Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Sabtu, 16 Agustus 2025

Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang paling utama

 Nabi Muhammad sebagai manusia yang paling utama

Beliau adalah orang yang paling utama di antara manusia semuanya; beliau memiliki keutamaan yang     melebihi    semua    manusia;    beliau   memiliki     rahmat   dan   kemuliaan     yang    tidak  dapat ditandingi oleh seseorang pun. 

nabi muhammad saw pemimpin para nabi

Meskipun beliau datang sebagai Nabi yang terakhir namun justru karena posisi beliau sebagai Nabi yang terakhir, maka beliau menjadi bata yang terakhir dalam pembangunan rumah kenabian yang tinggi, sehingga bata yang terakhir itu harus menjadi puncak pembangunan manusia. Sedangkan ayat yang kedua adalah firman-Nya: "Dan Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta." (QS. al-Anbiya': 107) Beliau   bukan   hanya   menjadi   rahmat   bagi   orang-orang   Arab   saja;   beliau   bukan   hanya   menjadi rahmat bagi orang-orang Quraisy dan beliau bukan menjadi rahmat bagi zamannya saja, begitu juga beliau tidak menjadi rahmat bagi jazirah Arab saja, tetapi beliau menjadi rahmat bagi alam semesta; beliau senantiasa menjadi rahmat bagi alam semesta: dimulai dari diturunkannya wahyu kepadanya dengan kalimat iqra hingga Allah SWT mewariskan bumi dan apa saja yang ada di dalamnya   kepada   orang-orang   yang   berhak   mewarisinya   sampai   hari   kiamat.   Alhasil,   beliau adalah rahmat yang dihadiahkan kepada manusia; beliau adalah rahmat yang tidak menonjolkan mukjizat     yang    mengagumkan,       tetapi  beliau   adalah   rahmat    yang    memulai     dakwah    dengan mengutamakan fungsi akal atau pembacaan dua kitab: pertama, pembacaan kitab alam atau Al- Qur'an   yang   diciptakan   atau   kalimat-kalimat   Allah   SWT   yang   terdiri   dari   jutaan   bentuk   dan kedua   pembacaan   Al-Qur'an   yang   diturunkan   melalui   malaikat   Jibril   di   mana   ia   merupakan kalamullah yang abadi. Dan kitab alam dibaca dengan ribuan cara: dibaca melalui penelusuran dunia: "Katakanlah:   'Berjalanlah   kamu   di   mnka   bumi   dan   amat-amatilah.'"   (QS.   an-Naml:   69)   Atau dibaca   melalui   usaha   menyingkap   misteri   dan   penggunaan   akal:   "Kami   akan   memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. " (QS. Fushilat: 53) Atau dibaca melalui ilmu dan pengamatan: "Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat     berdiam,    dan    yang   telah   menjadikan     sungai-sungai      di  celah-celahnya,     dan   yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut 1 Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (QS. an-Naml: 61) Jika di sana terdapat ribuan jalan atau cara untuk membaca kalimat-kalimat Allah SWT dan kitab alam, maka di sana terdapat satu jalan untuk membaca kalamullah yang abadi, yaitu hendaklah Al-Qur'an   dibaca   dengan   mata   hati   dan   kecermelangan   basirah,   sehingga   Al-Qur'an   menjadi bagian akhlak dari yang membaca sesuai dengan kemampuannya. Sebelum   turunnya   Al-Qur'an,   dunia   diliputi   dengan   kekurangan,   baik        secara   materi,   ruhani, undang-undang maupun dari dimensi kehidupan yang biasa melekat pada manusia saat itu.

Dan sebelum   diutusnya   Rasul   saw   yang   beliau   adalah   manusia   yang   sempurna   dan   paling   utama, alam    belum    mencapai     puncak    dari  penyerahan     diri  kepada    Allah   SWT     atau  puncak    dari keutamaan akhlak. Ketika Rasulullah saw diutus, maka manusia mengalami kesempurnaan dan mampu      mencapai     tingkat   kesempurnaannya.       Dengan    Kitab   yang   mulia    ini  dan  Nabi   yang pengasih,     Allah   SWT     yang   menyempurnakan         agama    bagi   manusia    dan   menyempurnakan nikmat-Nya atas mereka, sebagaimana firman-Nya: "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itujadi agama bagimu. " (QS. al-Maidah: 3) Namun semua itu tidak terwujud begitu saja, Nabi yang mulia harus berjuang secara serius dan sungguh-sungguh,        sehingga    beliau  menjadi    manusia     yang   paling  layak   untuk   mendapatkan pujian pendduduk bumi dan penduduk langit. Dan Rasulullah saw telah melakukan semua itu. Kita   tidak   mengenal   seorang   nabi    yang   perasaannya   dihina   dan   dicaci   maki   lebih   dari   apa diterima    oleh   Muhammad        bin  Abdillah;    kita  tidak  mengenal     seorang    nabi  yang    memikul berbagai     penderitaan,    dan   memiliki     kesabaran    yang    mengagumkan        di  jalan  Allah    SWT sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi kita. Kemudian, seorang yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta tidak akan mengajak manusia menuju kebenaran kecuali jika manusia tersebut dari   kalangan orang-orang yang kafir dan membangkang. Beliau berdakwah bagi orang yang berhak mendapatkan dakwah; beliau siap memikul tanggung jawab dakwah dengan berbagai tantangan dan cobaannya; beliau menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Setelah itu, beliau datang kepada Allah SWT dengan hati yang puas dan air mata yang bercucuran dan dengan suara berbisik berkata: "Ya Allah, jika tidak ada kemurkaan pada diri-Mu, maka aku tidak akan peduli dengan manusia." Segala sesuatu akan menjadi mudah jika di sana terdapat ridha Allah SWT.

