kami   perbuat    untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir'aun dan kaumnya?" Nabi Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim itu." Pada   saat   yang   kritis   itu,   di   mana   para   pengikut   Nabi   Musa   berdebar-debar   ketakutan,   seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi- Nya   dengan   perintah   agar   memukulkan   air   laut   dengan   tongkatnya.   Maka   dengan   izin   Allah terbelah    laut  itu,  tiap-tiap   belahan    merupakan      seperti  gunung     yang   besar.   Di   antara   kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya. Setelah   mereka   sudah   berada   di   bahagian   tepi   timur   dalam   keadaan   selamat   terlihatlah   oleh mereka   Fir'aun   dan   bala   tenteranya   menyusuri   jalan   yang   sudah   terbuka   di   antara   dua   belah gunung   air   itu.   Kembali   rasa   cemas   dan   takut   mengganggu   hati   mereka   seraya   memandang kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti Fir'aun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah tela mendahului bahwa mereka akan menjadi bala tentera yang tenggelam. Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air itu: "Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar      orang-orang      yang    melarikan    diri   itu.  mereka    mengira     bahwa     mereka    akan    dpt melepaskan   dari   kejaran   dan   hukumanku.   mereka   tidak   mengetahui   bahwa   perintahku   berlaku dan   ditaati   oleh   laut,   jgn   lagi   oleh   manusia.   Tidakkah   ini   semuanya   membuktikan   bahwa   aku adalah     yang   berkuasa    yang   harus   disembah   olehmu?"   Maka   dengan   rasa   bangga   dan   sikap sombongnya        turunlah    Fir'aun   dan   bala  tenteranya     ke  dasar   laut  yang    sudah   mengering      itu melakukan   gerak-cepatnya   untuk   menyusul   Musa   dan   Bani   Isra'il   yang   sudah   berada   di   tepi bahagian   timur   sambil   menanti   hukuman   Allah   yang   telah   ditakdirkan   terhamba-hamba-Nya yang kafir itu. Demikianlah   maka   setelah   Fir'aun   dan   bala   tenteranya   berada   di   tengah-tengah   lautan   yang membelah       itu,  jauh   dari   ke  dua   tepinya,    tibalah   perintah   Allah    dan   kembalilah     air  yang menggunung itu menutupi jalur jalan yang terbuka di mana Fir'aun dengan sombongnya sedang memimpin   barisan   tenteranya   mengejar   Musa   dan   Bani   Isra'il.   Terpendamlah   mereka   hidup- hidup   di   dalam   perut   laut   dan   berakhirlah   riwayat   hidup   Fir'aun   dan   kaumnya   untuk   menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang. Pada   detik-detik   akhir   hayatnya,   seraya   berjuang   untuk   menyelamatkan   diri   dari   maut   yang sudah   berada   di   depan   matanya,   berkatalah   Fir'aun:   "Aku   percaya   bahwa   tiada   tuhan   selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il.

 

Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada- Nya sebagai salah seorang muslim." Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang menghadapi sakaratul-maut: "Baru sekarangkah engkau     berkata    beriman    kepada    Musa    dan   berserah    diri  kepada-Ku?     Tidakkah     kekuasaan ketuhananmu       dapat   menyelamatkan       engkau    dari   maut?   Baru    sekarangkah     engkau    sedar   dan percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah manusia-manusia yang   berada   di   bawah   kekuasaanmu.   Terimalah   sekarang   pembalasan-Ku   yang   akan   menjadi pengajaran bagi orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan kekuasaan-Ku.

Kisah Munajat Nabi Musa A.S setelah meninggalkan mesir

Bani   Isra'il   pengikut-pengikut   Nabi   Musa   masih   meragukan   kematian   Fir'aun.   mereka   masih terpengaruh   dengan   kenyataan   yang   ditanamkan   oleh   Fir'aun   semasa   ia   berkuasa   sebagai   raja bahwa dia adalah manusia luar biasa lain drp yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih melekat pd fikiran mereka menjadikan mereka tidak    mahu    percaya   bahwa    dengan    tenggelamnya,      Fir'aun   sudah   mati.   mereka    menyatakan kepada Musa bahwa Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain. Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mereka tentang Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas perbuatannya, menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan       serta  memperhambakan         Bani   Isra'il.  Dan  setelah   melihat   dengan    mata    kepala sendiri,   tubuh-tubuh   Firaun   dan   orang-orangnya   terapung-apung   di   permukaan   air,   hilanglah segala tahayul mereka tentang Fir'aun dan kesaktiannya. Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang terdampar di pantai diketemukan oleh orang- orang   Mesir,   lalu   diawet   hingga   utuh   sampai   sekarang,   sebagai   mana   dpt   dilihat   di   muzium Mesir. Tentang isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam surah "Thaha" ayat 77 sehingga 79 ; surah   "Asy-Syua'ra"   ayat   60   sehingga   68   ;   surah   "Yunus"   ayat   90   sehingga   92   sebagaimana berikut :~ "77~   Dan   sesungguhnya   telah   Kami   wahyukan   kepada   Musa:   "Pergilah   kamu   dengan   hamba- hamba-Ku {Bani Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan tersusul dan tidak usah takut {akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun dengan bala tenteranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. 79~ Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi peetunjuk." { Thaha : 77 ~ 79 } "60~   Maka   Fir'aun   dan   bala   tenteranya   dpt   menyusuli   mereka   di   waktu   matahari   terbit.   61~ Maka      setelah    kedua    golongan     itu  saling    melihat,    berkatalah    pengikut-pengikut       Musa: "Sesungguhnya   kita   benar-benar   akan   tersusul;   sesungguhnya   Tuhanku   bersertaku,   kelak   Dia akan memberi petunjuk kepadaku. 63~ Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan itu adalah seperti golongan yang lain. 65~ Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang   yang bersertanya semuanya. 66~ Dan   Kami   tenggelamkan   golongan   yang   lain   itu.   67~   Sesungguhnya   pada   yang   demikian   itu benar-benar      merupakan      suatu  tanda   yang    besar   {mukjizat}    dan   kebanyakkan      mereka     tidak beriman.   68~   Dan   sesungguhnya   Tuhanmu   benar-benar   Dialah   Yang   Mulia   Perkasa   lai   Maha Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 } "90~   Dan   Kami   memungkinkan   Bani   Isra'il   melintasi   lau,   lalu   mereka   diikiti   oleh   Fir'aun   dan bala tenteranya, karena hendak menganiaya dan menindas {mereka} hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada Allah}." 91~   Apakah   sekarang   {baru   kamu   percaya}   padahal   sesungguhnya   kamu   telah   durhaka   sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu   dan   sesungguhnya   kebanyakkan   dari   manusia   lengah   dari   tanda-tanda   kekuasaan Kami." { Yunus : 90 ~ 92 } Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di bahagian utara dari Laut Merah dan setelah mereka merasa aman dari kejaran Fir'aun dan kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa itu melihat sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan tekunnya.   Berkatalah   mereka   kepada   Nabi   Musa:   "Wahai   Musa,   buatlah   untuk   kamu   sebuah tuhan berhala sebagaimana mereka mempunyai berhala-berhala yang disembah sebagai tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka itu kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti akan dihancurkan oleh Allah. Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu selain Allah yang telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan menyelamatkan kamu dari Fir'aun, melepaskan kamu dari   perhambaannya   dan   penindasannya   serta   memberikan   kamu   kelebihan   di   atas   umat-umat yang lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh drp kamu, bahwa kamu akan mencari tuhan selain   Allah   yang   demikian   besar   nikmatnya   atas   kamu,   Allah   pencipta   langit   dan   bumi   serta alam semesta. Allah   yang baru saja kamu saksikan kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta bala tenteranya untuk keselamatan dan kelangsungan hidupmu." Perjalanan Nabi Musa dan Bani   Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana panas matahari sgt teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di mana orang dpt berteduh di bawahnya. Atas   permohonan   Nabi   Musa   yang   didesak   oleh   kaumnya   yang   sedang   kepanasan   diturunkan oleh Allah di atas mereka awan   yang tebal untuk mereka bernaung dan berteduh di bawahnya dari   panas   teriknya   matahari.   Di   samping   itu   tatkala   bekalan   makanan   dan   minuman   mereka sudah     berkurangan     dan   tidak   mencukupi      keperluan.    Allah   menurunkan       hidangan    makanan "manna"   -   sejenis   makanan   yang   manis   sebagai   madu   dan   "salwa"   -   burung   sebangsa   puyuh dengan   diiringi   firman-Nya:   "Makanlah   Kami   dari   makanan-makanan   yang   baik   yang   Kami telah turunkan bagimu."

