Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Kamis, 14 Agustus 2025

Pengaruh Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad terhadap peradaban dunia

 Pengaruh Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad terhadap peradaban dunia

Kehendak    Allah    SWT terlaksana dan Allah SWT telah memilih Nabi yang terakhir di muka bumi dan orang Muslim yang pertama.Barangkali pembaca akan bertanya: Apa hakikat dari Islam? Apabila Muhammad saw sebagai Nabi yang terakhir yang diutus oleh Allah SWT di muka bumi dan kita mengetahui bahwa para nabi semuanya sebagai Muslim, maka bagaimana beliau dapat dikatakan mendahului mereka   dalam   keislaman   dan   menjadi   orang   Muslim   yang   pertama?   Islam   yang   dibawa   oleh Muhammad saw tidak berbeda dalam esensinya dengan Islam yang dibawa oleh Nabi Nuh, Nabi Musa, Nabi Isa atau nabi yang lain, tetapi yang berbeda adalah bentuknya, sedangkan esensinya tetap seperti semula,   yakni berdasarkan tauhid.

pengaruh islam terhadap peradaban dunia

 Islam   yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw berbeda dalam bentuknya dengan Islam yang dibawa nabi-nabi sebelumnya karena sebab yang penting, yakni bahwa Islam ini merupakan ajaran yang universal dan berisi aspek kemanusiaan yang abadi.   Islam tidak   terbatas   atas orang-orang Arab tetapi ia berlaku atas semua golongan. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw tidak terbatas untuk kabilah tertentu atau bangsa tertentu atau bumi tertentu atau lingkungan tertentu atau zaman tertentu, tetapi ia untuk semua manusia.   Atau   dengan   kata   lain,   ia   merupakan   ajakan   untuk   membangkitkan   akal   manusia   di mana saja mereka berada tanpa ada batasan tempat atau waktu. 

Universalitas ajaran Islam tidak dikenal   pada   risalah-risalah   Ilahi   sebelumnya     di   mana   setiap   risalah   itu   diperuntukkan   bagi bangsa tertentu dan zaman tertentu. Oleh karena itu, mukjizat-mukjizat yang mengagumkan yang bersifat temporal seringkali mendukung risalah-risalah yang dahulu. Ketika Islam datang sebagai bentuk ajakan untuk menghidupkan akal manusia secara bebas, maka di sana tidak ada alasan untuk    membawa       mukjizat   yang   mengagum-kan.        Hanya    ada  satu   kata  yang   dapat   dijadikan pembuka      untuk    berdakwah     dan   membuka      akal   manusia,    yaitu  kata   "iqra"'  (bacalah).   Dan hendaklah bacaan ini berdasarkan nama Allah SWT. Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Coba Anda renungkan permulaan pertumbuhan dan puncak pencapaian. Di sini tersembunyi mukjizat yang hakiki jika Anda berusaha mencari mukjizat   yang   hakiki.   Bacalah,   dan   Tuhanmu   Yang   Maha   Mulia,   yang   memberikan   nikmat penciptaan dan rezeki serta rahmat dan kelembutan. Dia Maha Mulia yang mengajarkan manusia apa saja yang tidak diketahuinya. Demikianlah esensi dari Islam, yaitu ajakan untuk membaca. Ia adalah dakwah yang menunjukkan kedudukan ilmu. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya yang takut   kepada   Allah   di   antara   hamba-hamba-Nya   hanyalah   orang-orangyang   berilmu   (ulama)." (QS. Fathir: 28) Takut kepada Allah SWT tidak akan muncul kecuali berdasarkan ilmu. Mustahil kebodohan       dengan bentuk    apa   pun   akan   melahirkan     rasa   takut. 