Read More

Jumat, 15 Agustus 2025

Doa Nabi Sulaiman as

Doa Nabi Sulaiman as

Doa Nabi Sulaiman As(AFIF RAHMAN,ST) 

السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

اَلْسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

أَلَّا تَعْلُوا۟ عَلَىَّ وَأْتُونِى مُسْلِمِينَ

 

qâla rabbighfir lî wa hab lî mulkal lâ yambaghî li'aḫadim mim ba‘dî, innaka antal-wahhâb Innahụ min sulaimāna wa innahụ bismillāhir-raḥmānir-raḥīmAllā ta'lụ 'alayya wa`tụnī muslimīn

Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut (dimiliki) oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".

Read More

Terpilihnya Nabi Muhammad sebagai penutup Risalah (Utusan Terakhir)

 Terpilihnya Nabi Muhammad sebagai penutup Risalah (Utusan Terakhir)

Kehendak    Allah    SWT terlaksana dan Allah SWT telah memilih Nabi yang terakhir di muka bumi      Muhammad  bin  Abdillah   datang    untuk   menyerukan      bahwa    hanya   Allah   SWT     yang   patut disembah dan bahwa semua manusia adalah hamba-hamba-Nya. Dengan membebaskan manusia dari   menyembah   sesama   mereka,   maka   kebebasan   yang   hakiki   telah   dimulai.   Rasulullah   saw memberitahu bahwa kematian adalah perpindahan dari satu rumah ke rumah yang lain. Ia bukan akhiran    yang    misteri  dari  kehidupan     yang   tidak   dapat   dipahami,    tetapi  ia  hanya   sekadar perpindahan. Takut kepada kematian tidak akan   menyelamatkan dari kematian itu sendiri, dan cinta kepada kehidupan tidak akan memanjangkan ajal. Pada setiap ajal ada ketentuannya. Maka keberanian merupakan unsur dari unsur-unsur pembentukan kepribadian Islam dan bagian dari bagian-bagian sel yang ada dalam tubuh seorang Muslim.

nabi muhammad utusan terakhir

 Rasulullah saw juga menyatakan bahwa rezeki di dunia sudah dijamin dan ditentukan oleh Allah SWT: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. " (QS. Hud: 6)v Jibril mewahyukan kepada Rasul saw bahwa suatu jiwa tidak akan memenuhi ajalnya sehingga rezekinya   disempurnakan.   Jika   demikian   halnya,   maka   tidak   ada   alasan   bagi   manusia   untuk khawatir   terhadap   rasa   lapar   dan   gelisah   terhadap   hari   esok.   Semua   ini   terjadi   dalam   ruang lingkup mengambil atau melalui jalanjalan menuju sebab. Yakni berusaha untuk mencapai rezeki yang merupakan kewajiban bagi orang Muslim dan percaya terhadap kedermawan Allah SWT yang juga merupakan suatu kewajiban bagi orang Muslim untuk mempercayainya. Allah SWT berfirman: "Dan     di  langit  terdapat   (sebab-sebab)     rezekimu     dan   terdapat   (pula)  apa   yang    dijanjikan kepadamu. " (QS. adz-Dzariat: 22) Allah    SWT     telah  menjamin     rezeki   di  dunia   dan   memerintahkan      manusia    untuk    berusaha mencapai      rezeki  di  akhirat.  Rezeki    di  dunia  adalah   sesuatu   yang   sudah    dijamin,   sehingga manusia   tidak   perlu   melakukan   usaha   yang   terlalu   sengit   untuk   mencapainya.   Cukup   baginya untuk berusaha secara benar dan seimbang. Sedangkan berkenaan dengan rezeki akhirat, Allah SWT memerin-tahkan manusia untuk berusaha mencapainya karena ia adalah rezeki yang Allah SWT tidak menjaminnya kecuali jika manusia berhasil melampaui dua jihad: jihad   yang besar dan jihad yang kecil. Jihad besar adalah jihad melawan hawa nafsu dan jihad kecil adalah jihad melawan musuh di medan perang.

Dengan terbebasnya seorang Muslim dari kerisauan pada kematian, rezeki, dan rasa takut, maka Islam   memberi   seorang   Muslim   senjatanya   dan   alat-alatnya   dan   ia   memerintahkannya   untuk mulai   memerangi   kekuatan-kekuatan   kelaliman   di   muka   bumi.   Allah   SWT   berfirman   tentang umat Islam: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali 'Imran: 110) Perhatikanlah,      bagaimana      Allah   SWT     menyebutkan       amal    makruf    nahi   mungkar     sebelum keimanan       kepada     Allah     SWT.     Ini   dimaksudkan        agar   akal    manusia      tergugah     akan pentingnyajihad   di   jalan   Allah   SWT.   Amal   makruf   dan   nahi   mungkar   tidak   terwujud   semata- mata   dengan   memegang   tongkat   dan   mencambukannya   kepada   punggung   orang-orang   Islam yang   tidak   salat;   ia   juga   tidak   berupa   usaha   untuk   menahan   orang-orang   Muslim   yang   tidak berpuasa.   Masalah   itu   lebih   penting   dan   lebih   besar   dari   sekadar   memperhatikan   hal-hal   yang bersifat lahiriah, sedangkan hal-hal yang bersifat batiniah tidak diperhatikan. Ayat tersebut berarti, hendaklah seorang Muslim membawa senjata dan berdakwah di jalan Allah SWT serta memerangi orang-orang lalim di muka bumi. Abu Bakar berkata: "Wahai manusia, kalian membaca ayat berikut ini:" "Hai   orang-orang   yang   beriman,   jagalah   dirimu.   Tiadalah   orang   yang   sesat   itu   akan   memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk," (QS. al-Maidah: 105) Dan aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya ketika masyarakat melihat orang yang lalim dan mereka tidak menghentikannya, maka Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka semua." Penafsiran Abu Bakar terhadap ayat tersebut sangat jelas artinya. Yakni bahwa pelaksanaan ayat tersebut dapat diwujudkan dengan adanyajihad di jalan Allah SWT dengan mengangkat senjata sebagai usaha untuk menghentikan orang-orang yang lalim. Setelah itu, seorang Muslim dapat mengatakan: "Aku telah melaksanakan tugasku dan tidak akan berdampak kepadaku orang yang sesat setelah aku memberikan petunjuk." Demikianlah   pemahaman   orang-orang   Islam   yang   pertama. 

