Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Kamis, 28 Agustus 2025

Kisah Nabi Muhammad SAW di perang Uhud

 Kisah Nabi Muhammad SAW di perang Uhud

Dalam peperangan Uhud jumlah kaum musyrik tiga ribu sedangkan jumlah kaum Muslim tiga ratus   pasukan   setelah   pemimpin   orang-orang   munafik   Abdullah   bin   Saba'   mengundurkan   diri pasukan.   Kaum   Muslim   diletakkan   di   gunung   dan   Rasulullah   saw   membuat   rencana   yang   jitu untuk memenangkan pertempuran di mana beliau membagi pasukan pemanah di puncak gunung untuk   melindungi   punggung   kaum   Muslim   dan   melinduingi   mereka   dari   serangan   dari   arah belakang.   

perang uhud

Rasulullah   saw   memberi   pengertian   kepada   pasukan   panah   itu   agar   mereka   tetap   di tempatnya   baik   kaum   Muslim   menang   maupun   kalah.   Yakni   bahwa   pasukan   pemanah   tidak boleh turun dari gunung dan meski berusaha untuk melindungi kaum Muslim. Rasulullah saw berkata kepada mereka. "lindungilah punggung-punggung kami. Jika kalian melihat kami sedang bertempur, maka kalian tidak usah turun darinya dan tidak usah menolong kami, dan jika kalian melihat kami memperoleh kemenangan dan mengambil ganimah, maka kalian tidak boleh ikut serta bersama kami." Setelah membuat keputusan tersebut, Rasulullah saw kembali ke pasukan yang lain, lalu beliau membikin suatu rencana untuk menyerang. Dan Dimulailah peperangan kemudian pasukan Islam mendorong   pasukan   musyrik   laksana   angin   yang   kencang   yang   memporak-porandakan   ribuan kaum   musyrik.   Pada   tahapan   pertama   pasukan   Islam   tampak   menguasai   medan   dan   berhasil menyapu kaum musyrik sehingga pasukan Mekah tampak berputus asa meskipun mereka unggul secara   bilangan   dan   meskipun   mereka   memiliki   kuatan   persenjataan         yang   lengkap,   pasukan Mekah   justru   dikagetkan   dengan   ketangguhan   pasukan   Muslim   yang   dapat   memukul   mundur mereka   hingga   mereka   membayangkan   balwa   mereka   tidak   dapat   memenangkan   peperangan atau   dapat   bertahan   di   hadapan   pasukan   Muslim.   Debu-debu   peperangan   mulai   berterbangan yang    menyertai    tanda-tanda     kekalahan    pasukan    Mekah.    Sementara     itu,  para  pemanah     yang diletakkan Rasulullah saw di suatu tempat   yang strategis berpikir untuk memperoleh ganimah. Pasukan     Mekah     telah  kalah   dan   mereka    telah   melarikan    diri  dari  pasukan    Muslim,     maka bagaimana      seandainya     para  pemanah     turun   dari  tempat   mereka    untuk   mengumpulkan        harta rampasan dan ganimah. Rasulullah saw telah mengingatkan mereka agar jangan meninggalkan tempat     mereka,    apa   pun    yang   terjadi   tetapi pasukan     pemanah     itu  justru   berkhianat     dan  menentang   perintah   Nabi   saw   setelah   mereka   membayangkan   bahwa   peperangan   telah   selesai dan keuntungan akan diperoleh pasukan Madinah yang beriman.

