Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
dari rumah-rumah di
Mekah yang lahir di sana seorang anak di mana ibunya bernama Aminah binti Wahab
dan ayahnya adalah Abdullah, salah seorang tokoh Arab. Anak itu belum dilahirkan dan
belum dapat tugas
kenabian dan ia
belum memikul Islam
di atas pundaknya dan
belum menjadi rahmat
bagi alam semesta.
Kemudian datanglah Abrahah
yang ingin menghancurkan semua ini tanpa ia mengetahui semua rahasia
ini.

Tragedi yang menimpa
Abrahah adalah karena
bahwa ia berusaha
menentang kehendak Ilahi sehingga kehendak Ilahi itu
menghancurkannya dengan mukjizat yang mengagumkan. Datanglah banyak burung
dengan membawa batu-batuan yang tidak didengar suaranya. Kemudian burung-
burung melemparkan batu-batu
itu kepada Abrahah
beserta tentaranya. Semua
ini berdasarkan rencana Ilahi
terhadap rumah-Nya dan
agama-Nya serta nabi-Nya
sebelum orang mengetahui bahwa Nabi Islam telah
bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tidurnya di perut ibunya dan
mulai memasuki kehidupan yang keras di muka bumi. Di tengah-tengah kegembiraan
Mekah karena keselamatan penghuninya dan selamatnya Ka'bah, Aminah binti Wahab
bermimpi: di tengah suatu malam ia menyaksikan dirinya berdiri sendirian di
tengah-tengah gurun, dan telah keluar dari dirinya suatu cahaya besar yang
menyinari timur dan barat dan terbentang hingga langit. Aminah tiba-tiba
terbangun dari tidurnya namun ia tidak mengetahui tafsir dari mimpinya.
Berlalulah hari demi
hari dari tahun
gajah. Dan pada
waktu sahur dari
malam Senin hari keduabelas dari
bulan Rabiul Awal,
Aminah melahirkan seorang
anak kecil yang
yatim yang bernama Muhammad bin
Abdillah bin Abdul Muthalib, seorang cucu dari Ismail bin Ibrahim bin Adam.
Sebelum ia dilahirkan,
dunia mati karena
kehausan padanya. Kehausan
dunia sangat besar kepada cinta, rahmat, dan keadilan.
Sekarang teiah berlalu 600 tahun dari kelahiran al-Masih dan orang-orang Masehi
telah menjauhi ajaran cinta, bahkan keyakinan-keyakinan berhalaisme telah
meresap kepada sebagian
kelompok mereka dan
kejernihan ajaran tauhid
telah ternodai. Sedangkan orang-orang
Yahudi telah meninggalkan wasiat-wasiat Musa
dan mereka kembali menyembah lembu yang terbuat dari
emas. Dan setiap orang dari mereka lebih memilih untuk memiliki lembu emas yang
khusus. Demikianlah, berhalaisme telah menyerang di bumi. Bumi dipenuhi oleh
kegelapan. Akal disingkirkan dan Tuhan diiupakan dan mereka menyerahkan diri
mereka kepada pembohong.
Ketika jantung dunia
telah terkena kekeringan,
maka memancarlah dari
timur suatu mata
air keimanan yang jernih
yang menjadi puas
dengannya separo dunia.