 

Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh kehabisan air untuk minum dan mandi   di   tempat   yang   tandus   dan   kering   itu,   Allah   mewahyukan   kepada   Musa   agar   memukul batu dengan tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu yang dipukul itu dua belas mata air, untuk dua   belas   suku   bangsa   Isra'il  yang   mengikuti   Nabi   Musa,   masing-masing       suku   mengetahui sendiri dari mata air mana mereka mengambil keperluan airnya. Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas apa yang telah   Allah   berikan   kepada   mereka   yang   telah   menyelamatkan   mereka   dari   perhambaan   dan penindasan Fir'aun, memberikan mereka hidangan makanan dan minuman yang lazat dan segar di tempat yang kering dan tandus mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah menurunkan bagi mereka apa   yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, seperti ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas dengan satu macam makanan. Terhadap      tuntutan   mereka     yang   aneh-aneh     itu  berkatalah    Nabi   Musa:    "Mahukah      kamu memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih baik yang telah Allah kurniakan kepada kamu? Pergilah kamu ke suatu kota di mana pasti kamu akan dapat apa yang telah kamu inginkan dan kamu minta." Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah "Al-Baqarah" ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :~ "138~ Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum   yang tetap menyembah berhala, mereka {Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa, buatlah   untuk   kami   sebuah   tuhan   {berhala}   sebagaimana   mereka   mempunyai   beberapa   tuhan {berhala}".   Musa   menjawab:   "Sesungguhnya   kamu   ini   adalah   kaum           yang   tidak   mengetahui {sifat-sifat   Tuhan}".     139~   Sesungguhnya       mereka    itu  akan   dihancurkan    kepercayaan      yang dianutnya     dan  akan   batal  yang   selalu  mereka    kerjakan.   140~   Musa    berkata:   "Patutkah    aku mencari tuhan untuk kamu yang selain dari Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat". { Al-A'raaf : 138 ~ 140 } "160~ Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Maka memancarlah drpnya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan Awan di atas mereka dan Kami turunkan   kepada   mereka   manna   dan   salwa.   {Kami   berfirman}:   "Makanlah   baik-baik   dari   apa yang Kami telah rezekikan kepadamu." Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri." { Al-A'raaf : 160 } "61~ Dan ingatlah ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak boleh sabar {tahan} dengan satu macam      makanan     saja.  Sebab    itu  mohonkanlah      untuk    kami   kepada    Tuhanmu,      Agar   Dia mengeluarkan       bagi   kami    dari  apa   yang   ditumbuhkan      oleh   bumi,    yaitu  sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawah merahnya." Musa berkata: "Mahukah kamu   mengambil   sesuatu   yang   rendah   sebagai   pengganti   yang   lebih   baik?   Pergilah   kamu   ke suatu kota, pasti kamu memperolehi apa yang kamu minta." { Al-Baqarah : 61 } Musa bermunajat dengan Allah Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab suci yang dapat digunakan sebagai pedoman   hidup   yang   akan   memberi   bimbingan   dan   sebagai   tuntunan   bagaimana   cara   mereka bergaul   dan   bermuamalah   dengan   sesama   manusia   dan   bagaimana   mereka   harus   melakukan persembahan   dan   ibadah   mereka   kepada   Allah.

 

  Di   dalam   kitab   suci   itu   mereka   akan   dapat petunjuk akan hal-hal   yang halal dan haram, perbuatan   yang baik   yang   diredhai oleh Allah di samping   perbuatan-perbuatan   yang   mungkar           yang   dapat   mengakibatkan   dosa   dan   murkanya Tuhan. Maka setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam binasa di laut, selesai,   Nabi   Musa   memohon   kepada   Allah   agar   diberinya   sebuah   kitab   suci   untuk   menjadi pedoman dakwah dan risalahnya kepada kaumnya.   Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar untuk   itu   ia   berpuasa   selama   tiga   puluh   hari   penuh,   iaiut   semasa   bulan   Zulkaedah.   Kemudian pergi   ke   Bukit   Thur   Sina   di   mana   ia   akan   diberi   kesempatan   bermunajat   dengan   Tuhan   serta menerima kitab penuntun yang diminta. Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus menghadap kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan       dalam    usahanya    menghilangkan       bau   mulutnya.    Ia  ditegur   oleh   malaikat   yang datang     kepadanya      atas  perintah    Allah.   Berkatalah     malaikat    itu   kepadanya:     "Hai    Musa, mengapakah       engkau    harus   menggosokkan        gigimu   untuk    menghilangkan      bau   mulutmu     yang menurut anggapanmu kurang sedap, padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat tindakanmu itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh hari." Nabi     Musa    mengajak      tujuh   puluh   orang    yang    telah  dipilih   diantara    pengikutnya     untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang ditinggalkan selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu. Pada saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan ketika ia ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau datang seorang diri mendahului kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang menyusul di belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk mencapai redha-Mu." Berkatalah   Musa   dalam   munajatnya   dengan   Allah:   "Wahai   Tuhamku,   nampakkanlah   zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu" Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat bukit itu, jika ia tetap   berdiri   tegak   di   tempatnya   sebagaimana   sedia   kala,   maka   nescaya   engkau   akan   dapat melihat-Ku."   Lalu   menolehlah   Nabi   Musa   mengarahkan   pandangannya   kejurusan   bukit   yang dimaksudkan itu yang seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah seluruh tubuhnya dan jatuh pengsan. Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun kepada   Allah   atas   kelancangannya   itu   dan   berkata:   "Maha   Besarlah   Engkau   wahai   Tuhanku, ampunilah       aku  dan   terimalah    taubatku    dn   aku   akan   menjadi    orang   yang    pertama    beriman kepada-Mu." Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab suci "Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut sementara ahli tafsir yang di dalamnya       tertulis  segala   sesuatu   secara   terperinci   dan   jelas  mengenai      pedoman     hidup    dan penuntun kepada jalan yang diredhai oleh Allah. Allah     mengiring      pemberian     "Taurat"     kepada     Musa    dengan     firman-Nya:      "Wahai     Musa, sesungguhnya   Aku   telah   memilih   engkau   lebih   dari   manusia-manusia   yang   lain   di   masamu, untuk      membawa       risalah-Ku      dan    menyampaikan        kepada     hamba-hamba-Ku.          Aku     telah memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat bercakap-cakap langsung dengan Aku, maka bersyukurlah      atas   segala   kurnia-Ku   kepadamu       dan   berpegang   teguhlah      pada   apa  yang    Aku tuturkan     kepadamu.      Dalam     kitab   yang    Aku    berikan    kepadamu       terhimpun     tuntunan     dan pengajaran yang akan membawa Bani Isra'il ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan   dunia   dan   akhirat   bagi   mereka.   Anjurkanlah   kaummu   Bani   Isra'il   agar   mematuhi perintah-perintah-Ku   jika   mereka   tidak   ingin   Aku   tempatkan   mereka   di   tempat-tempat   orang- orang yang fasiq." Bacalah   tentang   kisah   munajat   Nabi   Musa   ini,   surah   "Thaha"   ayat   83   dan   84   dan   surah   "Al- a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana berikut :~ "83~   Mengapa   kamu   datang   lebih   cepat   daripada   kaummu,   hai   Musa?"   84~   Berkata   Musa: "Itulah   mereka   sedang   menyusuli   aku   dan   aku   bersegera   kepadamu   ya   Tuhanku,   agar   supaya Engkau redha kepadaku." { Thaha : 83 ~ 84 } "142~ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan Taurat} sesudah berlalu waktu tiga puluh   malam   dan   Kami   sempurnakan   jumlah   malam   itu   dengan   sepuluh   {malam   lagi},   maka sempurnalah   waktu   yang   telah   ditentukan   Tuhannya   empat   puluh   malam.   Dan   berkata   Musa kepada saudaranya, yaitu Harun: "Gantilah aku dalam {memimpin} kaumku dan perbaikilah dan janganlah   kamu   mengikuti   jalan   orang-orang   yang   membuat   kerusakkan".   143~   Dan   tatkala Musa datang untuk {munajat} dengan {Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah    berfirman    {langsung}     kepadanya,     berkatalah    Musa:    "Ya   Tuhanku     nampakkanlah       {Zat Engkau} kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sesekali tidak   sanggup     melihat-Ku,    tetapi  melihatlah    ke  bukit  itu,  maka   jika  ia  tetap  di  tempatnya {sebagai sediakala} nescaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya   nampak bagi gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka setelah Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang   pertama   beriman."   144~   Allah   berfirman:   "Hai   Musa   sesungguhnya   Aku   memilih   kamu lebih   dari   manusia   yang   lain   {di   masamu}   untuk   membawa   risalah-Ku   dan   untuk   berbicara langsung dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah   kamu   termasuk   orang-orang   yang   bersyukur."   145~   Dan   Kami   telah   tuliskan   untuk Musa   luluh   {Taurat}   segala   sesuatu   sebagai   pengajaran   bagi   sesuatu.   Maka   Kami   berfirman: "Berpeganglah   kepadanya   dengan   teguh   dan   suruhlah   kaummu   berpegang   kepada   {perintah- perintahnya}   yang   sebaik-baiknya,   nanti   Aku   akan   memperlihatkan   kepadamu   negeri   orang- orang yang fasiq." { Al-A'raaf: 142 ~ 145 } Bani Isra'il kembali menyembah patung anak lembu Nabi Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih lama dari tiga puluh hari, dalam perjalananya ke Thur Sina   untuk   berminajat dengan   Tuhan.  Akan   tetapi   berhubung   dengan   adanya   perintah   Allah kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang telah dijanjikan.

