Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Senin, 11 Agustus 2025

Kisah Nabi Muhammad dan pendeta Buhaira

 Kisah Nabi Muhammad dan pendeta Buhaira  

 Pada     saat  perjalanan    menuju     ke  Syam terjadi suatu peristiwa terhadap anak   kecil   itu. Kemungkinan besar   itu  justru  menambah  kebingungannya.Seorang pendeta yang   bernama Buhaira   berdiri   di   jendela   rumah   yang   menjadi  tempat   peribadatannya   di   Suria.          Tiba-tiba   ia memperhatikan   suatu   awan   putih—tidak   seperti   biasanya—yang   menghiasai   langit   yang   biru. Saat    itu   udara   sangat    terang,   sehingga     munculnya       awan    tersebut    sangat   mengherankan.

Kisah Nabi Muhammad dan pendeta Buhaira

 Kemudian pandangan Buhaira yang tertuju ke langit, kini tertuju ke bumi di mana ia mendapati awan itu menyerupai burung yang putih yang menaungi kafilah kecil yang menuju ke arah utara. Buhaira memperhatikan bahwa awan tersebut mengikuti kafilah. Jantung   Buhaira   berdebar   dengan   keras   karena   ia   mengetahui   melalui   buku-buku   peninggalan kaum Masehi yang otentik bahwa seorang nabi akan muncul ke dunia setelah Isa. Sifat dan kabar nabi tersebut diceritakan dalam buku-buku kuno. Buhaira segera meninggalkan tempatnya, lalu ia   segera   memerintahkan untuk    menyiapkan      makanan      yang   besar.   Kemudian      ia  mengutus seseorang untuk menemui kafilah tersebut dan mengundang mereka untuk jamuan makan.

 Salah seorang mereka berkata dengan nada bercanda kepada Buhaira: "Demi Lata dan 'Uzza, engkau hari   ini   tampak   lain   wahai   Buhaira.Engkau   tidak   pernah melakukan   demikian   kepada   kami, padahal   kami   telah   melewati   dan   singgah   di   tempat   ini   lebih   dari   sekali.   Ada   peristiwa   apa gerangan wahai Buhaira?" Buhaira     menjawab:     "Hari   ini  kalian   adalah   tamu-tamuku."           Pertanyaan     orang   tersebut   tidak dijawab   dengan   terang-terangan.   Ia   sengaja   menghindarinya   dan   tidak   menyingkapkan   rahasia kemuliaan       yang    datangnya     tiba-tiba   ini.   Buhaira    memberi      makan     mereka     dan    mulai memperhatikan di antara mereka adanya seseorang yang memiliki tanda-tanda  yang dibacanya dalam     kitab-kitabnya     yang    kuno    tentang    seorang    rasul  yang    ditunggu.    Namun      ia  tidak menemukannya,         hingga    ia  bertanya    kepada     mereka:    "Wahai     kaum    Quraisy,    apakah     ada seseorang   yang tidak hadir bersama jamuanku ini?" Mereka menjawab:   "Benar, ada seseorang yang tidak ikut bersama kami. Kami meninggalkannya karena ia masih kecil." Buhaira berkata: "Sungguh   aku   telah   mengundang   kamu   semua.   Panggilah   ia   supaya   hadir   bersama   kami   dan memakan makanan ini." Salah seorang lelaki dari kaum Quraisy berkata: "Demi Lata dan 'Uzza, sungguh   tercela   bagi   kami   untuk   meninggalkan   Muhammad   bin   Abdillah   bin   Abdul   Muthalib dari jamuan yang kami diundang di dalamnya. Pamannya meminta maaf karena Muhammad masih kecil, kemudian sebagian mereka berdiri dan menghadirkannya. Belum lama Buhaira memandangi kejernihan dua mata Muhammad, sehingga ia   mengetahui     bahwa     ia  telah  mendekati     tujuannya.    Buhairah    terpaku    ketika   memandangi Muhammad bin Abdillah sehingga kaum selesai makan dan mereka berpisah. Muhammad bin Abdillah duduk sendirian. Buhaira menghampirinya dan berkata: "Wahai anak kecil, demi kedudukan Lata dan 'Uzza, sudikah kiranya engkau memberitahu aku terhadap apa yang    aku   tanyakan    kepadamu?"      Buhaira    ingin   mengetahui     sikap   anak   ini  terhadap   berhala kaumnya. Anak kecil itu menjawab: "Jangan engkau bertanya kepadaku tentang Lata dan 'Uzza. Demi     Allah,   tidak  ada   sesuatu   yang   lebih   aku  benci   daripada    keduanya."     Buhaira   berkata: "Dengan izin Allah aku ingin bertanya kepadamu." Anak kecil itu menjawab: "Tanyalah apa saja yang terlintas di benakmu." Buhaira   bertanya   kepada   anak   kecil   itu   tentang   keluarganya,   kedudukannya   di   tengah-tengah kaumnya, mimpinya dan pendapat-pendapatnya. Dialog tersebut terjadi jauh dari pantauan kaum karena mereka tidak akan diam ketika mendengar bahwa Muhammad membenci berhala-berhala mereka.