Dan mukjizat besar
terjadi ketika mata air
ini mengeluarkan air
yang jernih dari
jantung gurun yang
paling besar ketandusannya di
dunia, yaitu gurun
jazirah Arab. Berkenaan dengan
penggambaran masa tersebut,
dalam hadis yang mulia dikatakan: "Sesungguhnya Allah melihat penduduk
bumi lalu Dia murka kepada mereka, baik orang-orang Arab maupun orang-orang
Ajam kecuali sebagian kecil dari Ahlulkitab." Di tenda
yang kasar, lahirlah
seorang anak yatim
yang kemudian bertanggung
jawab untuk memberikan minum
kepada dunia yang haus pada cinta,
keadilan, kebebasan, serta kebenaran. Sementara itu,
beberapa langkah dari
tempat kelahirannya terdapat
berhala-berhala yang memenuhi
Baitul 'Athiq dan sekitar Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail agar menjadi rumah Allah SWT dan Dia disembah di dalamnya dan manusia
merasa tenteram di dalamnya. Di rumah yang kuno ini—yang dibangun sebelumnya
oleh Adam—dipenuhi patung- patung tuhan
yang terbuat dari batu dan kayu. Ini menunjukkan betapa akal orang-orang
Arab saat itu mengalami titik terendah. Sementara itu
nun jauh di
sana, tepatnya di
Yatsrib atau Madinah
dipenuhi oleh orang-orang Yahudi yang mereka datang di
sana karena melarikan diri dari penindasan orang-orang Romawi. Mereka tinggal
di situ bagaikan
srigala-srigala di atas
tanah yang tersubur
di mana mereka melakukan monopoli dalam
perdagangan. Mereka membagun kejayaan mereka
dengan memanfaatkan orang-orang Arab dan keheranan mereka terhadap diri
mereka sendiri. Para cendikiawan Yahudi memperdagangkan segala sesuatu, dimulai
dari emas sampai Taurat. Mereka
menyembunyikan
kertas-kertas darinya dan
menampakkan
sebagiannya; mereka
mengubah kertas-kertas Taurat
itu untuk memperkaya diri
mereka. Pada saat
orang-orang Yahudi menyembah emas dan sangat lihai melakukan
persekongkolan, orang-orang Arab justru menyembah batu
dan mereka pandai
berperang. Mereka juga
lihai dalam membuat
syair lalu menggantungkannya di
atas tirai-tirai Ka'bah. Orang-orang Arab hidup di bawah naungan sistem
kesukuan di mana kepala suku adalah pemimpin dan nilainya sebanding dengan anak
buahnya, dan kemampuan mereka dalam berperang. Dan keutamaan seseorang dilihat
dari asal muasalnya serta nilainya juga dilihat dari kefanatikannya serta
kebanggannya kepada nasab yang merupakan kemuliannya, juga
kefanatikannya terhadap berhala
tertentu yang merupakan
agamanya. Jadi, segala bentuk
kemuliaan dan kewibawaan
tidak terbentuk kecuali
dalam ruang lingkup
yang sempit dalam kabilah atau kesukuan.
Sedangkan di tempat yang jauh dari Mekah, Romawi menyerupai
burung rajawali yang lemah, namun
belum sampai kehilangan kekuatannya. Orang-orang Romawi sangat
menyanjung kekuatan.
Sedangkan di belahan
timur dari utara
negeri Arab, orang-orang
Persia menyembah api dan air.
Api tetap menyala di tempat peribadatan mereka di mana manusia rukuk untuknya.
Dan di sana terdapat danau Sawah yang dianggap suci oleh mereka. Sementara itu,
Kisra, raja kaum Persia duduk di atas singgasananya dan memberikan keputusan terhadap manusia.
Keputusan Kisra selalu
didengar dan dilaksanakan. Tidak
ada seorang pun yang berani menentangnya dan menolaknya.
Orang-orang Persia berhasil mengalahkan Romawi dan Yunani, sehingga mereka
menjadi kekuatan yang dahsyat di muka bumi. Meskipun mereka memiliki kekuatan
yang sangat luar
biasa, namun penyembahan
api jelas-jelas menunjukkan betapa bodohnya
mereka dan betapa
kekuatan mereka diliputi
oleh kebodohan sehingga
akal mereka tercabut dan mereka terhalangi untuk mencapai kebenaran.
Alhasil, kegelapan semakin meningkat di setiap penjuru bumi dan kehidupan
berubah menjadi hutan yang lebat di mana di dalamnya seorang
yang kuat akan
menyingkirkan seorang yang
lemah dan di
dalamnya yang menang adalah
kebatilan. Di tengah-tengah suasana yang demikian kelam, lahirlah seorang anak
di tenda Mekah. Ketika anak tersebut lahir, maka padamlah api
yang disembah oleh kaum Persia dan keringlah danau Sawah yang disucikan
oleh manusia, bahkan robohlah empat belas loteng dari istana Kisra. Dan
setan merasa bahwa
penderitaan yang besar
telah merobek-robek hatinya.
Ini semua sebagai simbol dimulainya
kehancuran kejahatan atau
keburukan di muka
bumi dan terbebasnya
akal manusia dari penyembahan terhadap sesama
manusia atau terhadap
hal-hal yang bersifat khurafat. Manusia diajak hanya
untuk menyembah kepada Allah SWT. Kelahiran Rasul sebagai bukti hilangnya
kelaliman, sebagaimana kelahiran
Nabi Musa yang
menunjukkan kebebasan Bani
Israil dari kelaliman Fir'aun. Ajaran Muhammad bin Abdillah merupakan ajaran
revolusi yang paling meyakinkan dan yang paling penting
yang pernah dikenal
di dunia; ajaran
yang bertugas untuk
menyelamatkan dan
membebaskan akal dan
materi. Tentara Al-Qur'an
adalah tentara yang
paling adil dan
paling berani untuk menghancurkan orang-orang
yang lalim. Kita
akan melihat dalam
sejarah Nabi bahwa
kejadian-kejadian luar biasa telah mengelilingi Ka'bah sebelum kelahirannya.