 Maka   bandingkanlah   pemahaman tersebut dengan pemahaman kita saat ini di mana kita telah kchilangan keberanian, dan rasa takut telah menghinggapi tubuh orang-orang Islam. Kaum Muslim lebih mengutamakan keselamatan diri mereka daripada memerangi orang-orang yang lalim. Muhammad   bin   Abdillah   datang   dengan   membawa   risalah   Islam   yang   di   dalamnya   terdapat perintah Ilahi untuk rnemerangi orang-orang yang lalim dan mempertahankan kehormatan orang- orang yang tertindas di muka bumi

Allah SWT berfirman: "Karena itu, hendaklah   orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang     di  jalan   Allah.  Barangsiapa     yang   berperang    di   jalan  Allah,   lalu  gugur   atau memperoleh       kemenangan,     maka    kelak   akan   Kami    berikan   kepadanya    pahala   yang   besar. Mengapa kamu tidak mau berperang dijalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki,    wanita-wanita     maupun     anak-anak     yang   semuanya      berdoa:   'Ya   Tuhan     kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang lalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi- Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu. " (QS. an-Nisa': 74-75) Muhammad         bin  Abdillah    membacakan      kepada    kaumnya     tentang   penafsiran    Allah   SWT berkenaaan dengan makna kejayaan yang besar: "Sesungguhnya   Allah   telah   membeli   dari   orang-orang   mukmin   diri   dan   harta   mereka   dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?, maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. at-Taubah: 111) Bacalah ayat tersebut dua kali dan renungkanlah tentang kedermawan Allah SWT. Betapa tidak, Dia   membeli     jiwa  orang-orang   mukmin      dan  harta   mereka,  padahal   jiwa   tersebut  dan  harta tersebut pada hakikatnya adalah milik-Nya sendiri. Lihatlah bagaimana kemuliaan Allah SWT di mana   Dia   membeli   harta   milik-Nya       yang   khusus   dengan   surga   dan   bagaimana   Allah   SWT menganjurkan orang-orang Islam untuk berperang, dan Dia memberitahu mereka bahwa urusan memerangi orang-orang lalim dan orang-orang yang tersesat bukanlah hal yang baru atas orang- orang Islam. Allah SWT telah memerintahkan hal tersebut dalam Injil dan Taurat. Sebagaimana Nabi   Isa   diutus   dengan   pedang,   seperti   yang   disebutkan   dalam   lembaran-lembaran   atau   buku- buku orang-orang Nasrani, maka Nabi Musa pun diutus dengan membawa pedang. Dan ketika Bani   Israil   berkata   kepada   Nabi   Musa,   "pergilah   engkau   bersama   Tuhanmu   dan   berperanglah, dan   kami   hanya   di   sini   duduk-duduk   saja,",   maka   kehendak   Ilahi   menetapkan   agar   mereka mendapatkan kesesatan selama empat puluh tahun sebagai akibat dari perbuatan mereka itu, agar generasi   yang lemah dan hina itu hancur   yang mereka justru tidak memenuhi panggilan Allah SWT dan mereka membiarkan Nabi Musa bersama Tuhannya berperang, padahal peperangan itu merupakan       tanggung    jawab    mereka    dan   tugas   mereka    yang   harus   mereka     emban    sebagai pengikut Nabi Musa. Demikianlah esensi dari ajaran Islam sebagaimana yang dibawa oleh Muhammad bin Abdillah. Yakni     ajakan   untuk   membaca      dan   menggali    ilmu   serta  mendapatkan       kebebasan    dan   yang terpenting   adalah   usaha   melawan   kekuatan-kekuatan   lalim.   Suatu   ajakan   yang   universal   yang tidak   dikhususkan   untuk   kalangan   tertentu   atau   untuk   waraa   kulit   tertentu   atau   untuk   kaum tertentu atau untuk tempat tertentu; suatu ajakan kemanusiaan yang komprehensif yang universal yang   ingin   mengikat     ilmu   dan   kebebasan   dan    jihad   dengan   tujuan   yang   lebih   tinggi,  yaitu mencapai      tauhid   kepada    Allah    SWT     dan   menyucikan-Nya        serta  keimanan      terhadap   hari kemudian dan kebangkitan manusia semuanya di hadapan Allah SWT. Adalah salah jika ada orang yang menganggap bahwa Islam hanya memperhatikan aspek akhirat dan melupakan aspek duniawi. Menurut Islam dunia adalah lembar-lembar jawaban yang akan dikoreksi     di  hari  akhir.  Ia  adalah   ujian  dan   tempat   percobaan     bagi  manusia     agar  manusia mengetahui      apakah    ia  layak   untuk    menda-patkan      kemuliaan     dari   Allah   SWT     yang   telah diberikan kepada Adam. Atau apakah iajustru layak untuk jadi bagian dari tanah neraka Jahim dan batunya, sebagaimana firman Allah SWT: "Yang bahan bakarnya manusia dan batu. " (QS. al-Baqarah: 24) Rasulullah   saw   telah   menjelaskan   hikmah   dari   penciptaan   manusia,   penciptaan   kehidupan   dan kematian ketika beliau menyampaikan firman Allah SWT dalam surah al-Mulk:

