Al-Mala' adalah para penguasa atau para pembesar yang bertanggungjawab
pada keamanan. Mereka menyiapkan persekongkolan untuk menyingkirkan
Musa. Apa yang dilakukan oleh Musa - kalau memang dianggap sebagai suatu
kesalahan - adalah kejahatan biasa yang hanya dituntut dengan hukuman
penjara. Lalu siapakah yang membuat rencana yang demikian, dan siapakah
yang mendorong untuk melakukan persekongkolan untuk membunuhnya? Kami
kira bahawa kepala keamanan Mesir tidak menyukai Musa. Ia mengetahui
bahawa Musa adalah anggota Bani Israil. Ia mengetahui bahawa sampainya peti
di istana Fir'aun merupakan suatu rekayasa yang dirancang oleh musuh-
musuhnya yang menginginkan kedudukannya. Ini bererti kerana keteledorannya
dan ketelodaran anak-anak buahnya. Berapa kali orang itu menasihati dan
menganjurkan agar Musa dibunuh tetapi Fir'aun justru menampik fikiran itu.
Dan ketika datang saat yang ditentukan untuk membunuh Musa, Fir'aun justru
tunduk terhadap Isterinya yang sangat mencintai Musa.
Akhirnya, kesempatan emas ada di depannya. Para pembantunya mengatakan
kepadanya bahawa Musalah yang membunuh orang Mesir yang mereka temukan
jasadnya kelmarin. Selesailah urusan ini. Kemudian datanglah perintah dan
kesempatan untuk membunuh Musa. Orang-orang yang membenci Musa mulai
mendapatkan angin kegembiraan di mana mereka akan melihat Musa terbunuh,
tetapi Allah s.w.t mengirim seorang Mesir yang baik untuk mengingatkan Musa
agar berlari dari kejaran orang-orang yang lalim.
Allah s.w.t berfirman:
"Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu- nunggu
dengan khuatir, dia berdoa: 'Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari
orang-orang yang lalim itu.'" (QS. al-Qashash: 21)
Musa meninggalkan kota dan menjadi orang yang terusir. Musa segera keluar
dalam keadaan takut dan sambil waspada Musa selalu berdoa dalam hatinya:
"Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang lalim." Kaum itu
memang benar-benar orang-orang yang lalim. Mereka ingin menerapkan
hukuman bagi pembunuh dengan sengaja atas Musa, padahal Musa tidak
melakukan selain berusaha memisahkan orang yang berkelahi tetapi dengan
tidak sengaja ia membunuhnya. Musa segera keluar dari Mesir. Beliau tidak lagi
pergi ke istana Fir'aun dan tidak mengganti pakaiannya, dan beliau tidak
membawa makanan untuk perjalanan. Beliau tidak membawa binatang
tunggangan yang dapat menghantarkannya. Beliau tidak pergi bersama suatu
kafilah. Beliau langsung pergi ketika mendapatkan khabar dari seorang mukmin
yang mengingatkannya dari ancaman Fir'aun.
Musa melalui jalan yang tidak lazim dilalui orang biasa. Musa memasuki gurun
dan ia menuju ke suatu tempat yang di situ Allah s.w.t membimbingnya. Ini
adalah pertama kalinya beliau keluar dan mengharungi gurun pasir sendirian.
Kemudian sampailah Musa di suatu tempat yang bernama Madyan. Musa
istirahat dan duduk-duduk di dekat sumur yang besar di mana di situ
orang-orang mengambil air untuk memberi minum kepada binatang-binatang
tunggangan mereka dan binatang-binatang gembalaan mereka. Musa tidak
membawa makanan selain daun-daun pohon. Musa minum dari sumur-sumur
yang ditemukannya di tengah jalan. Sepanjang perjalanan Musa merasakan
ketakutan; jangan-jangan Fir'aun mengirim orang untuk menangkapnya. Ketika
Musa sampai di kota Madyan Musa berbaring di sisi pohon dan istirahat. Musa
merasa lapar dan keletihan. Sandal yang dipakainya tampak mulai rosak.