Oleh   karena    itu,  dalam pandangan Islam ilmu adalah hal yang pokok. Ia bukan kemewahan dan bukan hanya perhiasan. Kaum Muslim telah mengalami masa kemuliaan dan kejayaan dan mereka berhasil menguasai bumi     ketika  mereka    memahami       Islam   secara  benar,   tetapi  ketika   pemahaman      ini  jauh  dari mereka, maka mereka kembali dalam keadaan yang paling buruk, bahkan lebih buruk daripada masa jahiliah. Jadi, ilmu dalam Islam merupakan tujuan yang mulia dan utama dalam penciptaan alam wujud. Kisah Nabi Adam dan Hawa, sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur'an adalah bukan semata-mata   kisah   kesalahan   memakan   pohon   tcrlarang,   tetapi   ia   juga   kisah   yang   memiliki dimensi-dimensi   yang   dalam   dan   aspek-aspek   yang   beraneka   ragam.   Ketika   Anda   menyclami kedalamannya, maka Anda akan dapat menemukan simbol-simbol dari makna-makna yang lebih penting. Dialog internal yang dialami oleh para malaikat tentang rahasia pemilihan Nabi Adam untuk memakmurkan bumi dan menjadi khalifah di dalamnya serta pengajaran   yang diperoleh Nabi   Adam   tentang   nama-nama   semuanya   dan   bagaimana   beliau   mengemukakan   nama-nama tersebut   kepada   para   malaikat,   serta   ketidaktahuan   mereka   tentang   nama-nama   itu,   kemudian usaha Nabi Adam untuk memberitahu mereka tentang apa yang diketahuinya serta pengetahuan para malaikat tentang rahasia pemilihan Nabi Adam dan para keturunannya untuk memakmurkan bumi,    semua    ini  menjadikan     tujuan   dari  penciptaan     manusia    adalah   pencapaian     ilmu   atau ma'rifah secara umum. Pandangan tersebut dikuatkan oleh firman Allah SWT: "Dan Ahu tidak menciptakan      jin  dan   manusia    kecuali   untuk   menyembah-(Ku)."        (QS.   adz-Dzariat:    56)   Lalu bagaimana kita memahaminya saat ini dan bagaimana generasi yang pertama dari kaum Muslim dan dari sahabat-sahabat Rasul saw dan para pengikutnya dan para tentaranya memahaminya? Saat    ini  kita  memahaminya       dengan    pemahamam        yang   sederhana.    Kita   mengetahui     bahwa kalimat "untuk menyembah-Ku " berarti ritualitas dalam beribadah dan aspek-aspek lahiriahnya, seperti   mengucapkan   kalimat   syahadat,   salat,   puasa,   haji,   zakat   dan   lain-lain.   Sehingga   orang- orang yang salat diperbolehkan untuk menyembah Allah SWT di negeri mereka atau di rumah- rumah   mereka,   meskipun   mereka   hidup   di   bawah   pemikiran   orang-orang   Barat   dan   membeli produk-produk yang dibuat mereka serta memanfaatkan ilmu dan kecanggihan tehnologi orang- orang     Barat.   Namun      mereka    sendiri   tidak   menghasilkan      apa-apa.    Mereka     tidak   dapat memberikan   kontribusi   kepada   kehidupan;   mereka   tak   ubah-nya   seperti   bulu   yang   dimainkan oleh   ombak.   Sedangkan   pemahaman   yang   dahulu   berkaitan   dengan   kalimat   tersebut   sebagai berikut: "Dan   Aku   tidak   menciptakan   jin   dan   manusia   kecuali   untuk   menyembah-(Ku).   "   (QS.   adz- Dzariat:     56)   Ibnu    Abbas    membacanya:        "Illa  liya'rifuun."   (Agar    mereka     mengetahui). Perhatikanlah   bagaimana   pentingnya   perbedaan   antara   praktek-praktek   ibadah   dengan   bentuk- bentuknya   dan   kedalamannya   yang   jauh   dalam   ma'rifah   yang   menyebabkan   rasa   takut   kepada Allah SWT. Orang Muslim yang pertama meyakini bahwa Allah SWT menciptakannya agar ia mengetahui Allah SWT atau agar ia mengenal Allah SWT. Sehingga ambisi orang Muslim yang pertama sangat mengagumkan. Mereka pergi untuk membebaskan dunia semuanya: satu tangan berpegangan dengan Al-Qur'an dan tangan yang lain memegang pedang untuk menghancurkan belenggu-belenggu yang menyeret manusia kepada kesesatan. Kemudian       jatuhlah   dari  Islam   hakikat   ilmu,   sehingga    umat   Islam   tidak  dapat   memimpin kehidupan dan mereka justru men-dapatkan kehinaan. Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para   malaikat   dan   orang-orang   yang   berilmu   (juga   menyatakan   yang   demikian   itu).   Tak   ada Tuhan   melainkan   Dia,   Yang   Maha   Perkasa   lagi   Maha   Bijaksana.   Sesungguhnya   agama   yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali 'Imran: 18) Setelah   kesaksian   kepada   Allah   swt   dan   kesaksian   kepada   malaikat,   maka   disebutlah   secara langsung   kesaksian   kepada   orang-orang   yang   berilmu.   Maka,   adakah   penghormatan   terhadap ilmu yang lebih besar daripada penghormatan ini? Ilmu dalam Islam berbeda dengan ilmu dalam peradaban   Barat.   Memang   benar   bahwa   Islam   yang   bertanggung   jawab   terhadap   tumbuhnya pandangan ilmiah dan metode eksperimental di mana berdasarkan metode ini tegaklah peradaban Barat   yang   kemudian   melahirkan   berbagai   produksi,   pembuatan,   dan   penemuan.   Dan   metode eksperimental      adalah   metode    al-Istiqra,  yaitu  suatu   metode    yang   mengikuti     bagian-bagian terkecil (parsial) melalui jalan eksperimen yang dapat tunduk terhadap eksperimen dan melalui jalan memperhatikan hal-hal   yang tidak dapat tunduk terhadap suatu   eksperimen, atau melalui jalan   matematis   murni   yang   membutuhkan   kepada   matematis   murni   di   mana  hal   itu   bertujuan untuk menyingkap hukum-hukum yang menguasai benda.