Pasukan      pemanah     mengira    bahwa     Allah   SWT     akan   menutupi    kesalahan    mereka    dan   akan melindungi mereka sehingga mereka berhasil mengambil harta rampasan dan ganimah. Sungguh keikhlasan     telah   tercabut   dari  hati  sebagian    pasukan.    Belum    lama   hal  tersebut   berlangsung sehingga    terjadilah   perubahan     yang   drastis   pada   peperangan.      Pemimpin      pasukan    berkuda musyirik   dalam   peperangan   Uhud   yaitu   Khalid   bin   Walid   yang   kemudian   ia   menjadi   tokoh Muslim adalah orang yang sangat jenius dalam peperangan. Begitu ia melihat pasukan pemanah lari   dari   tempat   mereka,   maka   ia   melihat   celah   yang   terbuka   di   tengah-tengah   kaum   Muslim, sehingga ia segera memutarkan kudanya dan disertai pasukan yang mengikutinya. Kemudian ia menyerang kaum Muslim dari belakang. Serangan yang dilakukan Khalid itu sangat cepat dan sangat mengejutkan. Orang-orang musyrik mengambil kesempatan emas. Mereka yang tadinya lari, kini mereka menarik diri dan justru menyerang kembali. Pasukan Muslim dikepung dari dua arah oleh pasukan berkuda: satu dari belakang dan yang lain dari   depan.    Kemudian      berjatuhanlah    korban-korban      dari  pasukan     Muhammad        bin  Abdillah. Banyak      di  antara   mereka    yang   mati   sebagai    syahid   saat  mempertahankan        dan   melindungi Rasulullah   saw,   bahkan   sang   Nabi   pun   hidungnya   terluka   dan   giginya   pun   runtuh   dan   kepala beliau yang mulia terluka sehingga beliau mengucurkan darah. Kemudian tersebarlah isu bahwa Muhammad saw telah meninggal. Ketika mendengar itu, kaum Muslim sangat terpukul dan sangat sedih sehingga kaum Muslim pun terpecah-pecah. Sebagian mereka kembali ke Mekah dan sekelompok yang lain ke atas gunung dan mereka tetap menjaga Nabi    saw   yang    mulia.   Ketika   mendengar      kematian    Nabi,   Anas    bin  Nadhir    berkata   kepada kaumnya: "Bangkitlah kalian dan matilah seperti kematiannya. Apa yang kalian lakukan setelah kalian   hidup    sesudahnya."   Pasukan   Muslim        tetap   bertahan   dan   melakukan   peperangan,   lalu tekanan     kaum    musyrik     semakin     berat  kepada     Nabi   saw    dan   para   sahabatnya.    Kemudian terjadilah kejadian yang paling sulit dalam sejarah umat Islam. Nabi saw berteriak saat melihat kaum   musyrik   menekannya   dan   berusaha   membunuhnya:   "Barangsiapa   yang   dapat   mengusir mereka dariku, maka baginya surga." Mendengar       perkataan    itu,  kaum    Muslim    segera   mengitari    Nabi    saw   dan   melindungi     beliau sehingga   banyak   dari   mereka   berguguran   sebagai   syahid.   Bahkan   sahabat-sahabat   Abu   Juanah melindungi      Nabi    saw   sampai-sampai       punggungnya       dipenuhi    dengan     anak-anak     panah.  

  Ia bagaikan baju besi yang dipakai kepada Nabi saw dan ia tetap kokoh melindungi sang Nabi saw. Kemudian berubahlah keadaan karena keteguhan dan keberanian yang diperlihatkan oleh kaum Muslim. Pasukan Mekah merasa puas dan mereka memilih untuk menarik diri. Saat itu orang- orang Quraisy tidak lebih sedikit penderitaannya daripada orang-orang Muslim. Setelah     peperangan     yang   dahsyat    itu,  kaum    musyrik    menarik     diri  setelah  mereka     berhasil membunuh beberapa orang Muslim, bahkan mereka berhasil melukai pemimpin pasukan   yaitu sang     Nabi   saw.    Semua     itu  terjadi  karena    satu   kesalahan     yaitu   kesalahan    terletak   pada penentangan   dan   pembangkangan   para   pemanah   terhadap   perintah   sang   Rasul   saw   dan   usaha mereka untuk meninggalkan tempat mereka. Ketika   sebagian   kelompok   dari   sahabat   kehilangan   pengorbanan   dan   kehilangan   sikap   ikhlas dalam hati mereka, maka kesalahan tersebut harus dibayar oleh tentara yang paling berani dan mulia   di   antara   mereka   yaitu   sang   Nabi   saw.   Langit   tidak   ikut   campur   untuk   menyelamatkan pasukan   Islam   itu.   Kesalahan   kaum   Muslim   itu   harus   dibayar   oleh   Rasul   saw   di   mana   wajah beliau pun terluka bahkan keluar darah   yang cukup deras dari luka beliau sehingga setiap kali dituangkan air di atas luka itu, maka darah pun semakin deras mengucur. Darah itu tidak berhenti kecuali setelah dibakarkan potongan tembikar lalu dilekatkan di atasnya. Luka     beliau   bukan   hanya    bersifat  materi   tetapi  luka   spiritual  beliau   dan   ruhani   beliau  pun semakin      bertambah.    Ini  beliau   rasakan    ketika   mendengar     bahwa     pamannya      Hamzah     gugur sebagai   syahid   dan   tidak   cukup   dengan   itu,   bahkan   istri   Abu   Sofyan   yaitu   Hindun   membelah perutnya     dan   mengeluarkan       jantungnya     serta  mengunyahnya        dengan    mulutnya.     Semua     itu semakin menambah kesedihan sang Nabi. Kaum      Quraisy   menguasi      pasukan    Muslim     dan   mereka    memberlakukan       dan   menekan     kaum Muslim secara aniaya. Seandainya bukan karena rahmat Allah SWT niscaya kaum Muslim akan mengalami kekalahan yang telak. Kemudian turunlah dalam Al-Qur'an al-Karim ayat-ayat yang mendidik      kaum    Muslim     agar   mereka    benar-benar     ikhlas   dan   memahamkan        mereka    bahwa kekalahan   mereka   sebagai   akibat   dari   adanya   pasukan   di   antara   mereka   yang   menginginkan dunia meskipun di antara mereka ada sebagian yang menginginkan akhirat. Jika terjadi demikian, maka   tidak   adajalan   untuk   memperoleh   kemenangan.   Ini   bukanlah   hal   yang   diinginkan   oleh pasukan   Muslim,   yang   diharapkan   adalah   hendaklah   semua   pasukan   tertuju   untuk   mencapai ridha   Allah   SWT   dan   hanya   mengharapkan   akhirat.   Jika   demikian   halnya,   maka   Allah   SWT akan memberi mereka dunia dan akhirat.