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amabiya. " (QS. al-Mulk: 2) Dunia   adalah   rumah   pergulatan.   Dan   Allah   SWT   telah   menciptakan   kehidupan   dan   kematian agar   manusia   menyadari   siapa   di   antara   mereka   yang   terbai   amalnya.   Tentu   pengetahuan   ini tidak akan menambah kekuasaan Allah SWT. Pengetahuan itu justru dibutuhkan oleh manusia. Allah     SWT     menciptakan      manusia     agar   menusia     mengetahui,     danpengetahuan        yang   paling penting adalah pengetahuan atau pengenalan terhadap diri. Dan pada hari kiamat manusia akan mengenal dirinya secara sempurna dan ia akan mengenal balasan yang akan diterimanya secara sempurna. Dan   barangkali   mukadimah   yang   kami   sarikan   dari   hari   akhir   ini   mengharuskan   kehidupan   di atas   bumi   dipenuhi   dengan   kesucian   dan   kebersihan,   yaitu   diliputi   dengan   kemanusiaan   yang sempurna yang di dalamnya manusia layak untuk hidup. Demikianlah Islam yang dibawa oleh Muhammad   saw.   Inilah   asasnya   dan   hakikatnya.   Itu   adalah   pondasi   dan   hakikat   yang   tidak diciptakan oleh Muhammad saw dan tak didahului oleh rasul-rasul sebelumnya. Hakikat risalah- risalah    yang   dulu   semuanya      adalah   tauhid   dan   mempertahankan         kebenaran     serta  keimanan terhadap hari akhir dan menyerahkan jiwa dan anggota tubuh hanya kepada Allah SWT. Yang baru   dalam   Islam   adalah   ilmu,   kebebasan   dan   universalitas   ajaran   Islam   serta   warna   keadilan yang    sangat    kental,  sehingga     sangat   tepat  jika  dikatakan     bahwa    karakter   dari   Islam   adalah keadilan. Barangkali bagian ini perlu diperhatikan. Meskipun agama-agama samawi pada esensinya satu, tetapi kehendak Allah menuntut turunnya lebih dari agama dan lebih dari satu nabi. Kehendak tersebut menuntut agar pada setiap agama terdapat   karakter   yang   khusus   yang   menggambarkan   bentuk   yang   paling   tepat   sesuai   dengan kebutuhan   utama   yang   di   situ   agama   itu   diturunkan   dan   sesuai   dengan   waktu   saat   itu.   Orang- orang     Yahudi     misalnya,     mereka     hidup    di   tengah-tengah      suasana     penyembahan        berhala dikalangan      orang-orang      Mesir    kuno.    Yahudisme       diturunkan     pada    Bani   Israil  yang    suka membangkang dan karena itu, karakter utamanya adalah ketegasan (as-Sharamah) agar mereka tidak   terpengaruh   dengan   fenomena   berhalaisme   ala   Mesir   atau   mereka   terkena   pengaruh   dari tindakan     semena-mena       Fir'aun.   Dengan     ketegasan     inilah  agama     Yahudi    selamat    dan   dapat menjadi risalah penyelamatan dan pembebasan. Namun Bani Israil yang memperbudak manusia dan mempunyai hati yang keras pada saat yang sama   mereka   keluar   dari   Fir'aun   untuk   masuk   ke   cengkraman   orang-orang   Romawi   di   mana orang-orang Romawi justru lebih lalim dan lebih kuat dari orang-orang Mesir.

Oleh karena itu, orang-orang Masehi bertanggung jawab untuk melakukan pembebasan baru tetapi dengan cara yang berbeda sesuai dengan perubahan keadaan. Cara tersebut adalah menjauhkan penggunaan kekuatan   bersenjata   karena   kekuatan   orang-orang   Romawi   mengungguli   kekuatan   saat   itu   dan menguasai bumi secara  keseluruhan. Maka kemenangan   yang mungkin dapat diperoleh   adalah dengan cara menghindari tindak kekerasan dan lebih mengutamakan pendekatan cinta. Dan pada kali yang lain orang-orang Masehi memperoleh kemenangan melalui cara kedamaian dan cinta yang disebarkannya atas imperialisme Romawi dengan segala senjatanya dan kekuasaannya. Adapun Islam datang sebagai agama yang terakhir dan menyeluruh yang layak untuk diterapkan di   muka   bumi,   sehingga   Allah   SWT   mewariskan   bumi   dan   apa   saja   yang   ada   di   dalamnya kepada orang-orang   yang berhak mewarisinya.   Oleh karena itu, agama   yang terakhir ini harus mempunyai karakter khusus dan karakter itu adalah karakter keadilan. Ketegasan      hanya   cocok    untuk   zaman    tertentu  dan   kelompok     tertentu   dan  keadaan    tertentu, sedangkan cinta adalah contoh   yang tertinggi, tetapi ia tidak dapat menjadi sesuatu tolok ukur untuk     dibandingkan      dengan     tindakan-tindakan      tertentu   atau   untuk    dijadikan    alat  untuk melakukan   sesuatu.   Dan   jika   ia   menjadi   tolok   ukur   bagi   orang-orang   yang   memilki   perasaan yang tinggi atau budaya   yang tinggi, maka ia tidak dijadikan tolok ukur umum dan universal. Adapun keadilan, maka   ia menjadi karakter   Islam   yang berarti keseimbangan dalam sifat-sifat keutamaan       dan   meletakkan     segala   sesuatu    pada   tempatnya.     Ini  adalah    tolok   ukur   yang menyeluruh   dan   barometer   yang   akhir.   Dan   barangkali   kebesaran   keadilan   dan   pengaruhnya dalam pengaturan alam bersandarkan kepada firman Allah SWT: "Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia. Yang menegakkan keadilan. Para   malaikat   dan   orang-orang   yang   berilmu   (juga   menyatakan   yang   demikian   itu)."   (QS.   Ali 'Imran: 18) Apabila Allah SWT dalam Islam merupakan cermin   yang tertinggi, maka keadilan yang   disaksikan   oleh   Allah   SWT   terhadap   diri-Nya   sendiri   harus   menjadi   karakter   Islam   dan kaum Muslim. Keadilan dalam Islam bukan hanya keadilan ekonomi atau keadilan hukum atau keadilan   dalam   balasan,   tctapi   ia   mencakup   semuanya.   Sebelum   semua   ini   dan   sesudahnya, kcadilan dalam Islam merupakan suatu sistem dalam kehidupan dan metode utama dalam Islam. Ketika Anda memalingkan pandangan Anda dalam Islam, maka Anda akan menemukan keadilan menghiasi      seluruh   wajah   Islam.   Di  sana   terdapat   keadilan   antara   agama-agama       yang   dulu, keadilan antara individu dan masyarakat, keadilan antara dunia dan agama, keadilan antara pria dan wanita, keadilan untuk orang-orang yang fakir dan orang-orang yang kaya, keadilan antara para penguasa dan rakyat, bahkan dengan keadilan itu sendiri bumi dan langit ditegakkan dan Allah SWT menyebut diri-Nya sebagai al-'Adl (Yang MahaAdil). Selanjutnya, Islam adalah agama yang sudah lama sebagaimana lamanya kedatangan para nabi.

