Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Selasa, 12 Agustus 2025

Kisah Nabi Muhammad SAW beranjak dewasa

 Kisah Nabi Muhammad SAW beranjak dewasa   

Pada tahun ketiga belas dari masa kenabian, ketika semua kabilah sepakat untuk membunuhnya dan mengucurkan darahnya di antara para kabilah dan mereka mengepung rumahnya, maka di saat   situasi   yang   sulit  ini  beliau  menetapkan      untuk   berhijrah.   Tetapi   sebelumnya      beliau mewasiatkan kepada Ali bin Abi Thalib, anak pamannya untuk tetap tinggal di rumahnya agar ia dapat   mengembalikan   amanat   yang   dititipkan   oleh   semua   musuhnya   dan   para   sahabatnya.   Ini beliau   maksudkan   agar     Ali   dapat   menyerahkan   amanat   tersebut     di   waktu   pagi   kepada   para pemiliknya.   Anda   dapat   melihat   betapa   para   musuhnya   merasa   aman   terhadap   harta   mereka ketika dijaga oleh Muhammad saw. 

Kisah Nabi Muhammad SAW beranjak dewasa

Hari demi hari berlalu dan tahun demi tahun pun lewat. Sementara itu, kesucian dan kejujuran Muhammad saw semakin meningkat. Dan di tengah lautan keheningan yang mencekam, ketika Muhammad   bin   Abdillah   menyebarkan   layar   perahunya   yang   putih,   maka   ia   harus   menemui hakikat    azali  yang    bertemu    dengan-nya     semua    nabi   dan   rasul.  Muhammad       bin   Abdillah mengetahui bahwa alam yang besar ini mempunyai Tuhan Pengatur dan Pencipta; Tuhan yang Maha Satu dan yang tiada tuhan selain-Nya. Muhammad   dijauhkan   dari   suasana   kenikmatan   dan   foya-foya   yang   biasa   dilakukan   oleh   para pemuda seusianya. Dan ketika pemuda Mekah berbangga-bangga dengan banyaknya minuman keras   yang mereka minum dan banyaknya bait-bait syair yang mereka katakan tentang wanita, maka Muhammad bin Abdillah telah menemukan jati dirinya di suatu gua yang tenang di gunung yang   besar.   Ia   memilih   untuk   menghabiskan   waktunya   di   dalam   keheningan   gua   tersebut.   Ia merenung   dengan   hatinya   tentang   keadaan   alam;   ia   memikirkan   keagungan   rahasia-rahasianya dan rahmat Penciptanya serta kebesaran-Nya. Pada tahun yang kedua puluh lima, beliau mengenal Ummul Mu'minin, isterinya yang pertama, yaitu Khadijah binti Khuwailid yang saat itu berusia empat puluh tahun. Khadijah adalah wanita yang mulia dan mempunyai cukup harta. Ia berdagang dan suaminya telah meninggal. Banyak orang   yang   mendekatinya   dengan   alasan   untuk   mendapatkan   kekayaannya.   Khadijah   mencari seseorang     laki-laki  yang   dapat   membawa       harta  dagangannya      menuju    Syam,    lalu  Khadijah mendengar   berita   yang   cukup   banyak   berkenaan   dengan   kejujuran   dan   amanat   serta   kesucian Muhammad         bin  Abdilah.   Akhirnya,     Khadijah    mengutus    Muhammad        saw   untuk   membawa barang   dagangannya.   Muhammad   saw   pergi   dalam   perjalanannya   yang   kedua   ke   Syam   saat beliau berusia dua puluh lima tahun. Allah SWT memberkati perjalannya di mana beliau kembali dengan     membawa   keuntungan     yang   berlipat   ganda    yang   diserahkannya      kepada    Khadijah. Muhammad   saw   tidak   peduli dengan   harta   Khadijah   dan   tidak   peduli   kepada   kecantikannya; Muhammad  saw    hanya    memandang kemuliaan      yang   dipegangnya.        

    Kemudian      Khadijah merasakan getaran cinta terhadap Muhammad saw. Dan Akhirnya, ia mengutarakan keinginan untuk menikah dengannya, hingga Muhammad saw pun setuju. Paman   Muhammad   saw,   Abu   Thalib   berdiri   dan   menyampaikan   khotbah   pada   saat   perayaan perkawinannya:       Muhammad       saw    tidak  dapat   dibandingkan     dengan    seorang   pun   dari  kaum Quraisy karena ia   adalah   seorang   yang mulia, baik dari sisi   akal maupun ruhani. Meskipun ia seorang   yang   fakir   namun   harta   adalah   naungan   yang   akan   hilang   dan   benda   yang   bersifat sementara. Setelah menikah, Muhammad saw justru mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk merenung dan menyendiri serta beribadah. Kemudian kehidupan   yang dijalaninya justru meningkatkan kemuliaannya, sehingga keutamaannya tersebar di sana sini. Beliau tidak pernah terlibat   dalam   pergulatan   yang   keras   untuk   memperebutkan   materi-materi   dunia.   Beliau   selalu menggunakan   akal   sehatnya   daripada   terlibat   dalam   kesesatan   mereka   dan   kegelapan   berhala yang menyelimuti banyak orang pada saat itu. Kemudian usianya kini mendekati empat puluh tahun. Setelah merasakan kesunyian di tengah-tengah masyarakat, beliau lebih memilih untuk menjauh dari    mereka.    Beliau    mencari-cari    hakikat,    sehingga    Allah   SWT      membimbingnya        untuk menyendiri di gua Hira. Akhirnya, beliau dapat keluar dari Mekah. Beliau berjalan beberapa mil. Kemudian beliau mulai mendaki dan mendaki. Setiap kali ia mendaki gunung, maka tempat itu semakin luas. Udara tampak lembut dan tersingkaplah hijab, dan pandangan semakin terbentang. Kemudian   beliau   memasuki   gua.   Keheningan   menyelimuti   segala   sesuatu,   namun   hati   tetap sadar   dan   tidak   ada   sesuatu   yang   dapat   menghalang-halangi   pandangan   internal   yang   dalam. Dalam      suasana    kesunyian     terkadang    lahirlah   pemikiran-pemikiran       yang    cemerlang     yang kemudian   menyebarkan   sayap-sayapnya   dan   membumbung,   pertama-tama   di   atas   angkasa   gua lalu tersebar menuju ke tempat yang lebih luas. Tidak ada sesuatu pun yang membatasinya atau mengekang kebebasannya. Kita tidak mengetahui pikiran-pikiran apa yang terlintas pada manusia termulia dan terbesar di atas bumi itu saat beliau duduk di gua Hira beberapa bulan. Apa yang beliau pikirkan dan apa gerangan   yang   beliau   risaukan?   Mimpi   apa   yang   ada   di   benaknya   dan   perasaan-perasaan   apa yang lahir dalam hatinya? Bagaimana keadaan batu-batu yang ada di sisinya? Apakah atom-atom batu   yang   berputar   di   sekelilingnya   menyahuti   tasbihnya   yang   diam,   seperti atom-atom   batu yang bersahut-sahutan bersama Daud saat ia membaca kitabnya Zabur.

0 comments:

Posting Komentar