Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Rabu, 25 Juni 2025

Kisah ingkarnya Bani Israil Kaum Nabi Musa A.S setelah mendapat pertolongan dari Allah SWT

 

Kisah ingkarnya Bani Israil Kaum Nabi Musa A.S setelah mendapat pertolongan dari Allah SWT

adanya   perintah   Allah kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang telah dijanjikan. Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi Musa kembali ke tengah- tengah mereka. mereka menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mereka dalam kegelapan dan dalam keadaan yang tidak menentu.    

kisah ingkarnya bani israil

mereka     merasa    seakan-akan     telah  kehilangan    pimpinan     yang   biasanya    memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mereka. Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani Isra'il itu, digunakan oleh   seprg   munafiq,   bernama   Samiri   yang   telah   berhasil   menyusup   ke   tengah-tengah   mereka, sebagai kesempatan yang baik untuk menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah. Samiri yang munafiq   itu   menghasut   mereka   dengan   kata-kata   bahwa   Musa   telah   tersesat   dalam   tugasnya mencari   Tuhan   bagi   mereka   dan   bahawa   dia   tidak   dapat   diharapkan   kembali   dan   karena   itu dianjurkan oleh Samiri agar mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa. Samiri   melihat   bahwa   hasutan   itu   dapat   menggoyahkan   iman   dan   akidah   pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya segera membuat patung bagi mereka untuk   disembah   sebagai   tuhan   pengganti   Tuhannya   Nabi   Musa.   PAtung   itu   berbentuk   anak lembu     yang   dibuatnya    dari  emas    yang   dikumpulkan      dari  perhiasan-perhiasan      para  wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibuat begitu rupa sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati   yang hidup. Maka diterimalah   anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan persembahan mereka. Ditegurlah   mereka   oleh   Nabi   Harun   yang   berkata:   "Alangkah   bodohnya   kamu   ini!   Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak dapat bercakap-cakap dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan yang benar.


Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah pada sesuatu selain Allah." Teguran   Nabi   Harun   itu   dijawab   oleh   mereka   yang   telah   termakan   hasutan   Samiri   itu   dengan kata-kata:   "Kami   akan   tetap   berpegang   pada   anak   lembu   ini   sebagai   tuhan   persembahan   kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah kami." Nabi    Harun    tidak   dapat   berbuat   banyak    menghadapi       kaumnya     yang   telah   berbalik   menjadi murtad   itu,   karena   ia   khuatir   kalau   mereka   dihadapi   dengan   sikap     yang   keras,   akan   terjadi perpecahan   di   antara   mereka   dan   akan   menjadi   keadaan   yang   lebih   rumit   dan   gawat   sehingga dapat   menyulitkan   baginya   dan   bagi   Nabi   Musa   kelak   bila   ia   datang   untuk   mencarikan   jalan keluar   dari   krisis   iman   yang   melanda   kaumnya   itu.   Ia   hanya   memberi   peringatan   dan   nasihat kepada mereka sambil menanti kedatangan Musa kembali dari Thur Sina. Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi isyarat tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih hati   tatkala   ia   tiba   di   tempat   dan   melihat   kaumnya   sedang   berpesta   mengelilingi   anak   patung lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah dan sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan. Harun saudaranya dipegang rambut kepalanya ditarik kepadanya seraya berkata menegur: "Apa yang engkau buat tatkala engkau melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah engkau   mematuhi   perintahku   dan   pesanku   ketika   aku   menyerahkan   mereka   kepadamu   untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar begini?" Harun berkata menanggapi teguran Musa: "Hai anak ibuku, janganlah engkau memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku. Aku telah berusaha memberi nasihat dan teguran kepada mereka,   namun   mereka   tidak   mengindahkan   kata-kataku.   Mereka   menganggapkan   aku   lemah dan   mengancam   akan   membunuhku.   Aku   khawatir   jika   aku   menggunakan   sikap   dan   tindakan yang   keras,   akan   terjadi   perpecahan   dan   permusuhan   di   antara   sesama   kita,   hal   mana   akan menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah membuatkan musuh- musuhku   bergembira   melihat   perlakuanmu   terhadap   diriku.   Janganlah   disamakan   aku   dengan orang-orang yang zalim." Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali ketenangannya, berkatalah Nabi    Musa     kepada    Samiri,   orang    munafiq    yang    menjadi    biang   keladi   dari  kekacauan     dan kesesatan   itu:   "Hai   Samiri,   apakah   yang   mendorongmu   menghasut   dan   menyesatkan   kaumku, sehingga mereka kembali menjadi murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu?" Samiri menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat menguak, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu." Berkata   Nabi   Musa   kepada   Samiri:   "Pergilah   engkau   dan   jauhilah   pergaulan   manusia   sebab karena perbuatan kamu itu engkau harus dipencilkan dan menjadi tabu {sesuatu yang terlarang} jika   disentuh   atau  menyentuh      seseorang   ia  akan   menderita    sakit  demam     panas.  Ini  adalah ganjaranmu di dunia, sedang di akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu   yang engkau buat dan sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke dalam laut." Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah buruknya perbuatan   yang   kamu   telah   kerjakan   setelah   kepergianku!   Apakah   engkau   hendak   mendahului janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci?     Ataukah     engkau    menghendaki       kemurkaan      Tuhan     menimpa      atas   dirimu,   karena perbuatanmu       yang   buruk    itu  dan   perlanggaranmu       terhadap   perintah-perintah     dan   ajaran- ajaranku." Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali melanggar perjanjianmu dengan kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami disuruh membawa beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke dalam api yang sedang menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan       yang   kami   lemparkan     itu  menjelma    menjadi    patung    anak   lembu   yang bersuara, sehingga dapat menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan iman   yang sudah tertanam di dalam dada kami." Berkata   Musa   kepada      mereka:    "Sesungguhnya      kamu    telah  berbuat   dosa   besar   dan   menyia- nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan, Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun drpnya agar Dia menunjukkan kembali kepada jalan yang benar." Akhirnya kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah disesatkan oleh   syaitan   dan   memohon   ampun   dan   rahmat   Allah   agar   selanjutnya   melindungi   mereka   dari godaan syaitan dan iblis yang akan merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam menghadapi krisis iman   yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah       kami   berdua    ke  dalam    lingkaran   rahmat-Mu      sesungguhnya     Engkaulah     Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Setelah    suasana    yang    meliputi   hubungan     Musa    dengan    Harun    di  satu  pihak   dan   hubungan mereka     berdua    dengan    kaumnya      di  lain  pihak   menjadi    tenang   kembali,    kepingan-kepingan Taurat     yang    bertaburan    sudah    dihimpun      dan   disusun    sebagaimana      asalnya,    maka    Allah memerintahkan        kepada    Musa    agar   membawa       sekelompok      dari  kaumnya      menghadap      untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung anak lembu. Tujuh   puluh   orang   dipilih   oleh   Nabi   Musa   di   antara   kaumnya   untuk   diajak   pergi   bersama   ke Thur Sina memenuhi perintah Allah meminta ampun atas dosa kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan itu agar berpuasa, mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit Thur Sina. Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata   kepala   mereka   setelah   mendengar   percakapan-Nya   dengan   telinga.Maka   setelah   selesai Nabi    Musa    bercakap-cakap       dengan    Allah   berkatalah    mereka    kepadanya:     "Kami     tidak  akan beriman   kepadamu        sebelum    kami    melihat   Allah   dengan   terang."   Dan    sebagai    jawapan   atas keinginan   mereka   yang   menunjukkan   keingkaran   dan   ketakaburan   itu,   Allah   seketika   itu   juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus. Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal   yang menimpa kelompok tujuh puluh orang   yang merupakan orang-orang yang terbaik di antara kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah agar diampuni dosa mereka seraya berkata:   "Wahai Tuhanku, aku telah pergi   ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku   tidak   akan   mempercayaiku.   