Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Kamis, 07 Agustus 2025

Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

 Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

 dari rumah-rumah di Mekah yang lahir di sana seorang anak di mana ibunya bernama Aminah binti Wahab dan ayahnya adalah Abdullah, salah seorang tokoh Arab. Anak itu belum     dilahirkan   dan   belum    dapat   tugas   kenabian    dan   ia  belum   memikul     Islam   di  atas pundaknya   dan   belum   menjadi   rahmat   bagi   alam   semesta.   Kemudian   datanglah   Abrahah   yang ingin menghancurkan semua ini tanpa ia mengetahui semua rahasia ini.

kisah kelahiran nabi muhammad


Tragedi   yang   menimpa   Abrahah   adalah   karena   bahwa   ia   berusaha   menentang   kehendak   Ilahi sehingga kehendak Ilahi itu menghancurkannya dengan mukjizat yang mengagumkan. Datanglah banyak burung dengan membawa batu-batuan yang tidak didengar suaranya. Kemudian burung- burung   melemparkan   batu-batu   itu   kepada   Abrahah   beserta  tentaranya.   Semua   ini   berdasarkan rencana   Ilahi   terhadap   rumah-Nya   dan   agama-Nya   serta   nabi-Nya   sebelum   orang   mengetahui bahwa Nabi   Islam telah   bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tidurnya di perut ibunya dan mulai memasuki kehidupan yang keras di muka bumi. Di tengah-tengah kegembiraan Mekah karena keselamatan penghuninya dan selamatnya Ka'bah, Aminah binti Wahab bermimpi: di tengah suatu malam ia menyaksikan dirinya berdiri sendirian di tengah-tengah gurun, dan telah keluar dari dirinya suatu cahaya besar yang menyinari timur dan barat dan terbentang hingga langit. Aminah tiba-tiba terbangun dari tidurnya namun ia tidak mengetahui tafsir dari mimpinya. Berlalulah    hari  demi    hari  dari  tahun  gajah.   Dan   pada   waktu   sahur   dari  malam    Senin   hari keduabelas   dari   bulan   Rabiul   Awal,   Aminah   melahirkan   seorang   anak   kecil   yang   yatim   yang bernama Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib, seorang cucu dari Ismail bin Ibrahim bin Adam. Sebelum      ia  dilahirkan,  dunia   mati   karena   kehausan    padanya.    Kehausan    dunia   sangat   besar kepada cinta, rahmat, dan keadilan. Sekarang teiah berlalu 600 tahun dari kelahiran al-Masih dan orang-orang Masehi telah menjauhi ajaran cinta, bahkan keyakinan-keyakinan berhalaisme telah meresap     kepada    sebagian    kelompok     mereka     dan   kejernihan    ajaran  tauhid   telah   ternodai. Sedangkan   orang-orang   Yahudi   telah   meninggalkan   wasiat-wasiat   Musa   dan   mereka   kembali menyembah lembu yang terbuat dari emas. Dan setiap orang dari mereka lebih memilih untuk memiliki lembu emas yang khusus. Demikianlah, berhalaisme telah menyerang di bumi. Bumi dipenuhi oleh kegelapan. Akal disingkirkan dan Tuhan diiupakan dan mereka menyerahkan diri mereka kepada pembohong.