 Allah SWT berfirman dan menceritakan peperangan Uhud dalam surah Ali 'Imran: "Di antaramu ada   orang   yang   menghendahi   dunia   dan   di   antara   kamu   ada   orangyang   menghendaki   akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah   memaafkan   kamu.   Dan   Allah   mempunyai   karunia   (yang   dilimpahkan)   atas   orang-orang yang beriman." (QS. Ali 'Imran:: 152) Allah   SWT   memaafkan   hal   itu.   Orang-orang   Muslim   kini   menghitung   jumlah   korban   mereka dan mengobati orang-orang yang terluka. Rasulullah saw bertanya tentang pamannya Hamzah, dan   ketika   beliau   mendapatinya   di   tengah-tengah   sahabat   yang   gugur,   dan   orang-orang   kafir telah merusak jasadnya, maka beliau berkata dalam keadaan menangis: "Tidak akan ada orang yang akan tertimpa sepertimu selama-lamanya." Kemudian       Nabi   saw    berdiri  dan   memuji     Allah   SWT     lalu   beliau   memerintahkan      untuk mengembalikan orang-orang yang terbunuh dari kaum Muslim ke tempat asal mereka di mana mereka terbunuh. Saat itu keluarga mereka telah membawanya ke kuburan kemudian Nabi saw mengumpulkan   kedua   orang   laki-laki   dari   pahlawan-pahlawan   Uhud   dalam   satu   pakaian   dan beliau bertanya siapa di antara keduanya yang paling banyak mengambil manfaat dari Al-Qur'an. Jika   diisyaratkan   kepada   salah   satunya,   maka   beliau   akan   mendahulukannya   untuk   dimasukan dalam liang lahad. Rasulullah saw juga memerintahkan agar mereka dikebumikan dengan darah mereka dan beliau pun tidak mensalati mereka, serta tidak memandikan mereka. Allah SWT ingin memperlihatkan bagaimana mereka dibangkitkan pada hari kiamat lalu beliau bersabda: "Tiada seorang pun yang terluka di jalan Allah SWT kecuali Allah SWT membangkitkannya di hari kiamat dalam keadaan di   mana   Iukanya    akan   mengucur   darah.   Warna     itu   adalah   warna   darah   dan   baunya   seperti minyak misik." Bukanlah      penderitaan    yang   dalam   yang   merupakan      pelajaran   yang   harus   dimengerti    kaum Muslim dari peperangan Uhud sebagai akibat dari pembangkangan mereka dari perintah Rasul saw   dan   ketidaktaatan   mereka   kepadanya,   tetapi   wahyu   juga   menurunkan   berbagai   pelajaran yang lain yang dapat dimanfaatkan. Pelajaran yang terpenting setelah pelajaran kesetiaan adalah penjelasan tentang central utama yang di situ kaum Muslim berkumpul.

Pribadi Rasulullah saw bukanlah markas yang di situ kaum  Muslim berkumpul yang ketika pribadi Rasulullah saw yang mulia pergi karena satu dan lain hal, maka orang-orang Muslim akan pergi dan meninggalkan beliau. Tidak   seharusnya   pribadi   Rasul   saw   menjadi   markas   atau   central   tetapi yang   menjadi central dari semuanya adalah pemikiran beliau. Itulah yang paling penting. Demikianlah       bahwa    Al-Qur'an     al-Karim    mencela    orang-orang     yang    meletakkan     senjatanya ketika   tersebar   isu   terbunuhnya   Nabi   saw.    