Beliau tidak mempunyai wang yang cukup untuk membeli sandal baru, dan
beliau juga tidak mempunyai wang yang cukup untuk membeli makanan dan
minuman.
Nabi Musa berdiri dalam keadaaan bingung dan tubuhnya tampak menggigil di
tengah-tengah keluarganya. Kemudian Nabi Musa mengangkat kepalanya dan
menyaksikan sesuatu dari jauh. Sesuatu yang beliau saksikan adalah api yang
sangat besar yang menyala-nyala dari kejauhan. Maka hati Musa dipenuhi
dengan rasa gembira. Ia berkata kepada keluarganya: "Aku melihat api di
sana." Lalu beliau memerintahkan kepada mereka untuk tinggal di tempatnya
sehingga beliau pergi ke api itu. Barangkali di sana beliau mendapatkan suatu
berita atau akan menemukan seseorang yang dapat memberinya petunjuk
sehingga beliau tidak tersesat, atau beliau dapat membawa sebahagian api
yang menyala sehingga tubuh mereka menjadi hangat.
Keluarganya melihat api yang diisyaratkan oleh Musa tetapi sebenarnya mereka
tidak melihat sesuatu pun. Mereka tetap mentaatinya dan duduk sambil
menunggu kedatangan Musa. Musa bergerak menuju ke tempat api. Musa
segera berjalan untuk menghangatkan tubuhnya, sementara tangan kanannya
memegang tongkatnya dan tubuhnya tampak basah kuyup kerana hujan. Nabi
Musa tetap berjalan sampai ia mencapai suatu lembah yang bernama Thua'.
Beliau menyaksikan sesuatu yang unik di lembah ini. Di lembah itu tidak ada
rasa dingin dan tidak ada angin yang bertiup. Yang ada hanya keheningan. Nabi
Musa mendekati api. Belum lama beliau mendekatinya sehingga beliau
mendengar suara panggilan:
"Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia: 'bahawa telah
diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang
berada di sekitarnya. Dan Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (QS.
an-Naml: 8)
Tiba-tiba Nabi Musa berhenti dan badannya menggigil. Suara itu tampak
terdengar dan datang dari segala tempat dan tidak berasal dari tempat
tertentu. Musa melihat api dan beliau kembali merasa menggigil. Beliau
mendapati suatu pohon hijau dari duri dan setiap kali pohon itu terbakar dan
berkobar api darinya maka pohon itu justru semakin hijau. Seharusnya pohon
itu berubah warnanya menjadi hitam saat terbakar, tetapi anehnya api justru
meningkatkan warna hijaunya. Musa tetap menggigil meskipun beliau
merasakan kehangatan dan tampak mulai berkeringat.
Lembah yang di situ Musa berdiri adalah lembah Thua'. Musa meletakkan kedua
tangannya di atas kedua matanya kerana saking dahsyatnya cahaya. Beliau
melakukan yang demikian itu sebagai usaha untuk melindungi kedua matanya.
Kemudian Musa bertanya dalam dirinya: Ini cahaya atau api? Tiba-tiba beliau
tersungkur ke tanah sebagai wujud rasa takut, lalu Allah s.w.t memanggil:
"Wahai Musa." (QS. Thaha: 11)
Musa mengangkat kepalanya dan berkata: "Ya." Allah berkata:
"Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu." (QS. Thaha: 12)
Musa semakin menggigil dan berkata: "Benar wahai Tuhanku."
