Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Rabu, 06 Agustus 2025

 Kisah Pasukan Abrahahh menyerang kota Mekkah

Abrahahh   adalah   seorang   penguasa   Yaman,   yaitu   pada   saat   Yaman   tunduk   kepada   Habasyah setelah    penguasa    Persia   diusir.  Di   Yaman     ia  membangun       suatu   gereja   yang   menunjukkan bangunan   yang   menakjubkan. 

pasukan gajah

  Abrahahh   membangunnya   dengan   niat   agar   orang-orang   Arab berpaling   dari   Baitul   Haram   di   Mekah.   Ia   melihat   betapa   orang-orang   Yaman   tertarik   dengan rumah tersebut. Dan ketika ia tidak melihat gereja yang dibangunnya memiliki daya tarik seperti itu   dan   tidak   mampu     menarik     hati  orang-orang     Arab,    maka    ia  berkeinginan     kuat   untuk menghancurkan         Ka'bah,   sehingga    orang-orang     tidak   menuju     ke  Ka'bah    lagi  melainkan     ke gerejanya.   Demikianlah   akhirnya   ia   menyiapkan   pasukan           yang   besar   yang   dipenuhi   dengan berbagai senjata, kemudian pasukan itu menuju Ka'bah. Pasukan      Abrahahh      terdiri  dari   kelompok      gajah    yang    besar   yang    digunakannya       untuk menghancurkan Ka'bah. Gajah-gajah itu bagaikan tank-tank yang kita gunakan saat ini. Orang- orang    Arab    pun   mendengar      rencana   tersebut.   Memang      orang-orang     Arab    saat  itu  terkenal sebagai   penyembah   berhala,   meskipun   demikian   mereka   sangat   memberikan   penghargaan   dan penghormatan terhadap Ka'bah, karena mereka meyakini bahwa mereka adalah anak-anak Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as pemelihara Ka'bah. Perjalanan   pasukan   tiba-tiba   dihadang   oleh   seorang   lelaki   yang   mulia   dari   penduduk   Yaman yang    bernama     Dunaher.    Ia  mengajak     kaumnya      dan  dari   kalangan    orang-orang     Arab   untuk memerangi Abrahahh, sehingga ada beberapa orang yang mengikutinya. Abrahahh berhadapan