 Nabi Nuh as berkata dalam surah Yunus: "Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun darimu. Upahku tidak   lain   hanyalah   dari   Allah   belaka   dan   aku   disuruh   supaya   aku   termasuk   golongan   orang- orang yang berserah diri (kepadanya)." (QS. Yunus: 72) Nabi   Ibrahim   dan   Nabi   Ismail   as   berkata   dalam   surah   al-Baqarah   saat   keduanya   membangun Ka'bah:   "Ya   Tuhan   kami,   terimalah   dari   kami   (amalan   kami),   sesungguhnya   Engkaulah   Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan Kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduh patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji hami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. " (QS. al-Baqarah: 127-128) Nabi   Ibrahim   tidak   lupa   untuk   berwasiat   kepada   keturunannya   dan   di   antara   mereka   adalah Yakub agar mereka mati dalam keadaan Islam. Allah SWT berfirman: "Dan   Ibrahim   telah   mewasiatkan   ucapan   itu   kepada   anaknya,   Demikian   pula   Yakub.   (Ibrahim berkata):    'Hai   anak-anakku,      Sesungguhnya      Allah    telah  memilih     agama    ini  bagimu,    maka janganlah   hamu   mati   kecuali   dalam   memeluk        agama   Islam.'"   (QS.   al-Baqarah:   132)   Ketika kematian mendekati Yakub, beliau mengumpulkan anak-anaknya di sekelilingnya dan bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku? Mereka menjawab: 'Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenak moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan hhaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya   tunduk   patuh   kepadanya.'"   (QS.   al-Baqarah:   133)   Allah   SWT   memberitahu   kita   dalam surah Yunus tentang perkataan Nabi Musa kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri." (QS. Yunus: 84)

Sementara      itu,  Nabi   Sulaiman    adalah    seorang   Muslim     sesuai   dengan    nas  ayat-ayat    yang menceritakan tentang kisahnya bersama Ratu Saba' ketika Ratu tersebut berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS. an-Naml: 44) Demikian   juga   Nabi   Yusuf,   beliau   berdoa   kepada   Allah   SWT   dan   meminta   kepadanya   agar mematikannya   sebagai   orang   Muslim   dan   memasukannya   dalam   kelompok   orang-orang   yang saleh.   Allah   SWT   berfirman   dan   bercerita   tentang   Yusuf   dalam   surah   Yusuf:   "Ya   Tuhanku, sesungguhnya        Engkau     telah   menganugerahkan        kepadaku     sebagaian     kerajaan    dan    telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh." (QS.Yusuf: 101) Sementara itu dalam surah al-Maidah, Allah SWT mewahyukan kepada   kaum Hawariyin agar mereka beriman kepadanya dan kepada rasul-Nya lalu mereka berkata: "Kami telah beriman dan saksikanlah   (wahai   rasul)   bahwa   Sesungguhnya   kami   adalah   orang-orang   yang   patuh   (kepada seruanmu)." (QS. al-Maidah: 111) Jadi,   Nabi   Nuh,   Nabi   Ibrahim,   Nabi   Ismail,   Nabi   Yakub,   Nabi   Musa   Harun,   Nabi   Sulaiman, Nabi Yusuf, Nabi Isa adalah nabi-nabi yang Muslim sesuai dengan nas ayat-ayat tersebut. Maka seluruh   nabi   adalah   orang-orang   Muslim,   lalu   bagaimana   Nabi   Muhammad   saw   sebagai   Nabi yang terakhir dikatakan sebagai orang Muslim yang pertama? Allah SWT berfirman dalam surah al-An'am     yang   ditujukan    kepada   Nabi   yang   terakhir:   "Katakanlah:    'Sesungguhnya      shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan   demikian   itulah   yang   diperintahkan   kepadaku   dan   aku   adalah   orang   yang   pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. al-An'am: 162-163) Maka, bagaimana beliau menjadi orang Muslim yang pertama, padahal penamaan umat beliau dengan     sebutan    al-Muslimin     adalah   penamaan      yang   sebenarnya     sudah   dahulu    dikenal   di kalangan nabi-nabi yang terdahulu dan kedatangannya ke alam wujud dan penamaan agamanya dengan sebutan al-Islam sebenarnya berhutang kepada kakeknya yang jauh, yaitu Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman dalam surah al-Hajj:

"Dan   Dia   sekali-kali   tidak   menjadikan   untuk   kamu   dalam   agama   suatu   kesempitan.   (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu. " (QS. al-Hajj: 78) Tidak   ada   pertentangan   dalam   pendahuluan   para   nabi   dengan   sebutan   al-Muslimin   daripada Rasulullah saw dan kedudukan beliau sebagai orang Muslim yang pertama. Tentu kata al-Awwal (yang    pertama)    di  sini  tidak   dipahami    dari  sisi  waktu    atau  masa    kemunculan,     tetapi  yang dimaksud dengan orang Muslim di sini adalah akmalul muslimin (orang yang paling sempurna di antara orang-orang Muslim). Suatu kali Aisyah pernah ditanya tentang akhlaknya Rasulullah saw lalu dia menjawab dengan kalimatnya yang singkat: "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an." Kita   mengetahui   bahwa   Al-Qur'an   al-Karim   menetapkan   akhlak   yang   mulia   meskipun   dalam batasannya yang sederhana dan rendah, dan menyebutkan keutamaan akhlak dalam tingkatannya yang tinggi.