Kisah ingkarnya Bani Israil Kaum Nabi Musa A.S setelah mendapat pertolongan dari Allah SWT

adanya   perintah   Allah kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang telah dijanjikan. Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi Musa kembali ke tengah- tengah mereka. mereka menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mereka dalam kegelapan dan dalam keadaan yang tidak menentu.     mereka     merasa    seakan-akan     telah  kehilangan    pimpinan     yang   biasanya    memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mereka. Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani Isra'il itu, digunakan oleh   seprg   munafiq,   bernama   Samiri   yang   telah   berhasil   menyusup   ke   tengah-tengah   mereka, sebagai kesempatan yang baik untuk menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah. Samiri yang munafiq   itu   menghasut   mereka   dengan   kata-kata   bahwa   Musa   telah   tersesat   dalam   tugasnya mencari   Tuhan   bagi   mereka   dan   bahawa   dia   tidak   dapat   diharapkan   kembali   dan   karena   itu dianjurkan oleh Samiri agar mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa. Samiri   melihat   bahwa   hasutan   itu   dapat   menggoyahkan   iman   dan   akidah   pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya segera membuat patung bagi mereka untuk   disembah   sebagai   tuhan   pengganti   Tuhannya   Nabi   Musa.   PAtung   itu   berbentuk   anak lembu     yang   dibuatnya    dari  emas    yang   dikumpulkan      dari  perhiasan-perhiasan      para  wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibuat begitu rupa sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati   yang hidup. Maka diterimalah   anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan persembahan mereka. Ditegurlah   mereka   oleh   Nabi   Harun   yang   berkata:   "Alangkah   bodohnya   kamu   ini!   Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak dapat bercakap-cakap dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan yang benar.

 

Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah pada sesuatu selain Allah." Teguran   Nabi   Harun   itu   dijawab   oleh   mereka   yang   telah   termakan   hasutan   Samiri   itu   dengan kata-kata:   "Kami   akan   tetap   berpegang   pada   anak   lembu   ini   sebagai   tuhan   persembahan   kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah kami." Nabi    Harun    tidak   dapat   berbuat   banyak    menghadapi       kaumnya     yang   telah   berbalik   menjadi murtad   itu,   karena   ia   khuatir   kalau   mereka   dihadapi   dengan   sikap     yang   keras,   akan   terjadi perpecahan   di   antara   mereka   dan   akan   menjadi   keadaan   yang   lebih   rumit   dan   gawat   sehingga dapat   menyulitkan   baginya   dan   bagi   Nabi   Musa   kelak   bila   ia   datang   untuk   mencarikan   jalan keluar   dari   krisis   iman   yang   melanda   kaumnya   itu.   Ia   hanya   memberi   peringatan   dan   nasihat kepada mereka sambil menanti kedatangan Musa kembali dari Thur Sina. Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi isyarat tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih hati   tatkala   ia   tiba   di   tempat   dan   melihat   kaumnya   sedang   berpesta   mengelilingi   anak   patung lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah dan sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan. Harun saudaranya dipegang rambut kepalanya ditarik kepadanya seraya berkata menegur: "Apa yang engkau buat tatkala engkau melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah engkau   mematuhi   perintahku   dan   pesanku   ketika   aku   menyerahkan   mereka   kepadamu   untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar begini?" Harun berkata menanggapi teguran Musa: "Hai anak ibuku, janganlah engkau memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku. Aku telah berusaha memberi nasihat dan teguran kepada mereka,   namun   mereka   tidak   mengindahkan   kata-kataku.   Mereka   menganggapkan   aku   lemah dan   mengancam   akan   membunuhku.   Aku   khawatir   jika   aku   menggunakan   sikap   dan   tindakan yang   keras,   akan   terjadi   perpecahan   dan   permusuhan   di   antara   sesama   kita,   hal   mana   akan menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah membuatkan musuh- musuhku   bergembira   melihat   perlakuanmu   terhadap   diriku.   Janganlah   disamakan   aku   dengan orang-orang yang zalim." Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali ketenangannya, berkatalah Nabi    Musa     kepada    Samiri,   orang    munafiq    yang    menjadi    biang   keladi   dari  kekacauan     dan kesesatan   itu:   "Hai   Samiri,   apakah   yang   mendorongmu   menghasut   dan   menyesatkan   kaumku, sehingga mereka kembali menjadi murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu?" Samiri menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat menguak, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu." Berkata   Nabi   Musa   kepada   Samiri:   "Pergilah   engkau   dan   jauhilah   pergaulan   manusia   sebab karena perbuatan kamu itu engkau harus dipencilkan dan menjadi tabu {sesuatu yang terlarang} jika   disentuh   atau  menyentuh      seseorang   ia  akan   menderita    sakit  demam     panas.  Ini  adalah ganjaranmu di dunia, sedang di akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu   yang engkau buat dan sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke dalam laut." Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah buruknya perbuatan   yang   kamu   telah   kerjakan   setelah   kepergianku!   Apakah   engkau   hendak   mendahului janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci?     Ataukah     engkau    menghendaki       kemurkaan      Tuhan     menimpa      atas   dirimu,   karena perbuatanmu       yang   buruk    itu  dan   perlanggaranmu       terhadap   perintah-perintah     dan   ajaran- ajaranku." Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali melanggar perjanjianmu dengan kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami disuruh membawa beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke dalam api yang sedang menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan       yang   kami   lemparkan     itu  menjelma    menjadi    patung    anak   lembu   yang bersuara, sehingga dapat menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan iman   yang sudah tertanam di dalam dada kami." Berkata   Musa   kepada      mereka:    "Sesungguhnya      kamu    telah  berbuat   dosa   besar   dan   menyia- nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan, Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun drpnya agar Dia menunjukkan kembali kepada jalan yang benar." Akhirnya kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah disesatkan oleh   syaitan   dan   memohon   ampun   dan   rahmat   Allah   agar   selanjutnya   melindungi   mereka   dari godaan syaitan dan iblis yang akan merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam menghadapi krisis iman   yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah       kami   berdua    ke  dalam    lingkaran   rahmat-Mu      sesungguhnya     Engkaulah     Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 