Kemudian terjadilah peristiwa luar biasa setelah kelahirannya di mana
terjadilah peristiwa pembelahan dada pada saat beliau masih kecil, begitu juga
beliau dinaungi oleh awan di waktu kecil, bahkan beliau terkenal pada saat
masih kecil dengan kecenderungan untuk meninggalkan permainan-permainan
yang biasa dimainkan
oleh anak-anak kecil
seusia beliau. Allah
SWT memberikan penjagaan khusus kepadanya
sehingga Jibril as
turun kepadanya dengan
membawa wahyu. Selanjutnya,
mukjizatnya yang
pertama adalah mukjizat yang terdapat
pada kepribadiannya dan pemikiran- pemikirannya. Itulah
yang menjadi mukjizatnya yang
terbesar setelah Al-Qur'an;
itu adalah bangunan ruhani yang
tinggi di mana beliau mampu menahan penderitaan di jalan Allah SWT. Dan dalam
menegakkan kebenaran, beliau
memikul berbagai macam
rintangan. Beliau
melaksanakan amanat yang
diembannya secara sempuma
dan sebaik-baik mungkin.
Hal yang indah yang dikatakan
tentang mukjizat Nabi setelah diutusnya beliau adalah bahwa beliau tidak
mempunyai mukjizat selain usaha membebaskan akal: tanpa memiliki kekuatan luar
biasa selain membebaskan pikiran, tanpa dalil selain kalimat Allah SWT.
Sedangkan Isa bin
Maryam telah berdakwah dan
mengajak manusia untuk
menciptakan kesamaan, persaudaraan, dan
cinta kasih di
antara mereka, namun
Muhammad saw diberi karunia untuk
mewujudkan persamaan, persaudaraan, dan
cinta kasih di
antara orang-orang mukmin
di tengah-tengah kehidupannya dan setelah kehidupannya. Ketika Nabi Isa mampu menghidupkan orang-orang yang mati dan mengeluarkan mereka dari
kuburan, Muhammad bin Abdillah menghidupkan orang-orang hidup dari kematian
mereka yang tidak pernah mereka
sadari. Itu adalah
bentuk kematian yang
paling berat. Beliau
juga mengeluarkan rnereka dari
kegelapan dan kebodohan
menuju cahaya ilmu,
dan dari belenggu syirik dan kekufuran menuju dunia
tauhid. Sulaiman sebagai seorang Nabi dan raja mampu memperkerjakan jin untuk
mengabdi padanya, bahkan mereka mampu
terbang beribu-ribu mil
untuk menghadirkan singgasana musuh- musuhnya agar
mereka semua tercengang
terhadap kemampuannya, sehingga
mereka masuk Islam. Namun
Muhammad saw justru
mengabdi kepada Islam
hanya sebagai seorang
tentara yang sederhana. Beliau
mengetahui bahwa ketika
beliau lalai sesaat
saja dari dakwah
di jalan Allah SWT, maka
kesempatannya dalam menyebarkan agama Islam akan hilang. Di saat terjadi
peristiwa besar dalam peperangan, tiba-tiba azan salat dikumandangkan, sehingga
para pasukan yang
berperang mengerjakan salat.
Tidak ada malaikat
yang turun untuk melindungi mereka
ketika salat atau
mencegah datangnya anak-anak panah
dari punggung mereka saat sujud.
Karena itu, hendaklah para pasukan melindungi dirinya sendiri. Para pasukan
mukmin berusaha salat secara bergantian: sebagian mereka salat dan sebagian
mereka bertugas untuk menjaga.
Allah SWT berfirman: "Dan apabila kamu berada di
tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan salat bersama-sama
mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu
dan menyandang senjata,
kemudian apabila mereka
sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah
mereka pindah dari
belakangmu (untuk menghadapi
musuh) dan hendaklah datang golongan
yang kedua yang
belum bersembahyang, lalu
bersembahyanglah mereka
denganmu, dan hendaklah
mereka bersiap siaga
dan menyandang senjata.