Ketika   jantung   dunia   telah   terkena   kekeringan,   maka   memancarlah   dari   timur   suatu   mata   air keimanan   yang   jernih   yang   menjadi   puas   dengannya   separo   dunia.   Dan   mukjizat   besar   terjadi ketika    mata    air  ini  mengeluarkan       air  yang   jernih   dari   jantung    gurun   yang    paling   besar ketandusannya       di  dunia,   yaitu   gurun    jazirah  Arab.    Berkenaan     dengan    penggambaran        masa tersebut, dalam hadis yang mulia dikatakan: "Sesungguhnya Allah melihat penduduk bumi lalu Dia murka kepada mereka, baik orang-orang Arab maupun orang-orang Ajam kecuali sebagian kecil dari Ahlulkitab." Di   tenda   yang   kasar,   lahirlah   seorang   anak   yatim   yang   kemudian   bertanggung   jawab   untuk memberikan minum kepada dunia   yang haus pada cinta, keadilan, kebebasan, serta kebenaran. Sementara       itu,  beberapa    langkah     dari  tempat     kelahirannya     terdapat    berhala-berhala     yang memenuhi Baitul 'Athiq dan sekitar Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail agar menjadi rumah Allah SWT dan Dia disembah di dalamnya dan manusia merasa tenteram di dalamnya. Di rumah yang kuno ini—yang dibangun sebelumnya oleh Adam—dipenuhi patung- patung tuhan   yang terbuat dari batu dan kayu. Ini menunjukkan betapa akal orang-orang Arab saat itu mengalami titik terendah. Sementara   itu   nun   jauh   di   sana,   tepatnya   di   Yatsrib   atau   Madinah   dipenuhi   oleh   orang-orang Yahudi yang mereka datang di sana karena melarikan diri dari penindasan orang-orang Romawi. Mereka   tinggal   di   situ   bagaikan   srigala-srigala   di   atas   tanah   yang   tersubur   di   mana   mereka melakukan       monopoli      dalam     perdagangan.      Mereka      membagun       kejayaan     mereka     dengan memanfaatkan orang-orang Arab dan keheranan mereka terhadap diri mereka sendiri. Para cendikiawan Yahudi memperdagangkan segala sesuatu, dimulai dari emas sampai Taurat. Mereka      menyembunyikan          kertas-kertas     darinya    dan   menampakkan         sebagiannya;      mereka mengubah       kertas-kertas    Taurat    itu  untuk   memperkaya       diri  mereka.    Pada    saat  orang-orang Yahudi menyembah emas dan sangat lihai melakukan persekongkolan, orang-orang Arab justru menyembah   batu   dan   mereka   pandai   berperang.   Mereka   juga   lihai   dalam   membuat   syair   lalu menggantungkannya di atas tirai-tirai Ka'bah. Orang-orang Arab hidup di bawah naungan sistem kesukuan di mana kepala suku adalah pemimpin dan nilainya sebanding dengan anak buahnya, dan kemampuan mereka dalam berperang. Dan keutamaan seseorang dilihat dari asal muasalnya serta nilainya juga dilihat dari kefanatikannya serta kebanggannya kepada nasab yang merupakan kemuliannya,   juga   kefanatikannya   terhadap   berhala   tertentu   yang   merupakan   agamanya.   Jadi, segala   bentuk   kemuliaan   dan   kewibawaan   tidak   terbentuk   kecuali   dalam   ruang   lingkup   yang sempit dalam kabilah atau kesukuan.