Setelah    suasana    yang    meliputi   hubungan     Musa    dengan    Harun    di  satu  pihak   dan   hubungan mereka     berdua    dengan    kaumnya      di  lain  pihak   menjadi    tenang   kembali,    kepingan-kepingan Taurat     yang    bertaburan    sudah    dihimpun      dan   disusun    sebagaimana      asalnya,    maka    Allah memerintahkan        kepada    Musa    agar   membawa       sekelompok      dari  kaumnya      menghadap      untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung anak lembu. Tujuh   puluh   orang   dipilih   oleh   Nabi   Musa   di   antara   kaumnya   untuk   diajak   pergi   bersama   ke Thur Sina memenuhi perintah Allah meminta ampun atas dosa kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan itu agar berpuasa, mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit Thur Sina. Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata   kepala   mereka   setelah   mendengar   percakapan-Nya   dengan   telinga.Maka   setelah   selesai Nabi    Musa    bercakap-cakap       dengan    Allah   berkatalah    mereka    kepadanya:     "Kami     tidak  akan beriman   kepadamu        sebelum    kami    melihat   Allah   dengan   terang."   Dan    sebagai    jawapan   atas keinginan   mereka   yang   menunjukkan   keingkaran   dan   ketakaburan   itu,   Allah   seketika   itu   juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus. Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal   yang menimpa kelompok tujuh puluh orang   yang merupakan orang-orang yang terbaik di antara kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah agar diampuni dosa mereka seraya berkata:   "Wahai Tuhanku, aku telah pergi   ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku   tidak   akan   mempercayaiku.   Ampunilah   dosa   mereka,   wahai   Tuhanku   dan   kembalilah kepada mereka nikmat hidup   yang Engkau telah   cabut sebagai pembalasan atas keinginan dan permintaan mereka yang durhaka itu." Alah   memperkenankan   doa   Musa   dan   permohonannya   dengan   dihidupkan   kembali   kelompok tujuh    puluh    orang   itu,  maka    bangunlah     mereka     seakan-akan     orang    yang   baru   sedar   dari pengsannya.   Kemudian   pada   kesempatan   itu   Nai   Musa   mengambil   janji   dari   mereka   bahwa mereka      akan    berpegangan      teguh    kepada     kitab   Taurat    sebagai    pedoman      hidup    mereka melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi segala apa yang dilarangnya. Pokok     cerita  yang    dihuraikan    di  atas,  dikisahkan    oleh   Al-Quran     dalam    banyak    tempat,    di antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah "Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55, 56, 63 dan 64 sebagai berikut :~ "85~     Allah   berfirman:    "Maka     sesungguuhnya      Kami     telah  menguji    kaummu      sesudah    kamu tinggalkan   dan   mereka   telah   disesatkan   oleh   Samiri."   86~   Kemudian   Musa   kembali   kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa   lama   masa   yang   berlalu   itu   bagimu   atau   kamu   melanggar   perjanjian   dengan   aku?"   87~ Mereka berkata: "Kami sesekali tidak melanggar perjanjian kamu dengan kemahuan kami sendiri, tetapi    kami   disuruh    membawa       beban-beban      dari  perhiasan    kaum     itu,  maka    kami    telah melemparkannya,         dan    demikian     pula   Samiri    melemparkannya."        88~    Kemudian       Samiri mengeluarkan   untuk   mereka   anak   lembu   yang   bertubuh   dan   bersuara,   maka   mereka   berkata: "Inilah   tuhanmu   dan   tuhan   Musa   tetapi     Musa    telah   lupa."   89~   Maka  apakah   mereka   tidak memperhatikan bahawapatung anak lembu itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka dan tidak    dapat  memberi     kemudharatan      kepada    mereka    dan   tidak  pula   kemanfaatan?     90~   Dan sesungguhnya   Harun   telah   berkata   kepada   mereka   sebelumnya:   "   Hai   kaumku,   sesungguhnya kamu itu hanya diberi cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." 91~ Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami." 92~ Berkata Musa:     "Hai   Harun,    apa  yang    menghalangi     kamu    ketika   kamu    melihat    telah  tersesat,  93~  {sehingga}      kamu    tidak   mengikuti     aku?   Maka     apakah    kamu    telah   sengaja   mendurhakai perintahku?"   94~   Harun   menjawab:   "Hai   putera   ibuku,   janganlah   kamu   pegang   jangutku   dan jangan   pula   kepalaku;   sesungguhnya   aku   khuatir   bahawa   kamu   akan   berkata   {kepadaku}:   " Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kamu tidak memelihara amanatku." 95~ Berkatalah Musa:   "Apakah   yang   mendorongmu   {berbuat   demikian}   hai   Samiri?"   96~   Samiri   menjawab: "Aku   mengetahui   sesuatu   yang   mereka   tidak   mengetahuinya   maka   aku   ambil   segenggam   aari jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku." 97~ berkata Musa: "Pergilah   kamu,   maka   sesungguhnya   bagi   kamu   di   dalam   kehidupan   di   dunia   ini   hanya   dapat menyatakan : Janganlah menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu hukuman {di akhirat} yang    kami    sesekali  tidak   dapat  menghindarinya       dan  lihatlah  tuhanmu     itu  yang   kamu    tetap menyembahnya.   Sesungguhnya   kami   akan   membakarnya   kemudian   kami   sesungguhnya   akan menghamburkannya ke dalam laut {berupa abu yang berserakan} 98~ Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah   Allah   yang   tidak   ada   Tuhan   selain   Dia.   Pengetahuan-Nya   meliputi   segala   sesuatu."  { Thaha : 85 ~ 98 } "149~ Dan setelah mereka sgt menyesali perbuatanya dari mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata:   "Sesungguhnya jika Tuhan   kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami menjadi orang-orang yang rugi." { Al-A'raaf : 149 } "151~   Musa   berdoa:   "Ya   Tuhanku   ampunilah   aku   dan   saudaraku   dan   masukkanlah   kami   ke dalam   rahmat   Engkau   dan   Engkau   adalah   Maha   Penyayang   di   antara   para   Penyayang."   {   Al- A'raaf : 151 } "154~ Sesudah amarah   Musa menjadi reda, lalu diambilnya kembali luh-luh {Taurat} itu; dan dalam   tulisannya   terdpt   petunjuk   dan   rahmatbutk   orang-orang   yang   takut   kepada   Tuhannya.  155~ Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk {memohonkan taubat kepada Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan. Mak ketika mereka digoncang genpa bumi Musa berkata:   "Ya   Tuhanku!   kalau   Engkau   kehendaki   tentulah   Engkau   telah   membinasakan   mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang krg akal di antara kami? Itu hanyalah cubaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cubaan itu   siapa   yang   Engkau     kehendaki     dan   Engkau     beri   petunjuk    kepada    siapa   yang    Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami maka ampunilah kami dan berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 } "55~   Dan   {ingatlah}   ketika   kamu   berkata:   "Hai   Musa,   kami   tidak   akan   beriman   kepadamu, sebelum   kami   melihat   Allah   dengan   terang   karena   itu   kamu   disambar   halilintar,   sedang   kamu menyaksikannya"   56~   Setelah   itu   Kami   bangkitkan   kamu   sesudah   kamu   mati,   supaya   kamu bersyukur." { Al-Baqarah : 55 ~ 56 } "63~   Dan   {ingatlah}   ketika   Kami   mengambil   janji   dari   kamu   dan   Kmai   angkatkan   gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami berfirman} : "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa. Kemudian kamu berpaling   setelah   {adanya   perjanjian}   itu,   maka   kalau   tidak   ada   kurnia   Allah   dan   rahmat-Nya atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang rugi." { Al-Baqarah : 63 ~ 64 } Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya Tidak   kurang-kurang   kurniaan   Allah   yang   diberikan   kepada   kaum   Bani   Isra'il.  

Mereka   telah dibebaskan      dari  kekuasaan     Fir'aun   yang   kejam    yang   telah  menindas     dan   memperhambakan mereka     berabad-abad      lamanya.     Telah   diperlihatkan    kepada     mereka    bagaimana      Allah   telah membinasakan Fir'aun ,   musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di tengah-tengah   padang   pasir   yang   kering   dan   tandus,   Allah   telah   memancarkan   air   dari   sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna dan Salwa" bagi keperluan mereka. Di samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan mererka sendiri untuk   memberi   petunjuk   dan   bimbingan   kepada   mereka.   Akan   tetapi   kurnia   dan   nikmat   Allah yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka, tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur, berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya. Demikianlah       tatkala  Allah    mewahyukan       perintah-Nya     kepada    Nabi   Musa     untuk   memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci   yang telah dijanjikan oleh Allah   kepada Nabi   Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu.

Kisah Nabi Musa A.S dan sapi betina

ketika  Allah    mewahyukan       perintah-Nya     kepada    Nabi   Musa     untuk   memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci   yang telah dijanjikan oleh Allah   kepada Nabi   Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka ialah karena mereka harus menghadapi suku "Kana'aan" yang   menurut   anggapan   mereka   adalah   orang-orang   yang   kuat   dan   perkasa   yang   tidak   dapat dikalahkan   dan   diusir   dengan   aduan   kekuatan.   Mereka   tidak   mempercayai   janji   Allah   melalui Musa,   bahwa   dengan   pertolongan-Nya   mereka   akan   dapat   mengusir   suku   Kan'aan   dari   kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman mereka selama-lamanya. Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada Musa: "Hai Musa, kami tidak akan    memasuki      Ariha   sebelum     orang-orang     suku   Kan'aan    itu  keluar.   KAmi     tidak  berdaya menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana mereka telah terkenal sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa.

 Pergilah engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah kami di sini sambil menanti hasil perjuanganmu." Naik pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya   yang pengecut itu   yang tidak mau berjuang dan   memeras   keringat   untuk   mendapat   tempat   pemukiman   tetapi   ingin   memperolehnya   secara hadiah   atau   melalui   mukjizat sebagaimana   mereka   telah   mengalaminya   dan   banyak   peristiwa. Dan   yang   menyedihkan   hati   Musa   ialah   kata-kata   mengejek   mereka   yang   menandakan   bahwa dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allah. Dalam     keadaan     marah    setelah  mengetahui      bahawa    tiada  seorang    drp   kaumnya     yang   akan mendampinginya         melaksanakan      perintah   Allah   itu,  berdoalah   Nai   Musa    kepada   Allah:   "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu." Sebagaimana hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah memasuki Palestin, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka   hidup   dalam   kebingungan   sampai   musnahlah   mereka   semuanya   dan   datang   menyusul generasi   baru   yang   akan   mewarisi   negeri   yang   suci   itu   sebagaimana   yang telah   disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s. Pokok     cerita  tersebut   di  atas  dikisahkan     oleh  Al-Quran     dalam    surah   "Al-Maidah     ayat   20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut : "20~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu     ketika   Dia  mengangkat      nabi-nabi    di  antaramu,   dan   dijadikannya     kamu    orang-orang merdeka dan diberi-Nya kepada mu apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat   yang lain." 21~   HAi kaumku,   masuklah ke tanah suci   {Palestin}   yang telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi orang-orang yang rugi. 22~ Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam   negeri   itu   ada   orang-orang   yang   gagah   perkasa   sesungguhnya   kami   tidak   sesekali   akan memasukinya        sebelum    mereka    keluar   drpnya. 