Allah s.w.t berkata: "Maka lepaskanlah kedua sandalmu sesungguhnya engkau
berada di lembah yang suci yang bernama Thua'." Musa tertunduk dan rukuk
sementara tubuhnya tampak gementar dan beliau mulai melepas sandalnya
Allah s.w.t berkata:
Maka tinggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di
lembah yang suci, Thuwa'. " (QS. Thaha: 12)
Musa rukuk dan melepas kedua sandalnya. Kemudian Allah s.w.t kembali
berkata:
"Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan
diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada
Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat
untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku
merahsiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa
yang diusahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh
orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa
nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa." (QS. Thaha: 13-16)
Musa semakin gementar saat beliau menerima wahyu Ilahi dan saat berdialog
dengan Allah s.w.t. Allah s.w.t yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
berkata:
"Apakah itu yang ada di tangan kananmu, hai Musa?" (QS. Thaha: 17)
Bertambahlah kehairanan Nabi Musa. Allah s.w.t adalah Zat yang mengajaknya
berbicara dan tentu Dia lebih mengetahui daripada Musa tentang apa yang
dipegangnya, lalu mengapa Allah s.w.t bertanya kepadanya jika memang Dia
lebih mengetahui darinya. Tak ragu lagi bahawa di sana ada hikmah yang
tinggi. Musa menjawab pertanyaan itu dengan suaranya yang tampak mengigil:
Allah berfirman:
"Lemparkanlah ia, hai Musa!" (QS. Thaha: 19)
Musa melemparkan tongkatnya dari tangannya dan rasa hairannya semakin
menjadi-jadi. Tiba-tiba Musa dikejutkan ketika melihat tongkat itu menjadi
ular yang besar. Ular itu bergerak dengan cepat. Musa tidak mampu lagi
menahan rasa takutnya. Musa merasa tubuhnya bergetar kerana rasa takut.
Musa membalikkan tubuhnya kerana takut dan ia mulai lari. Belum lama ia lari,
belum sampai dua langkah, Allah s.w.t memanggilnya:
"Hai Musa, janganlah kamu takut, sesungguhnya orang yang menjadikan
rasul, tidak takut di hadapanku. " (QS. an-Naml: 10)
"Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya
kamu termasuk orang-orang yang aman. " (QS. al- Qashash: 31)
Musa kembali memutar badannya dan berdiri. Tongkat itu tampak bergerak
dan ular itu pun tetap bergerak. Allah s.w.t berkata kepada Musa:
"Peganglah ia dan janganlah takut, Kami akan mengembalikannya kepada
keadaannya semula. " (QS. Thaha: 21)
Musa menghulurkan tangannya ke ular itu dalam keadaan menggigil. Musa
belum sempat menyentuhnya sehingga ular itu menjadi tongkat. Demikianlah
perintah Allah s.w.t terjadi dengan cepat. Kemudian Allah s.w.t
memerintahkan kepadanya:
"Masukanlah tanganmu ke leher bajumu, nescaya ia keluar putih tidak bercacat
bukan kerana penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila
ketakutan. " (QS. al-Qashash: 32)
Musa meletakkan tangannya di kantongnya lalu ia mengeluarkannya dan
tiba-tiba tangan itu bersinar bagaikan bulan. Kembali rasa kagum Musa
bertambah. Lalu ia meletakkan tangannya di dadanya sebagaimana
diperintahkan Allah s.w.t padanya sehingga rasa takutnya benar-benar hilang.
Musa merasa tenang dan terdiam. Kemudian Allah s.w.t memerintahkan
kepadanya - setelah beliau melihat kedua mukjizat ini, yaitu mukjizat tangan
dan mukjizat tongkat - untuk pergi menemui Fir'aun dan berdakwah kepadanya
dengan penuh kelembutan dan kasih sayang dan Allah s.w.t memerintahkan
kepadanya untuk mengeluarkan Bani Israil dari Mesir. Musa menampakkan rasa
takutnya kepada Fir'aun. Musa berkata bahawa ia telah membunuh seseorang
di antara mereka dan beliau khuatir mereka akan membunuhnya dan
membalasnya. Musa meminta kepada Allah s.w.t dan memohon kepada-Nya
agar mengirim saudaranya Harun bersamanya. Allah s.w.t menenangkan Musa
dengan mengatakan bahawa Dia akan selalu bersama mereka berdua. Dia
mendengar dan menyaksikan gerak-geri dan perbuatan mereka. Meskipun
Fir'aun terkenal dengan kejahatannya dan kekuatannya, namun kali ini Fir'aun
tidak akan mampu mengganggu atau menyakiti mereka. Allah s.w.t
memberitahu Musa bahawa Dia-lah yang akan menang. Musa berdoa dan
memohon kepada Allah s.w.t agar melapangkan hatinya dan memudahkan
urusannya serta memberinya kekuatan dalam berdakwah di jalan-Nya.