 Oleh karena itu, akhlak seperti apa yang dimiliki oleh Rasulullah saw: apakah beliau memiliki akhlak   yang sifatnya tengah-tengah, atau apakah beliau mendahului dalam kebaikan, atau apakah beliau termasuk ashabul   yamin (orang-orang   yang berasal di sebelah kanan), atau apakah beliau termasuk al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah SWT)? Rasulullah saw tidak hanya memiliki semua karakter tersebut dan atribut tersebut, bahkan kedudukan beliau lebih   dari   itu   semua.   Beliau   berada   di   puncak   dari   segala   puncak   keutamaan   akhlak,   sehingga beliau berhak untuk mendapatkan sebutan dari Allah SWT: "Dan sungguh pada dirimu terdapat budi pekerti yang agung. " (QS. al-Qalam: 4) Para Mufasir berbeda pendapat tentang makna dari al-Huluqul 'adzim (budi pekerti yang agung). Sebagian     mereka     mengatakan     bahwa     yang   dimaksud     adalah   Al-Qur'an.    Sebagian     yang   lain mengatakan itu adalah Islam. Ada juga yang mengatakan bahwa beliau tidak memiliki sesuatu kecuali keinginan untuk menuju jalan Allah SWT. Dalam Al-Qur'an al-Karim terdapat penjelasan tentang derajat beliau yang tinggi dalam dua ayat yang    mulia.   Ayat    yang   pertama    adalah   firman-Nya:      "Katakanlah:     'Sesungguhnya      Shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan   demikian   itulah   yang   diperintahkan   kepadaku   dan   aku   adalah   orang   yang   pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. al-An'am: 162-163)

Read More

Kamis, 14 Agustus 2025

Pengaruh Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad terhadap peradaban dunia

 Pengaruh Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad terhadap peradaban dunia

Kehendak    Allah    SWT terlaksana dan Allah SWT telah memilih Nabi yang terakhir di muka bumi dan orang Muslim yang pertama.Barangkali pembaca akan bertanya: Apa hakikat dari Islam? Apabila Muhammad saw sebagai Nabi yang terakhir yang diutus oleh Allah SWT di muka bumi dan kita mengetahui bahwa para nabi semuanya sebagai Muslim, maka bagaimana beliau dapat dikatakan mendahului mereka   dalam   keislaman   dan   menjadi   orang   Muslim   yang   pertama?   Islam   yang   dibawa   oleh Muhammad saw tidak berbeda dalam esensinya dengan Islam yang dibawa oleh Nabi Nuh, Nabi Musa, Nabi Isa atau nabi yang lain, tetapi yang berbeda adalah bentuknya, sedangkan esensinya tetap seperti semula,   yakni berdasarkan tauhid.

pengaruh islam terhadap peradaban dunia

 Islam   yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw berbeda dalam bentuknya dengan Islam yang dibawa nabi-nabi sebelumnya karena sebab yang penting, yakni bahwa Islam ini merupakan ajaran yang universal dan berisi aspek kemanusiaan yang abadi.   Islam tidak   terbatas   atas orang-orang Arab tetapi ia berlaku atas semua golongan. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw tidak terbatas untuk kabilah tertentu atau bangsa tertentu atau bumi tertentu atau lingkungan tertentu atau zaman tertentu, tetapi ia untuk semua manusia.   Atau   dengan   kata   lain,   ia   merupakan   ajakan   untuk   membangkitkan   akal   manusia   di mana saja mereka berada tanpa ada batasan tempat atau waktu. 

Universalitas ajaran Islam tidak dikenal   pada   risalah-risalah   Ilahi   sebelumnya     di   mana   setiap   risalah   itu   diperuntukkan   bagi bangsa tertentu dan zaman tertentu. Oleh karena itu, mukjizat-mukjizat yang mengagumkan yang bersifat temporal seringkali mendukung risalah-risalah yang dahulu. Ketika Islam datang sebagai bentuk ajakan untuk menghidupkan akal manusia secara bebas, maka di sana tidak ada alasan untuk    membawa       mukjizat   yang   mengagum-kan.        Hanya    ada  satu   kata  yang   dapat   dijadikan pembuka      untuk    berdakwah     dan   membuka      akal   manusia,    yaitu  kata   "iqra"'  (bacalah).   Dan hendaklah bacaan ini berdasarkan nama Allah SWT. Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Coba Anda renungkan permulaan pertumbuhan dan puncak pencapaian. Di sini tersembunyi mukjizat yang hakiki jika Anda berusaha mencari mukjizat   yang   hakiki.   Bacalah,   dan   Tuhanmu   Yang   Maha   Mulia,   yang   memberikan   nikmat penciptaan dan rezeki serta rahmat dan kelembutan. Dia Maha Mulia yang mengajarkan manusia apa saja yang tidak diketahuinya. Demikianlah esensi dari Islam, yaitu ajakan untuk membaca. Ia adalah dakwah yang menunjukkan kedudukan ilmu. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya yang takut   kepada   Allah   di   antara   hamba-hamba-Nya   hanyalah   orang-orangyang   berilmu   (ulama)." (QS. Fathir: 28) Takut kepada Allah SWT tidak akan muncul kecuali berdasarkan ilmu. Mustahil kebodohan       dengan bentuk    apa   pun   akan   melahirkan     rasa   takut. 