Sistem ini bidangnya adalah alam dan alatnya adalah panca indera dan akal. Sistem ini dimanfaatkan oleh seorang Eropa yang bernama Roger Bikun. Ia mengakui bahwa ia sangat berhutang kepada kaum Muslim dan peradaban Islam. Seorang   guru   yang   bernama   Bruicll   dalam   bukunya   Abna'   al-Insaniah   menceritakan   tentang dasar-dasar   peradaban   Barat   di   mana   ia   berkata:   "Roger   Bikun   mempclajari   bahasa   Arab   dan ilmu-ilmu Arab di sekolah Oxford kepada guru-gurunya yang berasal dari Arab di Andalus. Dan Roger Bikun dan Fenessis Bikun tidak dapat menisbatan keutamaan yang mereka peroleh dalam menciptakan sistem eksperimental kepada diri mereka sendiri. Roger Bikun hanya seorang duta dari duta-duta ilmu. Oleh karena itu, ia tidak malu ketika menyatakan bahwa mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab adalah jalan satu-satunya untuk mengetahui kebenaran." Demikianlah       pernyataan     pakar-pakar     Barat   yang    jujur.  Yang    demikian     ini  bisa  dijadikan sanggahan terhadap orang-orang Barat yang tidak jujur agar mereka mengetahui bahwa mereka sebenarnya   mengambil   senjata   yang   sebenarnya   berasal   dari   Islam.   Dan   jika   dikatakan   bahwa rahasia     kebangkitan      Barat    saat   ini   dan    keunggulannya        atas   Timur     kembali     kepada pengambilannya terhadap sebab-sebab metode eksperimental, yaitu metode Islam, maka rahasia kehancuran       Barat   dan   kebingungannya        serta  kegelisahannya      adalah    karena    mereka    tidak menghubungkan          metode    tersebut   dengan     kebesaran     Allah   SWT     sebagaimana      semestinya. Metode      eksperimen-tal—sebagaimana            diambil    orang-orang     Barat—dimulai        dari  alam    dan berakhir   kepadanya   sebagai       sesuatu   tujuan.   Jadi,  ruang   lingkup   pembahasan   mereka        adalah berkisar    kepada    materi,   dan   alat-alat  pembahasan      adalah   eksperimen     dan   pengamatan      serta istiqra. Tiada     setelah   alam    kecuali    kematian     dan   kematian     adalah    rahasia   yang    misterius    dan melawannya adalah hal yang mustahil. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi setelah kematian; kita tidak mengetahui sesuatu pun tentang ruh. Tidak ada hubungan antara ilmu dan akhlak; tidak ada    jawaban    dari  ilmu   tentang    tujuan   kehidupan     ini.  Kita  hanya   mempelajari      aspek-aspek lahiriah   dan   mencapai   hukum-hukumnya   saja.   Demikianlah   pandangan   Barat   tentang   ilmu   di mana     ia  hanya   sekadar    alat  dan  sarana   untuk    mengatur    alam    dan   berusaha    menguasainya. Sedangkan metode ilmiah dalam Islam menyatakan bahwa gerakan atom dengan gerakan sistem tata   surya   di   bawah   kendali   Zat   Yang   Maha   Tahu   dan   Zat   Yang   Maha   Pencipta.   Ilmu   dalam Islam justru membimbing manusia untuk menuju Allah SWT: "Dan bahwasannya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesua-tu). " (QS. an-Najm: 42)