Sedangkan di tempat yang jauh dari Mekah, Romawi menyerupai burung rajawali yang lemah, namun      belum    sampai    kehilangan     kekuatannya.     Orang-orang      Romawi      sangat   menyanjung kekuatan.   Sedangkan   di   belahan   timur   dari   utara   negeri   Arab,   orang-orang   Persia   menyembah api dan air. Api tetap menyala di tempat peribadatan mereka di mana manusia rukuk untuknya. Dan di sana terdapat danau Sawah yang dianggap suci oleh mereka. Sementara itu, Kisra, raja kaum Persia duduk di atas singgasananya dan memberikan keputusan terhadap   manusia.   Keputusan   Kisra   selalu   didengar   dan   dilaksanakan.   Tidak   ada   seorang   pun yang berani menentangnya dan menolaknya. Orang-orang Persia berhasil mengalahkan Romawi dan Yunani, sehingga mereka menjadi kekuatan yang dahsyat di muka bumi. Meskipun mereka memiliki   kekuatan   yang   sangat   luar   biasa,   namun   penyembahan   api   jelas-jelas   menunjukkan betapa   bodohnya   mereka   dan   betapa   kekuatan   mereka   diliputi   oleh   kebodohan   sehingga   akal mereka tercabut dan mereka terhalangi untuk mencapai kebenaran. Alhasil, kegelapan semakin meningkat di setiap penjuru bumi dan kehidupan berubah menjadi hutan yang lebat di mana di dalamnya   seorang   yang   kuat   akan   menyingkirkan   seorang   yang   lemah   dan   di   dalamnya   yang menang adalah kebatilan. Di tengah-tengah suasana yang demikian kelam, lahirlah seorang anak di tenda Mekah. Ketika anak tersebut lahir, maka padamlah   api   yang disembah oleh kaum Persia dan keringlah danau Sawah yang disucikan oleh manusia, bahkan robohlah empat belas loteng dari istana Kisra. Dan setan   merasa   bahwa   penderitaan   yang   besar   telah   merobek-robek   hatinya.   Ini   semua   sebagai simbol   dimulainya   kehancuran   kejahatan   atau   keburukan   di   muka   bumi   dan   terbebasnya   akal manusia      dari  penyembahan       terhadap    sesama    manusia    atau   terhadap    hal-hal   yang   bersifat khurafat. Manusia diajak hanya untuk menyembah kepada Allah SWT. Kelahiran Rasul sebagai bukti   hilangnya   kelaliman,   sebagaimana   kelahiran   Nabi   Musa   yang   menunjukkan   kebebasan Bani Israil dari kelaliman Fir'aun. Ajaran Muhammad bin Abdillah merupakan ajaran revolusi yang paling meyakinkan dan yang paling   penting   yang   pernah   dikenal   di   dunia;   ajaran   yang   bertugas   untuk   menyelamatkan   dan membebaskan   akal   dan   materi.   Tentara   Al-Qur'an   adalah   tentara   yang   paling   adil   dan   paling berani   untuk   menghancurkan   orang-orang   yang   lalim.   Kita   akan   melihat   dalam   sejarah   Nabi bahwa kejadian-kejadian luar biasa telah mengelilingi Ka'bah sebelum kelahirannya. Kemudian terjadilah peristiwa luar biasa setelah kelahirannya di mana terjadilah peristiwa pembelahan dada pada saat beliau masih kecil, begitu juga beliau dinaungi oleh awan di waktu kecil, bahkan beliau terkenal pada saat masih kecil dengan kecenderungan untuk meninggalkan permainan-permainan yang   biasa   dimainkan   oleh   anak-anak   kecil   seusia   beliau.   Allah   SWT   memberikan   penjagaan khusus   kepadanya   sehingga   Jibril   as   turun   kepadanya   dengan   membawa   wahyu.   Selanjutnya,