Oleh   karena    itu,  dalam pandangan Islam ilmu adalah hal yang pokok. Ia bukan kemewahan dan bukan hanya perhiasan. Kaum Muslim telah mengalami masa kemuliaan dan kejayaan dan mereka berhasil menguasai bumi     ketika  mereka    memahami       Islam   secara  benar,   tetapi  ketika   pemahaman      ini  jauh  dari mereka, maka mereka kembali dalam keadaan yang paling buruk, bahkan lebih buruk daripada masa jahiliah. Jadi, ilmu dalam Islam merupakan tujuan yang mulia dan utama dalam penciptaan alam wujud. Kisah Nabi Adam dan Hawa, sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur'an adalah bukan semata-mata   kisah   kesalahan   memakan   pohon   tcrlarang,   tetapi   ia   juga   kisah   yang   memiliki dimensi-dimensi   yang   dalam   dan   aspek-aspek   yang   beraneka   ragam.   Ketika   Anda   menyclami kedalamannya, maka Anda akan dapat menemukan simbol-simbol dari makna-makna yang lebih penting. Dialog internal yang dialami oleh para malaikat tentang rahasia pemilihan Nabi Adam untuk memakmurkan bumi dan menjadi khalifah di dalamnya serta pengajaran   yang diperoleh Nabi   Adam   tentang   nama-nama   semuanya   dan   bagaimana   beliau   mengemukakan   nama-nama tersebut   kepada   para   malaikat,   serta   ketidaktahuan   mereka   tentang   nama-nama   itu,   kemudian usaha Nabi Adam untuk memberitahu mereka tentang apa yang diketahuinya serta pengetahuan para malaikat tentang rahasia pemilihan Nabi Adam dan para keturunannya untuk memakmurkan bumi,    semua    ini  menjadikan     tujuan   dari  penciptaan     manusia    adalah   pencapaian     ilmu   atau ma'rifah secara umum. Pandangan tersebut dikuatkan oleh firman Allah SWT: "Dan Ahu tidak menciptakan      jin  dan   manusia    kecuali   untuk   menyembah-(Ku)."        (QS.   adz-Dzariat:    56)   Lalu bagaimana kita memahaminya saat ini dan bagaimana generasi yang pertama dari kaum Muslim dan dari sahabat-sahabat Rasul saw dan para pengikutnya dan para tentaranya memahaminya? Saat    ini  kita  memahaminya       dengan    pemahamam        yang   sederhana.    Kita   mengetahui     bahwa kalimat "untuk menyembah-Ku " berarti ritualitas dalam beribadah dan aspek-aspek lahiriahnya, seperti   mengucapkan   kalimat   syahadat,   salat,   puasa,   haji,   zakat   dan   lain-lain.   Sehingga   orang- orang yang salat diperbolehkan untuk menyembah Allah SWT di negeri mereka atau di rumah- rumah   mereka,   meskipun   mereka   hidup   di   bawah   pemikiran   orang-orang   Barat   dan   membeli produk-produk yang dibuat mereka serta memanfaatkan ilmu dan kecanggihan tehnologi orang- orang     Barat.   Namun      mereka    sendiri   tidak   menghasilkan      apa-apa.    Mereka     tidak   dapat memberikan   kontribusi   kepada   kehidupan;   mereka   tak   ubah-nya   seperti   bulu   yang   dimainkan oleh   ombak.   Sedangkan   pemahaman   yang   dahulu   berkaitan   dengan   kalimat   tersebut   sebagai berikut: "Dan   Aku   tidak   menciptakan   jin   dan   manusia   kecuali   untuk   menyembah-(Ku).   "   (QS.   adz- Dzariat:     56)   Ibnu    Abbas    membacanya:        "Illa  liya'rifuun."   (Agar    mereka     mengetahui). Perhatikanlah   bagaimana   pentingnya   perbedaan   antara   praktek-praktek   ibadah   dengan   bentuk- bentuknya   dan   kedalamannya   yang   jauh   dalam   ma'rifah   yang   menyebabkan   rasa   takut   kepada Allah SWT. Orang Muslim yang pertama meyakini bahwa Allah SWT menciptakannya agar ia mengetahui Allah SWT atau agar ia mengenal Allah SWT. Sehingga ambisi orang Muslim yang pertama sangat mengagumkan. Mereka pergi untuk membebaskan dunia semuanya: satu tangan berpegangan dengan Al-Qur'an dan tangan yang lain memegang pedang untuk menghancurkan belenggu-belenggu yang menyeret manusia kepada kesesatan. Kemudian       jatuhlah   dari  Islam   hakikat   ilmu,   sehingga    umat   Islam   tidak  dapat   memimpin kehidupan dan mereka justru men-dapatkan kehinaan. Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para   malaikat   dan   orang-orang   yang   berilmu   (juga   menyatakan   yang   demikian   itu).   Tak   ada Tuhan   melainkan   Dia,   Yang   Maha   Perkasa   lagi   Maha   Bijaksana.   Sesungguhnya   agama   yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali 'Imran: 18) Setelah   kesaksian   kepada   Allah   swt   dan   kesaksian   kepada   malaikat,   maka   disebutlah   secara langsung   kesaksian   kepada   orang-orang   yang   berilmu.   Maka,   adakah   penghormatan   terhadap ilmu yang lebih besar daripada penghormatan ini? Ilmu dalam Islam berbeda dengan ilmu dalam peradaban   Barat.   Memang   benar   bahwa   Islam   yang   bertanggung   jawab   terhadap   tumbuhnya pandangan ilmiah dan metode eksperimental di mana berdasarkan metode ini tegaklah peradaban Barat   yang   kemudian   melahirkan   berbagai   produksi,   pembuatan,   dan   penemuan.   Dan   metode eksperimental      adalah   metode    al-Istiqra,  yaitu  suatu   metode    yang   mengikuti     bagian-bagian terkecil (parsial) melalui jalan eksperimen yang dapat tunduk terhadap eksperimen dan melalui jalan memperhatikan hal-hal   yang tidak dapat tunduk terhadap suatu   eksperimen, atau melalui jalan   matematis   murni   yang   membutuhkan   kepada   matematis   murni   di   mana  hal   itu   bertujuan untuk menyingkap hukum-hukum yang menguasai benda.