 Jika   mereka    keluar   drpnya,   pasti  kami   akan memasukinya" 23~ Berkatalah dua orang di antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota} itu, maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang.Dan hanya kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang yang beriman."

24~ Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya karena itu pergilah kamu     bersama    Tuhanmu      dan   berperanglah    kamu    berdua,    sesungguhnya      kami   hanya   duduk menanti   disini   saja."   25~   Berkata   Musa:   "Ya   Tuhanku,   aku   tidak   menguasai   kecuali   diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang   yang fasiq itu." 26~ Allah berfirman : {Jika demikian} maka

sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun {selama itu} mereka akan berpusing-pusing kebingungan di bumi itu.

Maka   janganlah   kamu   bersedih   hati   {memikirkan   nasib}   orang-orang   yang   fasiq   itu."   {   Al- Maidah : 20 ~ 26 } Kisah sapi Bani Isra'il Salah   satu   dari   beberapa   mukjizat   yang   telah   dinerikan   oleh   Allah   kepada   Nabi   Musa   ialah penyembelihan sapi yang terkenal dengan sebutan sapi Bani ISra'il. Dikisahkan       bahwa     ada   seorang     anak    laki-laki   putera    tunggal    dari   seorang    kaya-raya memperolehi       warisan    harta   peninggalan     yang    besar  dari   ayahnya    yang    telah  wafat   tanpa meninggalkan seorang pewaris selain putera tunggalnya itu. Saudara-saudara sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai harta peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya. Dan kerana menurut hukum yang berlaku   pada   waktu   itu   yang   tidak  

memberikan   hak   kepada   mereka   untuk   memperoleh   walau sebahagian   dari   peninggalan   bapa   saudara   mereka   ,  mereka   bersekongkol   untuk   membunuh saudara sepupu pewaris   itu, sehingga bila ia sudah mati hak   atau   warisan   yang besar itu   akan jatuh kepada mereka. Pembunuh   atas   pewaris   sah   itu   dilaksanakan   menurut   rencana   yang   tersusun   rapi   kemudian datanglah   mereka   kepada   Nabi   Musa   melaporkan,   bahwa   mereka   telah   menemukan   saudara sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak dikenal identitinya mahupun tempat di mana iamenyembunyikan diri. 

Mereka     mengharapkan       Nabi   Musa     dapat   menyingkap      tabir  yang menutupi peristiwa pembunuhan itu serta siapakah gerangan pembunuhnya. Utk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah yang segera menwahyukan perintah kepadanya agar  ia  menyembelih  seekor    sapi  dan   dengan    lidah   sapi   yang   disembelih     itu dipukullah   mayat   sang   korban   yang   dengan   izin   Allah   akan   bangun   kembali   memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah melakukan pembunuhan atas dirinya. Tatkala   Nabi   Musa   menyampaikan   cara   yang   diwahyukan  

oleh   Allah   itu   kepada   kaumnya   ia ditertawakan dan diejek karena akal mereka tidak dapat menerima bahwa hal yang sedemikian itu   boleh   terjadi.  Mereka    lupa   bahwa    Allah   telah  berkali-kali   menunjukkan       kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan kepada Musa   yang kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar    untuk    diterima   oleh akal   manusia    berbanding     mukjizat    yang    mereka    hadapi    dalam peristiwa pembunuhan pewaris itu. Berkata mereka kepada Musa secara mengejek: "Apakah dengan cara yang engkau usulkan itu, engkau   bermaksud   hendak   menjadikan   kami   bahan   ejekan   dan   tertawaan   orang?   Akan   tetapi kalau    memang      cara   yang   engkau    usulkan    itu  adalah   wahyu,     maka    cobalah   tanya   kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi yang harus kami sembelih?" Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak

tanah atau mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya." Kemudian       dikirimkanlah     orang   ke   pelosok   desa   dan   kampung-kampung          mencari    sapi  yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim piatu yang memiliki sapi itu   sebagai   satu-satunya   harta   peninggalan   ayahnya   serta   menjadi   satu-satunya  sumber   nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun yang pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga yang berlipat ganda karena memenuhi syarat dan sifat-sifat yang diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih. Setelah   disembelih   sapi   yang   dibeli   dari   anak   yatim   itu,   diambillah   lidahnya   oleh   Nabi   Musa, lalu   dipukulkannya   pada   tubuh   mayat,   yang   seketika   bangunlah   ia   hidup   kembali   dengan   izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan para

pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri. Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani Isra'il yang keras kepala    dan   keras   hati  itu  namun    belum    juga   dapat   menghilangkan       sifat-sifat  congkak    dan membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yang masih melekat pada dada dan hati mereka. Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan pokok cerita di atas, terdapat dalam surah "Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di bawah ini :~ "67~   Dan   {ingatlah}   ketika   Musa   berkata   kepada   kaumnya:   "Sesungguhnya   Allah   menyuruh kamu menyembelih sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan." Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah drp menjadi salah seorang dari orang- orang   yang   jahil."   68~   mereka   menjawab:   "Mohonlah   kepada   Tuhanmu   untuk   kami,   agar   Dia menerangkan        kepada    kami   sapi  betina   apakah    itu?  Musa    menjawab:      "Sesungguhnya       Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara   itu   maka   kerjakanlah   apa    yang   telah   diperintahkan   kepadamu."   69~   Mereka   berkata: "Mohonkanlah         kepada    Tuhanmu      untuk   kami    agar   Dia   menerangkan     kepada    kami    apakah warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya." 70~ mereka   berkata:   "Mohonkanlah   kepada   Tuhanmu   untuk   kami   agar   Dia   menerangkan   kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi

itu {masih} samar bagi kami dan   sesungguhnya   kami   insya-Allah   akan   dat   petunjuk."   71~   Musa   berkata:   "Sesungguhnya Allah    berfirman     bahwa    sapi   betina   adalah   sapi   betina   yang   belum     pernah    dipakai   untuk membajak   tanah   dan   tidak   pula   untuk   mengairi   tanaman,   tidak   cacat,   tidak   ada   belangnya." Mereka berkata:   "Sekarang     barulah   kamu    menerangkan       hakikat   sapi   betina  yang    sebenar." Kemudian   mereka   menyembelihnya   dan   hampir   saja   mereka   tidak   melaksanakan   perintah   itu. 72~ Dan {ingatlah} ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang   itu.   Dan   Allah   hendak   menyingkapkan   apa   yang   selama   ini   kamu   sembunyikan.   73~ Lalu     Kami    berfirman:     "Pukullah    mayat    itu  dengan     sebahagian     anggota    sapi   betina   itu." Demikianlah   Allah   menghidupkan   kembali   orang-orang   yang   telah  

mati   dan   memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~ 73 }

Kisah nabi Musa A.S dan Al Khidir

Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir Pada suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia berdakwah kepada mereka,   memberi   nasihat   dengan   mengingatkan   kepada   mereka   akan   kurnia   dan   nikmat   Allah yang     telah   dicurahkan      kepada    mereka     yang    sepatutnya     diimbangi      dengan     syukur    dan pelaksanaan       ibadah   yang    tulus,  melakukan      segala    perintah-Nya     dan   meninggalkan       segala larangan-Nya. 

 Kepada   mereka   yang   beriman,   bertaat   dan   bertakwa,   Nabi   Musa   menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat Allah diancam dengan seksa api neraka. Begitu   Nabi   Musa   mengakhiri   pidatonya   bangunlah   di   antara   para   hadiri   bertanya   kepadanya: "Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah ini paling pandai dan paling berpengetahuan?" "Aku", jawab   Musa.   Apakah   tidak   ada   kiranya       orang   yang   lebih   pandai   dan   lebih   berpengetahuandaripadamu?"   Tanya   lagi   si   penanya   itu.   "Tidak   ada"   ,   ujar   Musa   seraya   berkata   dalam   hati kecilnya:   "   Bukankah   aku   Nabi   terbesar   di   antara   Bani   Isra'il?   Aku   adalah   penakluk   Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang telah dapat membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh   kesempatan   bercakap-cakap   langsung   dengan   Tuhan.   Maka   kemuliaan   apa   lagi yang dapat melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum pernah dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku." Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa, dicela oleh Allah yang memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu adalah lebih luas untuk dimiliki oleh seseorang walaupun ia adalah seorang rasul dan bahwa bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang, niscaya   akan   terdapat   orang   lain   yang   lebih   pandai   dan   lebih   alim   daripadanya.   Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa Allah memerintahkan kepadanya agar   menemui   seorang   hamba-Nya   di   suatu   tempat   di   mana   dua   lautan   bertemu.   Hamba   yang soleh yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah itu akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa sehingga dapat menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat membanggakan diri dengan mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan luas di atas bumi ini.

Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, aku akan pergi mencari hamba-Mu yang soleh itu, bagi memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan ilham yang Engkau telah berikan kepadanya." Allah     berfirman     kepada    Musa:     "Bawalah  seekor    ikan   didalam     sebuah    keranjang     dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana engkau akan kehilangan ikan di   dalam   keranjang   itu,   di   situ   engkau   akan   menemui   hamba-Ku   yang   soleh   itu."   Nabi   Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yang jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp para pengikutnya       yang    setia.  Ia  membawa        bekal   makanan      dan    minuman      di  antaranya     sebuah keranjang   yang   terisi   seekor   ikan   sesuai   dengan   petunjuk   Allah.   Ia   berkeras   hati   tidak   akan kembali      sebelum     ia  dapat   menemui      hamba     yang    soleh   itu  walaupun      ia  harus   melakukan perjalanan   yang   berbulan-bulan   bahkan  bertahun-tahun   bila   perlu.   Ia   berpesan   kepada   teman sepejalanannya   Yusya'   bin   Nun   agar   segera   memberitahu   kepadanya   bilamana   ikan   yang   di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang. Tatkala   Nabi   Musa   nerserta   Yusya'   bin   Nun   sampai   di   mana   dua   lautan   bertemu   yang   telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya, tertidurlah ia di atas sebuah batu yang besar yang berada   di   tepi   lautan.   Pada   saat   ia   lagi   tidur  nyenyak,   turunlah   hujan   rintik-rintik,   membasahi seekor di dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut itu masuk ke dalam laut. Setelah     Musa     terjaga   dari  tidurnya,    bangunlah      mereka    meneruskan perjalanan     yang    tidak menentu arah mahupun tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Musa beristirehat   sekadar   untuk   menghilangkan   rasa   penatnya   seraya   meminta   dari   Yusya   bin   Nun agar    menyiapkan       santapannya     karena    ia  sudah    sgt  lapar.  Ketika    Yusya    bin   Nun    membuka keranjang untuk mengambil makanan teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut. Maka berkatalah Yusya' kepada   Nabi Musa:   "Aku telah   dilupakan oleh syaitan untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau berada di atas batu karang sedang tidur   nyenyak,     ikan   kami    yang    berada   di  dalam     keranjang    tiba-tiba   hidup    kembali   setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh syaitan." Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar berita itu dari Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat bertemu dengan hamba Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah tempat yang kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang kami cari. Marilah kami kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi tempat tujuan terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini." Setiba   mereka   kembali   di   tempat   di   mana   mereka   kehilangan   ikan,   mereka   melihat   seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya dan iman serta tanda-tanda orang soleh.   Ia   sedang   menutpi   tubuhnya   dan   pakaiannya   sendiri,   yang   segera   disingkapnya   ketika mendengar kata-kata salam Nabi Musa kepadanya. "Siapakah   engkau?"  bertanya   orang   soleh   itu.   Musa   menjawab:   "Aku   adalah   Musa."  Bertanya kembali orang soleh itu: "Musa, nabi Bani Isra'ilkah?" "Betul",   jawab   Musa,   seraya   bertanya:   "Dari   manakah   engkau   mengetahui   bahawa   aku   adalah Nabi Bani Isra'il?"Dari yang mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu. "Inilah hamba Allah yang aku cari", berkata   Musa   dalam   hatinya,

 seraya   mendekatinya   dan   berkata   kepadanya:   "Dapatkah   engkau memperkenankan aku mengikutimu dan berjalan bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala petunjuk dan perintahmu." Hamba   soleh   atau   menurut   banyak   pendapat   ahli-ahli   tafsir   Nabi   Al-Khidhir   itu   menjawab: "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat menahan diri bila engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan mengalami dan melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak seakan-akan perbuatan yang salah dan mungkar namun pada hakikatnya

adalah perbuatan benar dan wajar dab engkau sebagai manusia tidak akan berdiam diri melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil menurut pandanganmu." Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar dan menambah pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan mendapati aku seorang yang sabar yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk

daripadamu." Berkata   Al-Khidhir   kepada   Musa:   "JIka   engkau   benar-benar   ingin   mengikutiku   dan   berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu sebelum aku   memberitahukan   kepadamu.   Engkau   harus   berjanji   bahwa   engkau   tidak   akan   menentang segala perbuatan dan tindakan yang aku lakukan dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami berdua." Dengan   diterimanya   pesyaratan   Nabi   Al-Khidhir   oleh   Musa   yang   berjanji   akan   mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa mengikutinya dalam perjalanan. Pelanggaran      pertama   terhadap   persyaratan    Al-Khidhir    terjadi  tatkala  mereka   sampai    di  tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, agar menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju. Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran

bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa. Tatkala   mereka   berada   dalam   perut   perahu   yang   sedang   meluncur   dengan   lajunya   di   antara gelombang-gelombang          tiba-tiba   Musa    melihat    Al-Khidhir     melubangi     perahu    itu  dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan mana yang dianggap oleh Musa suatu gangguan dan pengrusakan bagi milik seseorang yang telah berbuat baik terhadap mereka. Musa     lupa  akan   janjinya   sendiri  dan   ditegulah   Al-Khidhir    dengan    berkata:   "Engkau    telah melakukan      perbuatan    mungkar    dengan    merusak    dan   melubangi    perahu   ini.  Apakah    dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan kepada pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan menghantarkan kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?" Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa:   "Bukankah aku telah katakan kepadamu bahawa engkau      tidak   akan    sabar   menahan      diri  melihat    tindak-tandukku      di   dalam    perjalanan menyertaiku." Musa      berkata:   "Maafkanlah    daku. Aku    telah  lupa   akan    janjiku   sendiri. 

Janganlah     aku dipersalahkan dan dimarahi akan kelupaanku." Permintaan   maaf   Musa   diterimalah   oleh   Al-Khidhir   dan   tibalah   meeka   berdua  di   tempat   yang dituju di sebuah pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka dengan seorang      anak   laki-laki   yang    sedang    bermain-main       dengan    kawan-kawannya.         Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh Al-Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya      seketika   itu.  Alangkah    terperanjatnya    Musa    melihat    tindakan   Al-Khidhir    yang dengan sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa adalah harapan satu-satunya bagi kedua orang tuanya. Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah untuk

memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak dapat berdiam diri melihat Al-Khidhir melakukan pembunuhan   yang tiada beralasan itu, maka ditegurlah    ia  seraya   berkata:   "Mengapa     engkau    telah  membunuh       seorang   anak   yang   tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang mungkar dan keji." Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata kepadamu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan aku?" Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa: "Maafkanlah aku untuk kedua     kalinya   dan   perkenankanlah      untuk   aku   meneruskan      perjalanan    bersamamu      dengan pergertian     bahwa    bila  terjadi  lagi  perlanggaran     dari  pihakku    untuk   kali  ketiganya,    maka janganlah     aku   diperbolehkan      menyertaimu      seterusnya.Sesungguhnya  telah  cukup    engkau memberi uzur dan memberi maaf kepadaku." Dengan janji terakhir yang diterima oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka ingin beristirehat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan jauh yang telah ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan sementara dan sedikit bahan   makanan untuk sekadar   mengisi perut kosong mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal bachil {pelit} itu yang    mahu    menolong     mereka    memberi     tempat    beristirehat  atau  sesuap    makanan     sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu. Dalam   perjalanan   Musa   dan   Al-Khidhir   hendak   keluar   dari   desa   itu   mereka   melihat   dinding salah    satu  rumah    desa  itu  nyaris   roboh.   Segera   AL-Khidhir     menghampiri      dinding   itu  dan ditegakkannya   kembali.   Dan   secara   spontan,   tanpa   disedar,   berkata   Musa   kepada   Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau berbuat kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan pelit ini. Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap makanan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah bagi usahamu menegakkan dinding itu, agar   dengan   upah     yang   engkau   perolehi   itu   dapat   kami   menutupi   keperluan   makan   minum kami." Al-

Khidhir   menjawab:   "Wahai   Musa,   inilah   saat   untuk   kami   berpisah   sesuai   dengan   janjimu yang   terakhir.   Cukup   sudah   aku   memberimu   kesempatan   dan   uzur.   Akan   tetapi   sebelum   kami berpisah   ,   akan   aku   berikan   kepadamu   tujuan   serta   alasan-alasan   perbuatan-perbuatanku   yang engkau rasakan tidak wajar dan kurang patut." "Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir melanjutkan huraiannya,"bahawa pengrusakan bahtera yang kami   tumpangi   itu   adalah   dimaksudkan   untuk   menyelamatkannya   dari   pengambil-alihan   oleh seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di belakang bahtera itu. Sedang bahtera itu adalah milik    orang-orang     fakir-miskin     yang   digunakan     sebagai    sarana   mencari    nafkah    bagi   hidup mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang aku lakukan dalam bahtera itu, si raja yang zalim itu akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera itu   yang dianggapnya   rusak dan berlubang itu.