Orang-orang kafir ingin agar
kamu lengah terhadap
senjatamu dan harta
bendamu, lalu mereka
menyerbu kamu dengan
sekaligus."(QS. an-Nisa': 102) Selesailah masalah
itu dan tidak
adak malaikat yang
turun untuk melindunginya dan menolongnya. Ini adalah masa
kematangan akal dan masa keletihan para nabi dan orang-orang mukmin. Dan
sesuai kadar keletihan
mereka dalam menyampaikan ajaran
Islam, mereka pun akan mendapatkan balasan yang besar.
Pada masa para nabi sebelum Nabi Muhammad saw, mereka menghadirkan
mukjizat-mukjizat kepada kaum mereka saat memulai dakwah, sehingga kaum
tersebut mempercayai apa saja yang mereka bawa, sedangkan Nabi Muhammad
bin Abdillah tidak menghadirkan kepada
kaumnya selain dirinya dan ketulusannya. Allah SWT
telah memutuskan untuk
melindungi Musa dan
memerintahkannya untuk
mengangkat gunung di
atas kaumnya hingga
mereka beriman kepada
Taurat, atau untuk menjatuhkan gunung tersebut di atas
mereka. Ketika mengetahui hal yang Demikian itu, orang- orang Yahudi sujud
dengan meletakkan pipi mereka di atas tanah dan mereka mengamati bukit batu
yang berada di atas kepala mereka yang diangkat oleh tangan yang tersembunyi.
Sedangkan Nabi Muhammad bin Abdillah tak pernah memaksa seseorang pun.
Berimanlah beberapa orang kepadanya
dan puaslah beberapa
orang kepadanya dan
matilah bersamanya orang-orang
yang mati dalam keadaan
puas. Beliau tidak
membawa pedang kecuali
saat panah yang
beracun mendekati jantung Islam dan mengancamnya. Dakwah para
nabi menuntut terjadinya
mukjizat demi mukjizat.
Ini karena masa
kekanak- kanakan manusia serta kelemahan akal dan hilangnya panca indera
menuntut rahmat Allah SWT untuk mendatangkan mukjizat yang sesuai dengan masa
turunnya mukjizat tersebut dan budaya masyarakat setempat. Adalah hal yang maklum bahwa di tengah-tengah penduduk
Mekah saat itu tidak terdapat orang-orang yang cerdas atau orang-orang yang
bijak yang mampu menyerap kata-kata yang baik.
Dan kesulitan yang dihadapi oleh Islam adalah bahwa ia tidak
diturankan pada masa ini
saja, tetapi Islam
diturunkan untuk setiap
masa. Allah SWT
mengetahui bahwa manusia telah
memasuki masa kematangan
berpikir yang mengagumkan, maka
hikmah-Nya menuntut
bahwa pernyataan yang
pertama kali disebutkan
dalam risalah-Nya adalah
"iqra'" (bacalah). Di samping itu, risalah tersebut mengandung
pemikiran yang universal, sistem yang membangun, dan hukum yang mempesona,
serta kebebasan yang diidamkan, dan manusia yang sempurna. Adalah tidak
mengurangi kehormatan para nabi sebelum Nabi Muhammad saw di mana mereka
tidak diutus di
masa-masa kematangan pemikiran,
tetapi yang menambah
kehormatan Nabi Muhammad saw
bahwa beliau diutus
di tengah-tengah masa
kematangan berpikir, dan
beliau diutus sebelum datangnya masa ini. Beliau memikul berbagai lipat
cobaan yang pernah dipikul oleh para nabi; beliau berdakwah dengan menanggung
berbagai lipat godaan dan cobaan; beliau mengalami siksaan
yang pernah dialami
oleh semua para
nabi; beliau mencintai
Allah SWT sebagaimana para
nabi mencintai-Nya. Allah
SWT memuliakannya ketika
beliau mengimami mereka di
saat salat pada
saat beliau melakukan
Isra' dan Mi'raj.