Sistem ini bidangnya adalah alam dan alatnya adalah panca indera dan akal. Sistem ini dimanfaatkan oleh seorang Eropa yang bernama Roger Bikun. Ia mengakui bahwa ia sangat berhutang kepada kaum Muslim dan peradaban Islam. Seorang   guru   yang   bernama   Bruicll   dalam   bukunya   Abna'   al-Insaniah   menceritakan   tentang dasar-dasar   peradaban   Barat   di   mana   ia   berkata:   "Roger   Bikun   mempclajari   bahasa   Arab   dan ilmu-ilmu Arab di sekolah Oxford kepada guru-gurunya yang berasal dari Arab di Andalus. Dan Roger Bikun dan Fenessis Bikun tidak dapat menisbatan keutamaan yang mereka peroleh dalam menciptakan sistem eksperimental kepada diri mereka sendiri. Roger Bikun hanya seorang duta dari duta-duta ilmu. Oleh karena itu, ia tidak malu ketika menyatakan bahwa mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab adalah jalan satu-satunya untuk mengetahui kebenaran." Demikianlah       pernyataan     pakar-pakar     Barat   yang    jujur.  Yang    demikian     ini  bisa  dijadikan sanggahan terhadap orang-orang Barat yang tidak jujur agar mereka mengetahui bahwa mereka sebenarnya   mengambil   senjata   yang   sebenarnya   berasal   dari   Islam.   Dan   jika   dikatakan   bahwa rahasia     kebangkitan      Barat    saat   ini   dan    keunggulannya        atas   Timur     kembali     kepada pengambilannya terhadap sebab-sebab metode eksperimental, yaitu metode Islam, maka rahasia kehancuran       Barat   dan   kebingungannya        serta  kegelisahannya      adalah    karena    mereka    tidak menghubungkan          metode    tersebut   dengan     kebesaran     Allah   SWT     sebagaimana      semestinya. Metode      eksperimen-tal—sebagaimana            diambil    orang-orang     Barat—dimulai        dari  alam    dan berakhir   kepadanya   sebagai       sesuatu   tujuan.   Jadi,  ruang   lingkup   pembahasan   mereka        adalah berkisar    kepada    materi,   dan   alat-alat  pembahasan      adalah   eksperimen     dan   pengamatan      serta istiqra. Tiada     setelah   alam    kecuali    kematian     dan   kematian     adalah    rahasia   yang    misterius    dan melawannya adalah hal yang mustahil. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi setelah kematian; kita tidak mengetahui sesuatu pun tentang ruh. Tidak ada hubungan antara ilmu dan akhlak; tidak ada    jawaban    dari  ilmu   tentang    tujuan   kehidupan     ini.  Kita  hanya   mempelajari      aspek-aspek lahiriah   dan   mencapai   hukum-hukumnya   saja.   Demikianlah   pandangan   Barat   tentang   ilmu   di mana     ia  hanya   sekadar    alat  dan  sarana   untuk    mengatur    alam    dan   berusaha    menguasainya. Sedangkan metode ilmiah dalam Islam menyatakan bahwa gerakan atom dengan gerakan sistem tata   surya   di   bawah   kendali   Zat   Yang   Maha   Tahu   dan   Zat   Yang   Maha   Pencipta.   Ilmu   dalam Islam justru membimbing manusia untuk menuju Allah SWT: "Dan bahwasannya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesua-tu). " (QS. an-Najm: 42)

Ilmu justru mengantarkan manusia untuk mencapai rasa takut kepada Allah SWT sebagaimana membimbingnya beribadah kepadanya dan mencintai-Nya: "Sesungguhnya         yang   takut   kepada   Allah   di   antara   hamba-hamba-Nya   hanyalah   orang-orang yang berilmu (ulama)." (QS. Fathir: 28) Islam datang dan mengajak manusia untuk membaca, mengetahui, dan takut kepada Allah SWT serta   hanya   beribadah   kepadanya.   Jika   ilmu   merupakan   sayap   pertama   di   dalam   Islam,   maka sayap yang kedua adalah kebebasan. Rasulullah saw memberitahu dan menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan tidak ada sembahan selain Allah SWT. Seruan ini mengisyaratkan keruntuhan tuhan-tuhan yang mengusai bumi semuanya, baik tuhan yang   berupa   kepentingan-kepentingan   pribadi,   kekayaan,   raja,   penguasa,   pemikiran-pemikiran yang mengusai manusia, warisan para kakek dan nenek, berhala-berhala yang terbuat dari batu dan    kayu,    maupun     berbagai    macam     tuhan    lain  yang   bohong.     Adalah    salah   jika  seseorang membayangkan bahwa kalimat "tiada Tuhan selain Allah" hanya sekadar hiasan mulut seorang Muslim   di   mana   segala   sesuatu   yang   ada   di   sekitarnya   penuh   dengan   kebohongan   dan   tidak membenarkan   apa   yang   dikatakannya.   Kalimat   tersebut   dalam   Islam   merupakan   per-gulatan besar   bersama   kegelapan   yang   ada   pada   diri   manusia,   suatu   pergulatan   yang   berakhir   pada penyerahan   diri;   pergulatan   yang   akan   berpindah   pada   kehidupan   yang   lebih   berat,   sehingga kehi-dupan   akan   berserah   diri.   Dan   mustahil   pergulatan   itu   akan   terjadi   kecuali   jika   terpenuhi suatu   kebebasan:   kebebasan   akal   untuk   meragukan   dan   menolak   dan   kebebasan   yang   berakhir kepada   pencapaian   batas-batasnya   dan   kemampuannya   serta   kebebasan   yang   meninggi   untuk mencapai   keimanan   yang   dalam   dan   kokoh.   Itu   adalah   tanggung   jawab   yang   berarti   bahwa  ia harus   memikul   senjata   untuk   membebaskan   orang   lain   sebagaimana   ia   membebaskan   dirinya sendiri. Demikianlah esensi dari Islam, yaitu ilmu yang berdiri di atas kebebasan dan tanggung jawab   yang tumbuh dari kebebasan, dan buah terAkhirnya   adalah tauhid dalam kedalamannya yangjauh. Jika tauhid dipahami secara benar, maka manusia akan terbebas dari penyembahan selain Allah SWT: manusia akan bebas terhadap rasa takut dari kematian, kekhawatiran atas rezeki, manusia akan terbebas dari sikap bakhil dan ketakutan terhadap hari-hari yang akan datang.

Read More