mukjizatnya   yang pertama adalah mukjizat   yang terdapat pada kepribadiannya dan pemikiran- pemikirannya.       Itulah  yang   menjadi    mukjizatnya     yang   terbesar   setelah   Al-Qur'an;    itu   adalah bangunan ruhani yang tinggi di mana beliau mampu menahan penderitaan di jalan Allah SWT. Dan     dalam     menegakkan       kebenaran,     beliau   memikul      berbagai    macam      rintangan.    Beliau melaksanakan   amanat   yang   diembannya   secara   sempuma   dan   sebaik-baik   mungkin.   Hal   yang indah yang dikatakan tentang mukjizat Nabi setelah diutusnya beliau adalah bahwa beliau tidak mempunyai mukjizat selain usaha membebaskan akal: tanpa memiliki kekuatan luar biasa selain membebaskan pikiran, tanpa dalil selain kalimat Allah SWT. Sedangkan       Isa  bin   Maryam      telah   berdakwah      dan   mengajak     manusia     untuk    menciptakan kesamaan,      persaudaraan,     dan   cinta  kasih   di  antara   mereka,    namun     Muhammad        saw   diberi karunia   untuk   mewujudkan   persamaan,   persaudaraan,   dan   cinta   kasih   di   antara         orang-orang mukmin di tengah-tengah kehidupannya dan setelah kehidupannya. Ketika Nabi   Isa mampu menghidupkan orang-orang   yang mati dan mengeluarkan mereka dari kuburan, Muhammad bin Abdillah menghidupkan orang-orang hidup dari kematian mereka yang tidak    pernah    mereka    sadari.   Itu  adalah    bentuk    kematian     yang   paling    berat.  Beliau    juga mengeluarkan   rnereka   dari   kegelapan   dan   kebodohan   menuju   cahaya   ilmu,   dan   dari   belenggu syirik dan kekufuran menuju dunia tauhid. Sulaiman sebagai seorang Nabi dan raja mampu memperkerjakan jin untuk mengabdi padanya, bahkan      mereka    mampu      terbang    beribu-ribu    mil   untuk    menghadirkan       singgasana     musuh- musuhnya   agar   mereka   semua   tercengang   terhadap   kemampuannya,   sehingga   mereka   masuk Islam.   Namun   Muhammad   saw   justru   mengabdi   kepada   Islam   hanya   sebagai   seorang   tentara yang   sederhana.   Beliau   mengetahui   bahwa  ketika   beliau   lalai   sesaat   saja   dari   dakwah   di   jalan Allah SWT, maka kesempatannya dalam menyebarkan agama Islam akan hilang. Di saat terjadi peristiwa besar dalam peperangan, tiba-tiba azan salat dikumandangkan, sehingga para    pasukan     yang    berperang    mengerjakan       salat.  Tidak    ada   malaikat    yang    turun   untuk melindungi      mereka    ketika   salat  atau   mencegah     datangnya     anak-anak     panah    dari  punggung mereka saat sujud. Karena itu, hendaklah para pasukan melindungi dirinya sendiri. Para pasukan mukmin berusaha salat secara bergantian: sebagian mereka salat dan sebagian mereka bertugas untuk menjaga.

Allah SWT berfirman: "Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan   menyandang   senjata,   kemudian   apabila   mereka   sujud   (telah   menyempurnakan   serakaat), maka   hendaklah   mereka   pindah   dari   belakangmu   (untuk   menghadapi   musuh)   dan   hendaklah datang    golongan     yang   kedua   yang    belum   bersembahyang,       lalu  bersembahyanglah      mereka denganmu,   dan   hendaklah   mereka   bersiap   siaga   dan   menyandang   senjata.   Orang-orang   kafir ingin   agar   kamu   lengah   terhadap   senjatamu   dan   harta   bendamu,   lalu   mereka   menyerbu   kamu dengan sekaligus."(QS. an-Nisa': 102) Selesailah     masalah    itu  dan   tidak   adak    malaikat    yang   turun   untuk    melindunginya      dan menolongnya. Ini adalah masa kematangan akal dan masa keletihan para nabi dan orang-orang mukmin.   Dan   sesuai   kadar   keletihan   mereka   dalam   menyampaikan   ajaran   Islam,   mereka   pun akan mendapatkan balasan yang besar. Pada masa para nabi sebelum Nabi Muhammad saw, mereka menghadirkan mukjizat-mukjizat kepada kaum mereka saat memulai dakwah, sehingga kaum tersebut mempercayai apa saja yang mereka bawa, sedangkan Nabi Muhammad bin   Abdillah tidak menghadirkan kepada kaumnya selain dirinya dan ketulusannya. Allah     SWT     telah   memutuskan      untuk    melindungi     Musa     dan   memerintahkannya        untuk mengangkat       gunung    di  atas  kaumnya     hingga   mereka    beriman    kepada    Taurat,   atau  untuk menjatuhkan gunung tersebut di atas mereka. Ketika mengetahui hal yang Demikian itu, orang- orang Yahudi sujud dengan meletakkan pipi mereka di atas tanah dan mereka mengamati bukit batu yang berada di atas kepala mereka yang diangkat oleh tangan yang tersembunyi. Sedangkan Nabi Muhammad bin Abdillah tak pernah memaksa seseorang pun. Berimanlah beberapa orang kepadanya   dan   puaslah   beberapa   orang   kepadanya   dan   matilah   bersamanya   orang-orang   yang mati   dalam   keadaan   puas.   Beliau   tidak   membawa   pedang   kecuali   saat   panah     yang   beracun mendekati jantung Islam dan mengancamnya. Dakwah      para  nabi   menuntut    terjadinya   mukjizat   demi   mukjizat.   Ini  karena   masa   kekanak- kanakan manusia serta kelemahan akal dan hilangnya panca indera menuntut rahmat Allah SWT untuk mendatangkan mukjizat yang sesuai dengan masa turunnya mukjizat tersebut dan budaya masyarakat setempat. Adalah hal   yang maklum bahwa di tengah-tengah penduduk Mekah saat itu tidak terdapat orang-orang yang cerdas atau orang-orang yang bijak yang mampu menyerap kata-kata yang baik.