Meskipun demikian, ketika beliau keluar
pada suatu hari
menemui sahabat-sahabatnya dan
mendapati mereka mengutamakan
para nabi dan mendahulukannya atas mereka, maka beliau justru menampakkan
kemarahan dan wajahnya
berubah. Beliau berkata:
"Janganlah kalian mengutamakan aku
atas Yunus bin Mata." Melalui pernyataan itu, beliau berusaha
meletakkan suatu pondasi pemikiran yang harus dilalui oleh kaum
Muslim di mana
para nabi memang
memiliki derajat tertentu
di sisi Allah
SWT. Boleh jadi ada nabi yang
lebih afdal atau yang lebih mulia
daripada yang lain. Siapakah yang menetapkan hal itu? Tidak ada seorang
pun selain Allah SWT. Ada pun kaum Muslim hendaklah mereka berhenti
pada batas tertentu
yang seharusnya mereka
berikan berkaitan dengan
sopan santun terhadap para
nabi. Selama Allah
SWT menyampaikan shalawat
kepada rasul sebagai bentuk penghormatan dan
memerintahkan mereka untuk
menyampaikan shalawat kepadanya, dan selama
Rasulullah seperti nabi-nabi
yang lain, maka
hendaklah mereka juga bershalawat kepada semua nabi tanpa perbedaan,
meskipun pada bentuk shalawat itu sendiri. Sementara itu, bayi yang mungil itu
yang lahir di Mekah bergerak setelah tahun gajah. Kemudian berita tersebar di
sana sini dan Sampailah ke telinga kakeknya bahwa cucunya telah dilahirkan.
Abdul Muthalib segera menuju ke tempat itu dan membawa cucunya yang yatim lalu
berkeliling dengannya di Ka'bah
sambil memikirkan namanya. Abdul
Muthalib tidak merasa
terpukau dengan nama-nama yang mulai beredar di benaknya. Ia tampak
bingung menentukan nama yang paling
tepat buat cucunya,
bahkan kebingungannya itu
berlanjut sampai enam
hari, sehingga sang Nabi
disunat.
Ketika malam telah menyelimuti kawasan Mekah, datanglah kepadanya
suara yang sama yang
dulu pernah dilihatnya
dan didengarnya yang
memerintahkannya untuk
menggali zamzam. Di
tengah-tengah tidurnya, suara
itu membisikkan kepadanya
bahwa nama cucunya berasal dari
al-Ham, yang berarti Muhammad atau Ahmad. Orang-orang Quraisy bertanya kepada
Abdul Muthalib: "Nama apa yang engkau berikan kepada cucumu?" Abdul
Muthalib menjawab sambil
mengingat bisikan suara
yang didengarnya saat mimpi, "Muhammad." Nama
tersebut sebenamya tidak umum di kalangan orang-orang Jahilliyah. Mereka bertanya,
"Mengapa Abdul Muthalib
tidak memakai narna-nama
kakek-kakeknya dan
nama-nama yang biasa
dipakai di kalangan
mereka." Abdul Muthalib menjawab:
"Aku ingin Allah SWT
memujinya di langit dan manusia memujinya di bumi." Kami tidak mengetahui
dorongan apa yang mendikte Abdul Muthalib untuk menyatakan kalimat tersebut.
Apakah kalimat itu bersumber dari realitas kebanggaan orang-orang Arab yang
populer atau berasal dari
realitas kebanggaan tradisional? Atau,
apakah berangkat dari
realitas kegembiraan yang dalam dengan kelahiran si cucu, ataukah
kalimat itu bersumber dari suasana ruhani
yang jernih dan bisikan alam gaib? Tentu kami tidak bisa menjawab. Yang
dapat kami ketahui adalah bahwa seseorang tidak akan layak menyandang predikat
manusia yang dipuji di bumi dan dipuji oleh Allah SWT di langit seperti
predikat yang disandang oleh Muhammad bin Abdillah. Nabi Muhammad
saw muncul ke
alam wujud dalam
keadaan yatim. Beliau
ditinggalkan oleh ayahnya saat
beliau masih janin di dalam perut ibunya. Allah SWT berfirman: "Bukankah
Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?" (QS.
adh-Dhuha: 6) Allah SWT melindunginya.
Orang-orang sufi mengatakan
bahwa sebab-sebab kemanusiaan
seperti adanya kakeknya Abdul
Muthalib dan bagaimana ia mengasuhnya dan melindunginya tidak lain hanya
bentuk lahiriah yang
tidak begitu penting,
sedangkan bentuk batiniah
yang sebenarnya adalah kita
berada di hadapan
manusia yang dilindungi
dan diasuh oleh
Tuhannya sejak masih
kecil. Allah SWT mendidiknya saat beliau masih kecil, dan mengujinya
dengan keyatiman saat beliau masih janin serta mengujinya dengan kelaparan
sejak masih kecil, dan dewasa dengan kematian si ibu,
saat beliau masih
kecil dengan keterasingan di
tengah-tengah keramaian, dan
dengan terjaga di tengah-tengah tidur
serta dengan penderitaan
demi penderitaan. Allah
SWT telah menyiapkannya sejak
usia dini untuk memikul beban risalah terakhir.