Ilmu justru mengantarkan manusia untuk mencapai rasa takut kepada Allah SWT sebagaimana membimbingnya beribadah kepadanya dan mencintai-Nya: "Sesungguhnya         yang   takut   kepada   Allah   di   antara   hamba-hamba-Nya   hanyalah   orang-orang yang berilmu (ulama)." (QS. Fathir: 28) Islam datang dan mengajak manusia untuk membaca, mengetahui, dan takut kepada Allah SWT serta   hanya   beribadah   kepadanya.   Jika   ilmu   merupakan   sayap   pertama   di   dalam   Islam,   maka sayap yang kedua adalah kebebasan. Rasulullah saw memberitahu dan menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan tidak ada sembahan selain Allah SWT. Seruan ini mengisyaratkan keruntuhan tuhan-tuhan yang mengusai bumi semuanya, baik tuhan yang   berupa   kepentingan-kepentingan   pribadi,   kekayaan,   raja,   penguasa,   pemikiran-pemikiran yang mengusai manusia, warisan para kakek dan nenek, berhala-berhala yang terbuat dari batu dan    kayu,    maupun     berbagai    macam     tuhan    lain  yang   bohong.     Adalah    salah   jika  seseorang membayangkan bahwa kalimat "tiada Tuhan selain Allah" hanya sekadar hiasan mulut seorang Muslim   di   mana   segala   sesuatu   yang   ada   di   sekitarnya   penuh   dengan   kebohongan   dan   tidak membenarkan   apa   yang   dikatakannya.   Kalimat   tersebut   dalam   Islam   merupakan   per-gulatan besar   bersama   kegelapan   yang   ada   pada   diri   manusia,   suatu   pergulatan   yang   berakhir   pada penyerahan   diri;   pergulatan   yang   akan   berpindah   pada   kehidupan   yang   lebih   berat,   sehingga kehi-dupan   akan   berserah   diri.   Dan   mustahil   pergulatan   itu   akan   terjadi   kecuali   jika   terpenuhi suatu   kebebasan:   kebebasan   akal   untuk   meragukan   dan   menolak   dan   kebebasan   yang   berakhir kepada   pencapaian   batas-batasnya   dan   kemampuannya   serta   kebebasan   yang   meninggi   untuk mencapai   keimanan   yang   dalam   dan   kokoh.   Itu   adalah   tanggung   jawab   yang   berarti   bahwa  ia harus   memikul   senjata   untuk   membebaskan   orang   lain   sebagaimana   ia   membebaskan   dirinya sendiri. Demikianlah esensi dari Islam, yaitu ilmu yang berdiri di atas kebebasan dan tanggung jawab   yang tumbuh dari kebebasan, dan buah terAkhirnya   adalah tauhid dalam kedalamannya yangjauh. Jika tauhid dipahami secara benar, maka manusia akan terbebas dari penyembahan selain Allah SWT: manusia akan bebas terhadap rasa takut dari kematian, kekhawatiran atas rezeki, manusia akan terbebas dari sikap bakhil dan ketakutan terhadap hari-hari yang akan datang.

0 comments:

Posting Komentar