 

Dan kesulitan yang dihadapi oleh Islam adalah bahwa ia tidak diturankan pada   masa  ini   saja,   tetapi   Islam   diturunkan   untuk   setiap   masa.   Allah   SWT   mengetahui   bahwa manusia   telah   memasuki   masa   kematangan   berpikir   yang   mengagumkan,   maka   hikmah-Nya menuntut      bahwa   pernyataan      yang   pertama   kali    disebutkan   dalam   risalah-Nya   adalah   "iqra'" (bacalah). Di samping itu, risalah tersebut mengandung pemikiran yang universal, sistem yang membangun, dan hukum yang mempesona, serta kebebasan yang diidamkan, dan manusia yang sempurna. Adalah tidak mengurangi kehormatan para nabi sebelum Nabi Muhammad saw di mana mereka tidak   diutus   di  masa-masa   kematangan   pemikiran,   tetapi          yang   menambah   kehormatan   Nabi Muhammad   saw   bahwa   beliau   diutus   di   tengah-tengah   masa   kematangan   berpikir,   dan   beliau diutus sebelum datangnya masa ini. Beliau memikul berbagai lipat cobaan yang pernah dipikul oleh para nabi; beliau berdakwah dengan menanggung berbagai lipat godaan dan cobaan; beliau mengalami   siksaan   yang   pernah   dialami   oleh   semua   para   nabi;   beliau   mencintai   Allah   SWT sebagaimana   para   nabi   mencintai-Nya.   Allah   SWT   memuliakannya   ketika   beliau   mengimami mereka   di   saat   salat   pada   saat   beliau   melakukan   Isra'   dan   Mi'raj.   Meskipun   demikian,   ketika beliau     keluar     pada    suatu    hari    menemui       sahabat-sahabatnya        dan     mendapati      mereka mengutamakan para nabi dan mendahulukannya atas mereka, maka beliau justru menampakkan kemarahan   dan   wajahnya   berubah.   Beliau   berkata:   "Janganlah   kalian   mengutamakan   aku   atas Yunus bin Mata." Melalui pernyataan itu, beliau berusaha meletakkan suatu pondasi pemikiran yang harus dilalui oleh   kaum   Muslim   di   mana   para   nabi   memang   memiliki   derajat   tertentu   di   sisi   Allah   SWT. Boleh jadi ada nabi   yang lebih afdal atau   yang lebih mulia daripada   yang lain. Siapakah   yang menetapkan hal itu? Tidak ada seorang pun selain Allah SWT. Ada pun kaum Muslim hendaklah mereka   berhenti   pada   batas   tertentu   yang   seharusnya   mereka   berikan   berkaitan   dengan   sopan santun   terhadap   para   nabi.   Selama   Allah   SWT   menyampaikan   shalawat   kepada   rasul   sebagai bentuk   penghormatan   dan   memerintahkan   mereka   untuk   menyampaikan   shalawat   kepadanya, dan   selama   Rasulullah   seperti   nabi-nabi   yang   lain,   maka   hendaklah   mereka   juga   bershalawat kepada semua nabi tanpa perbedaan, meskipun pada bentuk shalawat itu sendiri. Sementara itu, bayi yang mungil itu yang lahir di Mekah bergerak setelah tahun gajah. Kemudian berita tersebar di sana sini dan Sampailah ke telinga kakeknya bahwa cucunya telah dilahirkan. Abdul Muthalib segera menuju ke tempat itu dan membawa cucunya yang yatim lalu berkeliling dengannya       di  Ka'bah    sambil   memikirkan      namanya.      Abdul    Muthalib     tidak  merasa    terpukau dengan nama-nama yang mulai beredar di benaknya. Ia tampak bingung menentukan nama yang paling   tepat   buat   cucunya,   bahkan   kebingungannya   itu   berlanjut   sampai   enam   hari,   sehingga sang Nabi disunat.