dengan   tentara   tersebut   tetapi   pasukan   yang   sedikit   itu   dapat   dengan   mudah   dipatahkan   oleh pasukan   kafir   yang   besar   itu.   Kemudian   Dunaher   pun   kalah   dan   menjadi   tawanan   Abrahahh. Pasukan   Abrahahh   tersebut   juga   sempat   ditentang   oleh   Nufail   bin   Hubaid   al-Aslami,   namun Abrahahh pun dapat mengalahkan mereka dan berhasil menawan Nufail. Kemudian ketika Abrahahh melewati kota Taif, menghadaplah kepadanya beberapa orang tokoh setempat,   dan   mereka   tampak   gemetar   ketakutan   dan   berkata   kepadanya   bahwa  sesungguhnya 'rumah' yang ditujunya tidak berada di tempat mereka, tetapi berada di Mekah. Hal itu mereka sampaikan dengan maksud untuk memalingkannya dari rumah berhala mereka, di mana mereka membangun   di   dalamnya   berhala   yang   bernama   Latha   kemudian   mereka   mengutus   seseorang yang akan menunjukkan kepada Abrahahh letak Ka'bah. Ketika Abrahahh berada di antara Taif dan Mekah, ia mengutus seorang pemimpin pasukannya sehingga ia melihat keadaan Mekah. Di sana   ia   merampas   banyak   harta   dari   kaum     Quraisy   dan   selain   mereka,   dan   di   antara  yang dirampasnya adalah dua ratus unta milik Abdul Muthalib bin Hasyim. Saat itu Abdul Muthalib adalah salah seorang pembesar Quraisy dan pemimpin mereka, serta pengawas sumur Zamzam. Kedatangan       utusan   Abrahahh      di  Mekah     telah  menimbulkan       gejolak    pada   kabilah-kabilah. Akhirnya kaum Quraisy bergerak, begitu juga kaum Khananah. Kemudian mereka mengetahui bahwa      mereka     tidak   memiliki    kemampuan        untuk    melawan     Abrahahh,      sehingga    mereka membiarkannya,   lalu   tersebarlah   di   Jazirah   Arab   berita   tentang   datangnya   pasukan   yang   kuat yang     sulit  untuk    ditandingi.    Dalam     surat   yang    dibawa     oleh   utusannya     itu,  Abrahahh menyampaikan bahwa ia tidak datang untuk memerangi mereka, namun ia datang hanya untuk menghancurkan         Ka'bah.   Jika   mereka    tidak   menentangnya,      maka    darah   mereka     tidak  akan ditumpahkan.   Lalu   utusan   itu   menemui   Abdul   Muthalib,   ia   menceritakan   tentang   keinginan Abrahahh.      Abdul    Muthalib     berkata:   "Kami     tidak   ingin  memeranginya        karena   kami    tidak memiliki kekuatan. Ka'bah adalah rumah Allah SWT yang mulia dan suci, dan rumah kekasih- Nya   Ibrahim.   Jika   Ia   mencegahnya,   maka   itu   adalah   rumah-Nya   dan   tempat   suci-Nya,   namun jika    Ia    membiarkannya,        maka      demi    Allah     kami     tidak    memiliki     kekuatan      untuk mempertahankannya." Kemudianutusan itu pergi bersama Abdul Mutihalib menuju Abrahahh. Abdul     Muthalib     adalah   seseorang     yang   sangat   terpandang     dan   sangat   mulia.   Ia  memiliki kewibawaan        dan  kehormatan      yang   mengagumkan.        Ketika    Abrahahh     melihatnya,    Abrahahh menampakkan         penghormatan      kepadanya.     Abrahahh     memuliakannya        dan   mendudukannya        di bawahnya,   ia   tidak   suka   bahwa   ia   duduk   bersamanya   di   kursi   kekuasaannya.   Lalu   Abrahahh turun dari kursinya dan duduk di atas sebuah permadani dan mendudukkan Abdul Muthalib di sisinya.   Kemudian   ia   berkata   kepada   penerjemahnya:   "Katakan   padanya   apa   kebutuhannya?" Abdul   Muthalib   berkata:   "Kebutuhanku   adalah   agar   Abrahahh   mengembalikan   dua   ratus   ekor unta   yang   diambilnya   dariku"   Ketika   Abdul   Muthalib   mengatakan   demikian,   wajah   Abrahahh berubah, lalu ia berkata kepada penerjemahnya: "Katakan padanya sungguh aku merasa kagum ketika   melihatnya,   kemudian   aku   merasakan   kehati-hatian   saat   berbicara   dengannya,   apakah engkau   berbicara   denganku   tentang   dua   ratus      ekor   unta   yang   telah   aku   ambil,   lalu   engkau membiarkan   rumah   yang   merupakan   simbol   agamanya   dan   kakek-kakeknya,   yang   aku   datang untuk     menghancurkannya         dan   dia   tidak   menyinggungnya        sama    sekali"    Abdul    Muthalib menjawab:       "Aku    adalah   pemilik    unta,   sedangkan     pemilik    rumah    itu  adalah    Tuhan    yang melindunginya."       Abrahahh     berkata:   "Dia   tidak   akan   mampu     melindunginya      dariku."   Abdul Muthalib menjawab: "Lihat saja nanti!" Selesailah   dialog   antara   Abdul   Muthalib   dan   Abrahahh.   Abrahahh   pun   mengembalikan   unta yang telah dirampasnya. Abdul Muthalib pergi menemui orang-orang Quraisy dan menceritakan apa yang dialaminya, dan ia memerintahkan mereka untuk meninggalkan Mekah dan berlindung dibalik gua-gua di gunung. Akhirnya kota Mekah dikosongkan oleh   pemiliknya. Aminah binti Wahab keluar ke gunung-gunung di dekat kota Mekah kemudian malaikat turun di bumi Jarzirah Arab. Abdul Muthalib berdiri dan memegangi pintu Ka'bah dan berdiri bersama dengan sekelompok orang-orang Quraisy, mereka berdoa kepada Allah SWT dan meminta perlindungan-Nya, agar para malaikat memerintahkan gajah-gajah tidak melangkahkan kakinya sehingga gajah itu pun tetap   di   tempatnya   dan   menaati   perintah   para   malaikat,   kemudian   gajah-gajah   itu   menerima pukulan yang dahsyat namun gajah-gajah itu tetap berdiam di tempatnya, gajah-gajah itu tampak gemetar dan berteriak tetapi lagi-lagi gajah-gajah itu menolak untuk bergerak dan tidak bergerak selangkah   pun.   Abrahahh   bertanya:   "Mengapa   pasukan   tidak   bergerak?"   Kemudian   dikatakan kepadanya       bahwa    gajah-gajah     menolak     untuk    bergerak.    Abrahah     mengangkat      cemetinya. Dengan muka emosi, ia ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan gajah-gajahnya. Matahari saat itu bersinar dan ia duduk di kemahnya. Ketika ia keluar, matahari bersembunyi di balik   segerombolan   burung.   Abrahah   mengangkat   pandangannya   ke   arah   langit.   Mula-mula   ia membayangkan   bahwa   ia   melihat   sekawanan   awan   yang   hitam.   Kemudian   ia   mengamat-amati awan   itu.   Dan   ternyata   ia   bukan   awan   biasa.   Itu   adalah   sekelompok   burung   yang   menutupi cahaya matahari dan menyerupai awan yang tebal. Burung ababil, burung yang banyak. Gajah-gajah   semakin   berteriak   dengan   kencang   dan   tampak   ketakutan.   Dan   rasa   takut   itu   kini menghinggapi       seluruh    pasukan.    Abrahah    berteriak   di  tengah-tengah     pasukannya   agar  gajah diusahakan   untuk   maju   secara   paksa.