Ampunilah   dosa   mereka,   wahai   Tuhanku   dan   kembalilah kepada mereka nikmat hidup   yang Engkau telah   cabut sebagai pembalasan atas keinginan dan permintaan mereka yang durhaka itu." Alah   memperkenankan   doa   Musa   dan   permohonannya   dengan   dihidupkan   kembali   kelompok tujuh    puluh    orang   itu,  maka    bangunlah     mereka     seakan-akan     orang    yang   baru   sedar   dari pengsannya.   Kemudian   pada   kesempatan   itu   Nai   Musa   mengambil   janji   dari   mereka   bahwa mereka      akan    berpegangan      teguh    kepada     kitab   Taurat    sebagai    pedoman      hidup    mereka melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi segala apa yang dilarangnya. Pokok     cerita  yang    dihuraikan    di  atas,  dikisahkan    oleh   Al-Quran     dalam    banyak    tempat,    di antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah "Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55, 56, 63 dan 64 sebagai berikut :~ "85~     Allah   berfirman:    "Maka     sesungguuhnya      Kami     telah  menguji    kaummu      sesudah    kamu tinggalkan   dan   mereka   telah   disesatkan   oleh   Samiri."   86~   Kemudian   Musa   kembali   kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa   lama   masa   yang   berlalu   itu   bagimu   atau   kamu   melanggar   perjanjian   dengan   aku?"   87~ Mereka berkata: "Kami sesekali tidak melanggar perjanjian kamu dengan kemahuan kami sendiri, tetapi    kami   disuruh    membawa       beban-beban      dari  perhiasan    kaum     itu,  maka    kami    telah melemparkannya,         dan    demikian     pula   Samiri    melemparkannya."        88~    Kemudian       Samiri mengeluarkan   untuk   mereka   anak   lembu   yang   bertubuh   dan   bersuara,   maka   mereka   berkata: "Inilah   tuhanmu   dan   tuhan   Musa   tetapi     Musa    telah   lupa."   89~   Maka  apakah   mereka   tidak memperhatikan bahawapatung anak lembu itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka dan tidak    dapat  memberi     kemudharatan      kepada    mereka    dan   tidak  pula   kemanfaatan?     90~   Dan sesungguhnya   Harun   telah   berkata   kepada   mereka   sebelumnya:   "   Hai   kaumku,   sesungguhnya kamu itu hanya diberi cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." 91~ Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami." 92~ Berkata Musa:     "Hai   Harun,    apa  yang    menghalangi     kamu    ketika   kamu    melihat    telah  tersesat,  93~  {sehingga}      kamu    tidak   mengikuti     aku?   Maka     apakah    kamu    telah   sengaja   mendurhakai perintahku?"   94~   Harun   menjawab:   "Hai   putera   ibuku,   janganlah   kamu   pegang   jangutku   dan jangan   pula   kepalaku;   sesungguhnya   aku   khuatir   bahawa   kamu   akan   berkata   {kepadaku}:   " Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kamu tidak memelihara amanatku." 95~ Berkatalah Musa:   "Apakah   yang   mendorongmu   {berbuat   demikian}   hai   Samiri?"   96~   Samiri   menjawab: "Aku   mengetahui   sesuatu   yang   mereka   tidak   mengetahuinya   maka   aku   ambil   segenggam   aari jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku." 97~ berkata Musa: "Pergilah   kamu,   maka   sesungguhnya   bagi   kamu   di   dalam   kehidupan   di   dunia   ini   hanya   dapat menyatakan : Janganlah menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu hukuman {di akhirat} yang    kami    sesekali  tidak   dapat  menghindarinya       dan  lihatlah  tuhanmu     itu  yang   kamu    tetap menyembahnya.   Sesungguhnya   kami   akan   membakarnya   kemudian   kami   sesungguhnya   akan menghamburkannya ke dalam laut {berupa abu yang berserakan} 98~ Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah   Allah   yang   tidak   ada   Tuhan   selain   Dia.   Pengetahuan-Nya   meliputi   segala   sesuatu."  { Thaha : 85 ~ 98 } "149~ Dan setelah mereka sgt menyesali perbuatanya dari mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata:   "Sesungguhnya jika Tuhan   kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami menjadi orang-orang yang rugi." { Al-A'raaf : 149 } "151~   Musa   berdoa:   "Ya   Tuhanku   ampunilah   aku   dan   saudaraku   dan   masukkanlah   kami   ke dalam   rahmat   Engkau   dan   Engkau   adalah   Maha   Penyayang   di   antara   para   Penyayang."   {   Al- A'raaf : 151 } "154~ Sesudah amarah   Musa menjadi reda, lalu diambilnya kembali luh-luh {Taurat} itu; dan dalam   tulisannya   terdpt   petunjuk   dan   rahmatbutk   orang-orang   yang   takut   kepada   Tuhannya.  155~ Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk {memohonkan taubat kepada Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan. Mak ketika mereka digoncang genpa bumi Musa berkata:   "Ya   Tuhanku!   kalau   Engkau   kehendaki   tentulah   Engkau   telah   membinasakan   mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang krg akal di antara kami? Itu hanyalah cubaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cubaan itu   siapa   yang   Engkau     kehendaki     dan   Engkau     beri   petunjuk    kepada    siapa   yang    Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami maka ampunilah kami dan berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 } "55~   Dan   {ingatlah}   ketika   kamu   berkata:   "Hai   Musa,   kami   tidak   akan   beriman   kepadamu, sebelum   kami   melihat   Allah   dengan   terang   karena   itu   kamu   disambar   halilintar,   sedang   kamu menyaksikannya"   56~   Setelah   itu   Kami   bangkitkan   kamu   sesudah   kamu   mati,   supaya   kamu bersyukur." { Al-Baqarah : 55 ~ 56 } "63~   Dan   {ingatlah}   ketika   Kami   mengambil   janji   dari   kamu   dan   Kmai   angkatkan   gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami berfirman} : "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa. Kemudian kamu berpaling   setelah   {adanya   perjanjian}   itu,   maka   kalau   tidak   ada   kurnia   Allah   dan   rahmat-Nya atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang rugi." { Al-Baqarah : 63 ~ 64 } Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya Tidak   kurang-kurang   kurniaan   Allah   yang   diberikan   kepada   kaum   Bani   Isra'il.  

Mereka   telah dibebaskan      dari  kekuasaan     Fir'aun   yang   kejam    yang   telah  menindas     dan   memperhambakan mereka     berabad-abad      lamanya.     Telah   diperlihatkan    kepada     mereka    bagaimana      Allah   telah membinasakan Fir'aun ,   musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di tengah-tengah   padang   pasir   yang   kering   dan   tandus,   Allah   telah   memancarkan   air   dari   sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna dan Salwa" bagi keperluan mereka. Di samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan mererka sendiri untuk   memberi   petunjuk   dan   bimbingan   kepada   mereka.   Akan   tetapi   kurnia   dan   nikmat   Allah yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka, tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur, berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya. Demikianlah       tatkala  Allah    mewahyukan       perintah-Nya     kepada    Nabi   Musa     untuk   memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci   yang telah dijanjikan oleh Allah   kepada Nabi   Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu.

0 comments:

Posting Komentar