Ketika malam telah menyelimuti kawasan Mekah, datanglah kepadanya suara yang     sama    yang   dulu    pernah   dilihatnya    dan   didengarnya      yang    memerintahkannya        untuk menggali   zamzam.   Di   tengah-tengah   tidurnya,   suara   itu   membisikkan   kepadanya   bahwa   nama cucunya berasal dari al-Ham, yang berarti Muhammad atau Ahmad. Orang-orang Quraisy bertanya kepada Abdul Muthalib: "Nama apa yang engkau berikan kepada cucumu?"   Abdul   Muthalib   menjawab   sambil   mengingat   bisikan   suara   yang   didengarnya   saat mimpi, "Muhammad." Nama tersebut sebenamya tidak umum di kalangan orang-orang Jahilliyah. Mereka   bertanya,   "Mengapa   Abdul   Muthalib   tidak   memakai   narna-nama   kakek-kakeknya   dan nama-nama   yang   biasa   dipakai   di   kalangan   mereka."   Abdul   Muthalib   menjawab:   "Aku   ingin Allah SWT memujinya di langit dan manusia memujinya di bumi." Kami tidak mengetahui dorongan apa yang mendikte Abdul Muthalib untuk menyatakan kalimat tersebut. Apakah kalimat itu bersumber dari realitas kebanggaan orang-orang Arab yang populer atau    berasal    dari   realitas  kebanggaan       tradisional?    Atau,   apakah     berangkat     dari   realitas kegembiraan yang dalam dengan kelahiran si cucu, ataukah kalimat itu bersumber dari suasana ruhani   yang jernih dan bisikan alam gaib? Tentu kami tidak bisa menjawab. Yang dapat kami ketahui adalah bahwa seseorang tidak akan layak menyandang predikat manusia yang dipuji di bumi dan dipuji oleh Allah SWT di langit seperti predikat yang disandang oleh Muhammad bin Abdillah. Nabi   Muhammad   saw   muncul   ke   alam   wujud   dalam   keadaan   yatim.   Beliau   ditinggalkan   oleh ayahnya saat beliau masih janin di dalam perut ibunya. Allah SWT berfirman: "Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?" (QS. adh-Dhuha: 6) Allah SWT melindunginya.   Orang-orang   sufi   mengatakan   bahwa   sebab-sebab   kemanusiaan   seperti   adanya kakeknya Abdul Muthalib dan bagaimana ia mengasuhnya dan melindunginya tidak lain hanya bentuk   lahiriah   yang   tidak   begitu   penting,   sedangkan   bentuk   batiniah   yang   sebenarnya   adalah kita   berada   di   hadapan   manusia   yang   dilindungi   dan   diasuh   oleh   Tuhannya   sejak   masih   kecil. Allah SWT mendidiknya saat beliau masih kecil, dan mengujinya dengan keyatiman saat beliau masih janin serta mengujinya dengan kelaparan sejak masih kecil, dan dewasa dengan kematian si   ibu,   saat   beliau   masih   kecil   dengan   keterasingan   di   tengah-tengah   keramaian,   dan   dengan terjaga   di   tengah-tengah   tidur   serta   dengan   penderitaan   demi   penderitaan.   Allah   SWT   telah menyiapkannya sejak usia dini untuk memikul beban risalah terakhir.

0 comments:

Posting Komentar