Islam   tidak   akan   mencapai   puncaknya   ketika   kaum Muslim berkumpul di sisi Rasulullah saw saat beliau masih hidup namun ketika beliau terbunuh atau mati, maka mereka murtad di mana mereka membuang senjatanya dan pergi mengurusi diri mereka sendiri. Orang-orang Islam adalah orang-orang yang mengikuti prinsip bukan mengikuti pribadi. Muhammad bin Abdillah memang seorang pemimpin manusia dan Imam para rasul dan penutup para nabi, dan sebagai makhluk Allah SWT yang paling mulia, namun ini semua tidak membenarkan bahwa seorang Muslim diperbolehkan untuk meletakkan senjatanya ketika Rasul saw     wahfat   atau   terbunuh.    Hendaklah      seorang    Muslim     memanggul      senjatanya    dan    tidak membuang   dari   tangannya   kecuali   dalam   dua   keadaan:   pertama   ketika   ia   telah   memperoleh kemenangan dan kedua ketika ia telah mati. Nas   Al-Qur'an   menjelaskan   secara   gamblang   hubungan   kaum   Muslim   dengan   akidah   Islam, bukan     dengan    pribadi   sang   Rasul   saw.   Allah   SWT     berfirman:    "Muhammad        itu  tidak  lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakahjika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (tnurtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maha ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orangyang bersyukur." (QS. Ali 'Imran: 144) Demikianlah bahwa peperangan Uhud telah membawa dampak   yang luar biasa terhadap kaum Muslim,     utamanya     terhadap    Nabi   saw.   Orang-orang     yang    terbunuh   di  perang    Uhud    adalah sahabat-sahabat      yang   paling   mulia   dan   paling   banyak   imannya.   Mereka   adalah   pilihan   dari orang-orang      Muslim     yang   pertama;    mereka    memikul     beban   dakwah     di  saat-saat  yang   sulit bahkan   mereka   harus   berhadapan   dan        memusuhi     kerabat   mereka   dan    teman-teman   mereka; mereka   menjadi   terasing   saat   menyatakan   keislaman   mereka   sebelum   hijrah   dan   sesudahnya; mereka telah menginfakkan harta; mereka berjuang di jalan Allah SWT; mereka telah bersabar dalam menanggung berbagai macam penderitaan, dan ketika datang saat yang paling berbahaya dan   pasukan     Islam   telah   terkepung   di  mana   jiwa   Rasul   saw   telah   terancam,    mereka   justru mencurahkan        darah   mereka    bagaikan    lautan   yang    menenggelamkan        orang-orang     kafir  dan mereka      mampu       melindungi      sang   Rasul     saw    dan    mengubah      jalan    peperangan      serta menyelamatkan akidah tauhid.

Peperangan       Uhud    bukanlah    pengorbanan      pertama     yang   dilakukan     oleh  kaum     Muslim     dan bukanlah     merupakan      peperangan     yang    terakhir.  Ia  adalah   satu   peperangan     di  antara   cukup banyak   peperangan   yang   dilalui   oleh   Islam   untuk   menyebarkan   kalimat   Allah   SWT   di   muka bumi dan membimbing hamba-hamba-Nya. Begitu juga pengorbanan Rasul saw, dan peperangan Uhud     bukanlah     pengorbanan      yang   pertama     terhadap   Islam    dan   bukan    juga  yang    terakhir. Rasulullah saw telah hidup setelah diutusnya kepada manusia di mana beliau telah memberikan semuanya untuk kehidupan dan untuk dakwah; beliau tidak memiliki dirinya sendiri; beliau tidak memboroskan waktunya dengan sia-sia bahkan beliau beristirahat sedikit saja. Semua kehidupan beliau diberikan kepada dakwah dan untuk Islam. Beliau menjalani berbagai macam peperangan dan beliau memikul berbagai macam penderitaan dan belum lama beliau lari dari suatu problem kecuali beliau berhadapan dengan problem yang baru dan lain; belum lama beliau menyelesaikan suatu krisis kecuali beliau menghadapi krisis yang lain. Demikianlah kehidupan sang Nabi saw di mana beliau selalu memberikan kontribusi dan sumbangannya demi kepentingan agama Allah SWT. Silakan   Anda  mengamati   kehidupan   sang   Rasul   saw   dari   sudut   manapun   yang   Anda  inginkan niscaya Anda tidak akan menemukan sudut dari sudut-suduut kehidupan beliau kecuali dimulai dan   dipenuhi   dengan   pergulatan   yang   hebat. 

Rasulullah   saw   telah   melalui   pergulatan   militer dalam   berbagai   macam   pertempuran   yang   silih   berganti   yang   beliau   lakukan.   Beliau   memulai pergulatan politiknya yang terwujud dalam perundingan-perundingan dan surat-surat yang beliau kirimkan kepada penguasa dan para raja di berbagai negara agar mereka memeluk Islam, bahkan beliau melakukan pergulatannya dalam masalah pribadi di rumah tangga. Rumah tangga beliau pun tidak kosong dari pergulatan. Beliau adalah pejuang sejati dalam setiap waktu. Kalau kita engenal   Nabi   Ibrahim   sebagai   seorang   musafir   di   jalan   Allah   SWT,   maka   Muhammad   bin Abdillah   adalah seorang   pejuang   di   jalan   Allah   SWT. 

0 comments:

Posting Komentar