Kemudian   terbukalah   salah   satu   jendela   dari   jendela   al- Jahim, dan burung-burung itu menghujani pasukan dengan batu dari Sijil, yaitu batu yang sama yang   pernah   dihujankan   kepada   kaum   Nabi   Luth.   Batu   itu   menyerupai   bom-bom   atom   yang digunakan saat ini. Jika Anda membaca buku-buku kuno, maka Anda akan mengetahui bagaimana peristiwa  yang menimpa   pasukan   Abrahah.   Anda   akan   membayangkan   bahwa   Anda   berada   di   hadapan   suatu kekuatan yang menghancurkan yang tidak diketahui asal muasalnya. Dunia mengenali sebagian darinya   setelah   empat   belas   abad   dari   peristiwa   tersebut.   Buku-buku   itu   mengatakan   bahwa pasukan itu dihancurkan dengan penghancuran yang dahsyat. Para tentara Abrahah kembali dalam keadaan binasa di mana daging-daging dari tubuh mereka berceceran   di   jalan.   Abrahah   pun   mendapatkan   luka   dan   mereka   keluar   dari   tempat   itu   dalam keadaan   dagingnya   terpisah   satu   persatu.   Abrahah   pun   terbelah   dadanya   dan   mati.   Kemudian jasad   para   pasukannya   tersebar   dan   berceceran   di   bumi,   seperti   tanaman   yang   dimakan   oleh binatang. Setelah mendekati setengah abad, turunlah suatu surah di Mekah   yang menceritakan tentang peristiwa itu: "Apakah kamu tidak memperhatikan bagimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka 'bah) itu sia-sia? Dan     Dia   mengirimkan      kepada    mereka     burung    yang   berbondong-bondong,         yang   melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadihan mereka seperti daun yang dimakan (ulat)." (QS. al-Fil: 1-5) Pasukan      gajah    yang    ingin   memporak-porandakan          Mekah      dikalahkan.     Kemudian      mereka dihancurkan       dan  Tuhan     pemilik   Ka'bah    berhasil   melindungi     rumah    suci-Nya.    Perlindungan tersebut bukan sebagai penghormatan bagi orang yang tinggal di rumah itu dan bukan sebagai bentuk pengkabulan doa kaum yang menyembah berhala yang memenuhi tempat itu. Allah SWT sebagai     Pelindung     Ka'bah    memeliharanya      karena    adanya    hikmah     yang   tinggi;  Allah    SWT menginginkan sesuatu bagi rumah itu; Allah SWT ingin melindunginya agar tempat itu menjadi tempat yang damai bagi manusia dan supaya tempat itu menjadi pusat dari akidah yang baru dan menjadi tanah bebas yang aman, yang tidak dikuasai oleh seseorang pun dari luar dan juga tidak didominasi oleh pemerintahan asing yang akan membatasi dakwah.

0 comments:

Posting Komentar