Maka perbuatanku yang pada lahirnya adalah pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah menyelamatkannya dari tindakan perampasan sewenang-wenangnya." "Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan     anak    yang   durhaka    itu.  Kedua    orang   tua   anak   itu  adalah   orang-orang     yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu Allah akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka berdua." Sedang mengenai dinding rumah   yang ku perbaiki dan ku tegakkan kembali itu adalah karena dibawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim piatu. Ayah mereka adalah orang   yang   soleh   ahli   ibadah   dan   Allah   menghendaki   bahwa warisan   yang   ditinggalkan   untuk kedua     anaknya    itusampai     ketangan    mereka    selamat  

 dan   utuh   bila  mereka     sudah   mencapai dewasanya, sebagai rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka yang soleh dan bertakwa itu." "Demikianlah wahai Musa, apa   yang ingin engkau ketahui tentang tujuan tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan melanggar hukum. Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan wahyu Allah kepadaku." Kisah   Musa   dan   Al-Khidir   ini   dapat   dibaca   dalam   surah   "Al-Kahfi"  ayat   60  sehingga   ayat   82 yang bermaksud :~ "60~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu   melompat   mengambil   jalannya   ke   laut   itu.   62~   Maka   tatkala   mereka   berjalan   lebih   jauh berkatalah   Musa   kepada   muridnya:   "Bawalah   kemari   makanan   kita   sesungguhnya   kita   telah merasa letih karena perjalanan kita ini." 63~ Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu   dan  tidaklah yang   melupakan      aku  untuk    menceritakannya      kecuali   syaitan   dan  ikan   itu mengambil jalannya ke laut dengan cara  yang aneh sekali." 64~ Musa berkata:   "Itulah tempat yang    kita   cari."  Lalu  keduanya   kembali,    mengikuti     jejak   mereka   sendiri.   65~  Lalu  mereka bertemu     dengan    seorang    hamba    di  antara   hamba-hamba       Kami,   yang    telah  Kami    berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. 66~ Musa berkata Al-Khidhir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu    yang   benar   di   antara   ilmu-ilmu  yang   telah   diajarkan   kepadamu?"   67~   Dia   menjawab: "Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku, 68~ dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69~ Musa berkata: "Insya-Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan   aku   tidak   akan   menentangmu   dalam   sesuatu   urusan   pun."   70~   Dia   berkata:   "Jika   kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." 71~ Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu,   lalu   Al-Khidhir   melubanginya.   Musa   berkata:   "Mengapa   kamu   melubangi  perahu  itu yang   akibatnya   kamu   menenggelamkan   penumpamgnya?"   Sesungguhnya   kamu   telah   berbuat sesuatu   kesalahan  yang   besar. 

 72~   Dia   {Al-Khidhir}   berkata:   "Bukankah   aku   telah   katakan: "Sesungguhnya        kamu  sesekali   tidak  akan   sabar   bersama    dengan    aku."   73~   Musa    berkata: "Janganlah   kamu      menghukum  aku   kerana   kelupaanku   dan   janganlah   kamu      membebani      aku dengan     sesuatu   kesulitan   dalam    urusanku,"    74~   Maka    berjalanlah   keduanya     hingga   tatkala keduanya   berjumpa   dengan   seorang   pemuda   maka   Al-Khidhir   membunuhnya.   Musa   berkata   : "Mengapa       kamu     bunuh     jiwa   yang    bersih,   bukan    kerana    dia   membunuh       orang    lain? Sesungguhnya        kamu     telah  melakukan      sesuatu    yang   mungkar."   75~    Al-Khidhir     berkata: "Bukankah       sudah   kukatakan    kepadamu      bahwa    sesungguhnya      kamu    tidak akan   dapat   sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka  

janganlah   kamu   memperbolehkan   aku   menyertaimu,   sesungguhnya   kamu   sudah   cukup memberikan uzur padaku." 77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka kemudian keduanya dapati   dalam   negeri   itu   ada   dinding   rumah   yang   hampir   roboh,   maka  Al-Khidhir   menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mahu nescaya kamu akan mengambil upah untuk itu." 78~ Al-Khidhir berkata : "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu kelak akan ku beritahukan kepadamu   tujuan   perbuatan-perbuatan yang   kamu   tidak   dapat   sabar   terhadapnya.   79~   Adapun bahter    itu  adalah   kepunyaan     orang-orang     miskin    yang   bekerja   di  laut  dan   aku   bertujuan merusakkan   bahtera   itu   kerana   di   hadapan   mereka   ada   seorang   raja   yang   merampas   tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua orang tuanya adlah orang-

orang mukmin dan    kami   khuatir   bhe   dia  akan   mendorong      kedua   orang   tuanya    itu  kepada   kesesatan    dan kekafiran.   81~   Dan   kami   menghendaki   supaya   Tuhan   mereka   mengganti   bagi   mereka   dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya {kepada ibubapanya}.   82~   Adapun   dinding   rumah  itu   kepunyaan   dua   orang   anak   muda   yang   yatim   di kota itu sedang ayahnya adalah seorang yang soleh, maka

Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu menurut kemahuanku sendiri. Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~ 82 }

Kisah Nabi Musa A.S dan Qarun

Nabi Musa A.S. dan Qarun si kaya raya Qarun adalah nama seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia dikurniai Allah kelapangan   rezeki   dan   kekayaan   harta   benda   yang   besar   yang   tidak   ternilai   bilangannya.   IA hidup     mewah,     selalu  mujur    dalam    usahanya     mengumpulkan        kekayaan,     sehingga    menjadi padatlah khazanahnya dengan harta benda dan benda-2   yang sgt berharga. Sampai-2 para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya karena sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum dan penduduk kotanya. Segala- galanya adlah luar biasa dan lain drp yang lain. Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari- hari ,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang bilangannya melebihi keperluan. Dan walaupun ia   tenggelam   dalam   lautan   kenikmatan   duniawi   yang   tiada   taranya   pada   masa   itu,   ia   merasa masih     belum    puas   dengan     tingkat   kekayaan     yang   ia  miliki   dan    terus  berusaha    mengisi khazanahnya   yang   sudah   padat   itu,   sifat   mausia   yang   serakah   yang   tidak   akan   pernah   puas dengan   apa   yang   sudah   dicapai.   Jika   ia   sudah   memiliki   segantang   emas   ia   ingin   memperolhi segantang yang kedua dan demikian seterusnya. Sebagaimana       halnya    dengan    kebykan     orang-orang     kaya   yang   telah  dimabukkan      oleh   harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban sosial dengan harta   kekayaannya   itu.   Ia   dalam   hidupnya   hanya   memikirkan   kesenangan   dan   kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah- limpah itu. Ia telah dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang telanjang yang tidak berpakaian dan lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan bahwa kekayaan yang ia perolehi itu adalah   kurniaan   dari   Tuhan   yang   harus   disyukuri   dengan   beramal   kebajikan   terhadap   sesama manusia   dan   melakukan   perbuatan-2   yang   dapat   meringankan   penderitaan   orang-orang   yang ditimpa     musibah    atau   menderita    cacat.  Diperingatkan     bahwa     Allah   yang   telah  memberinya rezeki yang luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya. Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa   karena   kekayaannya   ialah   yang   harus   memberi   nasihat   dan   bukan   menerima   nasihat. Orang      harus    tunduk     kepadanya,      mematuhi      perintahnya,     mengiakan       kata-katanya      dan membenarkan   segala   tindak   tanduknya.   IA   menyombongkan   diri   dengan   mengatakan   kepada orang-orang   yang   memberikan   nasihat   itu   bahwa   kekayaan   yang   ia   miliki   adalah   semata-mata hasil   jerih   payahnya   dan   hasil   kecekapan   dan   kepandaiannya   berusaha   dan   bukan   merupakan kurnia  atau   pemberian   dari   sesiapa   pun. 