 Kemudian Muhammad menjawab pertanyaan-pertanyaan Buhaira dengan yakin, hingga membuat   Buhaira   mantap   bahwa   ia   sekarang   duduk   bersama   seorang   Nabi   yang   kabar   berita gembiranya disampaikan oleh Nabi Isa sebagaimana disampaikan oleh nabi-nabi dari kaum Israil dari kaum Nabi Musa. Setelah itu, ia bangkit meninggalkan anak kecil itu dan menuju ke Abu Thalib ia bertanya tentang kedudukan anak kecil itu di sisinya. Abu Thalib menjawab: "Ia adalah anakku." Buhaira berkata: "Tidak mungkin ayahnya masih hidup." Abu Thalib berkata: "Benar. Ia   anak   saudaraku.   Ayahnya   dan   ibunya   telah   meninggal."   Buhaira   berkata:   "Engakau   benar, kembalilah kamu ke negerimu dan hati-hatilah dari kaum Yahudi." Abu Thalib bertanya tentang rahasia dari apa yang dikatakan oleh pendeta itu. Pendeta itu mulai mengetahui bahwa ia telah berbicara  lebih   dari   yang   semestinya.   Lalu   ia   berkata:   "Ia   akan   memiliki   kedudukan   tertentu." Buhaira tidak menjelaskan lebih dari itu dan ia tidak menentukan kedudukan yang dimaksud. Lalu   berlalulah   peristiwa   tersebut   tanpa   terlintas   dari   benak   seseorang   atau   tanpa   menggugah kesadaran di   antara mereka. Kisah tersebut tidak membawa pengaruh berarti bagi kafilah atau kepada Nabi sendiri. Kafilah menganggap bahwa penghormatan pendeta kepada Muhammad bin Abdillah   dan   memberitahunya   akan   kedudukan   yang   akan   disandangnya   adalah   semata-mata basa-basi   yang   biasa   diucapkan   di   atas   meja   makan   ketika   para   tamu   memuji   kedermawanan tuan rumah. Dan sebagai balasannya, orang yang mengundang akan memuji akhlak para pemuda mereka.   Alhasil,   peristiwa   tersebut   tidak   membawa   pengaruh   apa   pun,   baik   bagi   Muhammad maupun bagi sahabat-sahabat yang ikut dalam kafilah, sehingga mereka tidak mengetahui rahasia perkataan   pendeta   dan   mereka   tidak   menyebarkan   pembicaraan   yang   mereka   dengar   darinya. Peristiwa itu tersembunyi meskipun ia sungguh sangat membingungkan Muhammad. Apa     gerangan    yang   terjadi   antara  dirinya   dan   orang-orang      Yahudi,    sehingga    pendeta    perlu mengingatkan pamannya dari ancaman mereka? Apa kedudukan yang akan diembannya seperti yang diceritakan oleh pendeta itu? Dan apa hubungan semua ini dengan kesedihan-kesedihannya yang dalam serta kebingungannya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sedikit demi sedikit berputar di   benaknya.     Kemudian      seperti   biasanya    kafilah   tersebut    kembali    ke   Mekah.    Muhammad kembali   menuju   keterasingannya.   Ia   memperhatikan   keadaan   alam   di   sekitarnya.   Kemudian   ia melihat   kembali   penderitaannya;   ia   berusaha   untuk   mendapatkan   kehidupannya;   ia   mengabdi kepada manusia dan mengorbankan apa saja demi kemuliaan mereka. Hari   demi   hari   berlalu.Muhammad   saw   tampil   dengan   pakaian   ketulusan   kasih sayang,   dan amanah serat cinta, sebagaimana pelita dipenuhi oleh cahaya, sehingga kejujurannya terkenal di tengah-tengah  

kaumnya.Bahkan kejujuran dan amanatnya tidak bakal diragukan oleh seseorang pun   dari   penduduk   Mekah.   Dan   ketika   beliau   datang   dengan   membawa   risalahnya   dan   beliau itentang     mayoritas     masyarakatnya,      namun     tak   seorang     pun    yang    berani   meragukan kejujurannya. Mereka hanya menuduh bahwa ia terkena sihir atau kesadarannya telah hilang.

0 comments:

Posting Komentar