Allah s.w.t berfirman:
"Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa ? Ketika ia melihat api, lalu
berkatalah ia kepada keluarganya: 'Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya
aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit darinya
kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu. Maka ketika
ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: Hai Musa, sesungguhnya Aku adalah
Tuhanmu. Maka tinggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu
berada di lembah yang suci, Thuwa'. Dan Aku telah memilih kamu, maka
dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini
adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu
akan datang. Aku merahsiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu
dibalas dengan apa yang diusahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu kamu
dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh
orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa.
Apakah itu yang ada di tangan kananmu, hai Musa, 'Ini adalah tongkatku,
aku bertelehan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk
kambingmu, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.' Allah
berfirman: Lemparkanlah ia, hai Musa!' Lalu dilemparkanlah tongkat itu,
maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
Peganglah ia dan janganlah takut, Kami akan mengembalikannya kepada
keadaannya semula, dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, nescaya ia ke
luar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain
(pula), untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Kami yang besar. Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya ia telah
melampaui batas. Berkata Musa: 'Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku
dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan
dari lidah, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku
seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun saudaraku, teguhkanlah
dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya
kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau.
Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami.' Allah
berfirman: 'Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa.'
Dan sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang
lain, yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan,
yaitu: Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke
sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh
(Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya.' Dan Aku telah melimpahkan kepadamu
kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah
pengawasan-Ku. (Yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia
berkata kepada (keluarga Fir'aun): 'Bolehkah saya menunjukkan kepadamu
orang yang akan memeliharanya?' Maka Kami mengembalikanmu kepada
ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah
membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan
Kami telah mencubamu dengan beberapa cubaan; maka kamu tinggal
beberapa tahun di antara penduduk Madyan, kemudian kamu datang
menurut waktu yang ditetapkan hai Musa, dan Aku telah memilihmu untuk
diri-Ku. " (QS. Thaha: 9-41)
Kita tidak mengetahui apa yang kita akan katakan dan apa yang kita komentar
berkaitan dengan firman Allah s.w.t kepada salah seorang hamba-Nya: "Dan
Aku telah memilihmu untuk diri-Ku." Allah s.w.t telah memilih Musa. Itu adalah
salah satu puncak kemuliaaan di mana tidak ada seseorang pun di zaman itu
yang mampu mencapainya selain Musa. Nabi Musa kembali untuk menemui
keluarganya setelah Allah s.w.t memilihnya sebagai Rasul atau utusan untuk
berdakwah ke Fir'aun. Akhirnya, Nabi Musa beserta keluarganya berjalan
menuju ke Mesir. Hanya Allah s.w.t yang mengetahui fikiran-fikiran apa yang
terlintas di dalam diri Musa saat beliau mengayunkan langkahnya menuju ke
Mesir.
Selesailah masa-masa perenungan dan dimulailah hari-hari kedamaian dan
kebahagiaan, dan akhirnya datanglah hari-hari yang sulit. Demikianlah Nabi
Musa memikul amanat kebenaran dan pergi untuk menyampaikannya kepada
salah satu penguasa yang paling bengis dan paling kejam dan paling jahat di
zamannya. Nabi Musa mengetahui bahawa Fir'aun adalah orang yang jahat.
Fir'aun akan berusaha memberhentikan langkah dakwahnya dan Fir'aun akan
menentangnya tetapi Allah s.w.t memerintahkannya untuk pergi ke Fir'aun dan
berdakwah kepadanya dengan kelembutan dan kasih sayang. Allah s.w.t
mewahyukan kepada Musa bahawa Fir'aun tidak akan beriman tetapi Nabi Musa
tidak peduli dengan hal itu. Beliau diperintahkan untuk melepaskan Bani Israil
yang sedang diseksa oleh Fir'aun.
0 comments:
Posting Komentar