 

Karenanya   ia   bebas   menggunakan   harta  kekayaannya menurut      kehendak     hatinya   sendiri dan   tidak  merasa    terikat   oleh  kewajipan     sosial   berupa pertolongan dan bantuan kepada para fakir miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan pertolongan. Sebagai tentangan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya   dan   secara   menyolok   mempamerkan   kekayaannya   dengan   berlebih-lebihan.   Bila   ia keluar,   Ia   mengenakan   pakaian   dan   perhiasan   yang   bergemerlapan,   membawa   pengantar   dan pembantu   lebih   banyak   daripada   biasanya   dan   mengenderai   kuda-kuda   yang   dihiasi   dengan indah    dan   cantik.   Kemewahan       yang    ditonjolkan    secara   menyolok     itu  ,merasakan     iri-hati dikalangan     penduduk      terutama   mereka     yang   masih   lemah    imannya.    Mereka     berbisik-bisik diantara    sesama    mereka    mengeluh     dengan   berkata:   "Mengapa   kami      tidak   diberi  rezeki  dan kenikmatan   seperti   yang   telah   diberikan   kepada   Qarun?   Alangkah   mujurnya   nasib   Qarun   dan alangkah     bahagianya     dia  dalam   hidupnya     di  dunia  ini!  Dan   mengapa     Tuhan    melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang- orang     yang   melarat   dan   sengsara,    orang-orang     yang   fakir  dan   miskin    yang   memerlukan pertolongan   berupa   pakaian   mahupun   makanan.Dimanakah   letak   keadilan   Allah             yang   Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?" Qarun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk disedekahkan kepada orang-orang   yang memerlukannya, melarat dan miskin     akhirinya   didatangi    oleh  Nabi   Musa     menyampaikan       kepadanya     bahwa    Allah   telah mewahyukan   perinyah   berzakat   bagi   tiap-tiap   orang   yang   kaya   dan   berada.   Diterangkan   oleh Musa   kepadanya   bahwa   dalam   harta   kekayaan   tiap   ada   bahagian   yang   telah   ditentukan   oleh Tuahn   sebagai   hak   orang-orang   yang   melarat   dan   fakir   miskin   yang   wajib   diserahkan   kepada mereka. Qarun   merasa   jengkel   memerima   perintah   wajib   berzakat   itu   dan   menyatakan   keraguan   dan kesangsian   kepada   Musa.   Ia   berkata:   "Hai   MUsa   kami   telah   membantumu   dan   menyokongmu dalam     dakwahmu       kepada    agama     barumu.     Kami    telah   menuruti    segala    perintahmu     dan mendengarkan        segala    kata-katamu.     Sikap    kami    yang    lunak    itu  terhadap    dirimu    telah memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin meraih   harta   benda   kami.   Engkau   rupanya   ingin   juga   menguasai   harta   kekayaan   kami   setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini   engkau   telah   membuka     topengmu     dan   menunjukkan      dustamu     dan   bahwa   engkau    hanya seorang pendusta dan ahli sihir belaka." Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yang   menegaskan   kembali   bahwa   kewajiban   berzakat   iut   tidak   dapat   ditawar-tawar   dan   harus dilaksanakan      karena   ia  adalah   perintah   Allah   yang   harus   ditaati  dan   dilaksanakan     dengan semestinya.

 

Quran tidak dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya. Setelah    tiba   di  rumah    dan   menghitung-hitung       bahagian    yang   harus    dizakatkan    dari  harta miliknya   Qarun   merasa   terlampau   besar   yang   harus   dizakatkan   dan   merasa   sayang   bahwa   ia harus    mengeluarkan       dari  khazanahnya      sejumlah     wang    tanpa   meperolehi     imbalan    sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan      untuk   tidak   akan   mengeluarkan       zakat   walau   apapun     yang   akan   terjadi   akibat tindakannya itu. Utk     menguatkan      aksi   pemboikotannya        terhadap    kewajiban     mengeluarkan       zakat,   Qarun menyebarkan        fitnah  kepada    Nabi    Musa    dengan    maksud     menarik     orang   agar   menjadikan penunjang      aksinya    dan    mengikutinya      menolak     menolak      kewajiban     mengeluarkan zakat sebagaimana   diperintahkan   oleh   Nabi   Musa.        Ia   menyebarkan   fitnah   seolah-olah   Nabi   Musa dengan     dakwahnya      dan  penyiaran    agama     barunya   bertujuan    ingin  memperkayakan        diri  dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang halus terhadap milik-milik para pengikutnya. Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru bersekongkol dengan seorang     wanita   yang    diajarinya   agar   mengaku     didepan    umum      bahwa    ia  telah  melakukan perbuatan     zina  dengan    Musa.    Akan    tetapi  Allah   tidak  rela  nama    Rasul-Nya     tercemar    oleh tuduhan   palsu   yang   diaturkan   oleh   Qarun   itu.   Maka   digerakkanlah   hati   wanita   sewaannya   itu untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa adalah    fitnahan   dan   ajaran   Qarun   semata-mata      dan  bahawasannya       Musa    adalah   bersih  dari perbuatan yang dituduh itu. Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak dapat diharap menjadi pengikut yang soleh   yang mematuhi perintah-2 Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya     yang    berlebih-lebihan    mewahnya,      ditambahkan      pula  usahanya     yang   tidak   henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan   fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah     mulai   goyah    imannya    melihat    kenikmatan     yang   berlimpah-limpah       yang   telah  Allah kurniakan kepada Qarun yang membangkang itu. Maka   dengan   izin   Allah   yang   telah   memperkenankan   doa   Nabi   Musa   terjadilah   tanah   runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan   tempat   penimbunan   kekayaannya.   Terbenamlah   seketika   itu   Qarun   hidup-hidup   berserta semua milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.

 

Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi pengikut-2 Nabi Musa     serta   ubat  rohani    bagi   mereka    yang    beriri  hati  dan   mendambakan        kenikmatan     dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada     Allah:   "Sekiranya     Allah   telah  melimpahkan       rahmat    dan   kurnia-Nya,     nescaya    kami dibenamkan        pula    seperti    Qarun     yang    selalu    kami    inginkan     kedudukan       duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang membawa   binasa   baginya.   Aduhai   benar-2   tidaklah   beruntung   orang-orang   yang   mengingkari nikmat Allah." Isi cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76 sehingga 82 dan surah "Al- Ahzaab" ayat 69 sebagaimana berikut :~ "76~Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka dan   Kami   telah   menganugerahkan   kepadanya   perbendaharaan   harta   yang   kunci-nya   sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang   yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya   Allah tidak menyukai orang-orang   yang terlalu membanggakan          diri."  77~    Dan    carilah   pada   apa   yang    telah   dianugerahkan      kepada     mu {kebahagiaan}   negeri   akhirat,   dan   janganlah   kamu   melupakan   bahagianmu   dari   {kenikmatan} duniawi     dan    berbuat   baiklah    {kepada    orang    lain}   sebagaimana      Allah   telah   berbuat    baik kepadamu   dan   janganlah   kamu   berbuat   kerusakkan   di   {muka}   bumi   ini.   Sesungguhnya   Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan. 78~ Qarun berkata: "Sesungguhnya aku diberi   harta   itu   karena   ilmu   yang   ada   padaku."   Dan   apakah   ia   tidak   mengetahui   bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah      orang-orang     yang    menghendaki       kehidupan     dunia:    "  Moga-moga       kiranya    kita mempunyai        seperti  apa   yang   telah  diberikan    kepada    Qarun    ,  sesungguhnya      ia  benar-benar mempunyai peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi ilmu: "Kecelakaan       yang   besarlah    bagimu,    pahala    Allah   adalah   lebihbaik    bagi   orang-orang     yang beriman dan beramal soleh dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~   Mak   Kami   benamkan   Qarun   berserta   rumahnya   ke   dalam   bumi.   Maka   tidak   ada   baginya suatu   golongan   pun   yang   menolongnya   terhadap   azab   Allah.   Dan   tiadalah   ia   termasuk   orang- orang   {yang   dapat}   membela   {dirinya}.   82~   Dan   jadilah   orang-orang   yang   kelmarin   mencita- citakan   kedudukan   Qarun   itu   berkata:   "aduhai,   benarlah   Allah   melapangkan   rezeki   bagi   siapa yang     dia   kehendaki     dari   hamba-hamba-Nya          dan    menyempitkannya.         Kalau    Allah    tidak melimpahkan   kurnia-Nya   atas   kita   benar-benar   Dia   {Allah}   telah   membenamkan   kita   {pula}. Aduhai      benarlah,   tidak   beruntung     orang-orang     yang    mengingkari     {nikmat}     Allah."   {   Al- Qashash : 76 ~ 82 } "Hai   orang-orang   yang   beriman,   janganlah   kamu   menjadi   seperti   orang-orang   yang   menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69 }

 

0 comments:

Posting Komentar