Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Sabtu, 30 Agustus 2025

kisah perang khandaq

 Kisah Nabi Muhammad SAW di perang Khandaq

Peperang     Khandaq      termasuk      contoh peperangan fisik yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Orang-orang Yahudi menyerahkan urasan mereka kepada kaum musyrik, dan Dimulailah rangkaian persekongkolan dan sumpah di antara tokoh-tokoh   Yahudi   dan   pemimpin-pemimpin   kaum   musyrik,   bahkan   pendeta-pendeta   Yahudi berfatwa     bahwa     agama    Quraisy    yang   disimbolkan      dengan    penyembahan        berhala   lebih   baik daripada agama Muhammad yang penyembahan hanya layak ditujukan kepada Tuhan Yang Esa sebagaimana tradisi jahiliah lebih baik daripada ajaran Al-Qur'an.

kisah perang khandaq


 Politik kaum Yahudi berhasil menyatukan       kelompok-kelompok         orang   kafir   dan  mengerahkannya        untuk   menentang      kaum Muslim. 

 Kemudian   mereka   akan   menyerang   Madinah   dengan   jumlah   kekuatan   sepuluh   ribu tentara. Akhirnya, berita itu sampai ke Nabi saw. Beliau tidak heran ketika mendengar orang- orang Yahudi bersatu—padahal mereka mempunyai azas agama yang menyeru kepada tauhid— bersama kaum musyrik menentang agama tauhid. Nabi saw mengetahui bahwa perjanjian telah lama   membelenggu   orang-orang   Yahudi   sehingga   hati   mereka   menjadi   keras   dan   hari   telah menjauhkan   antara   mereka   dan   sumber   yang   jernih   yang   dipancarkan   oleh   Musa.   Akhirnya, mereka   menjadi   buah      yang   rusak   yang   kulitnya   bergambar   tauhid   namun   isinya   bergambar kepahitan syirik. Dan yang lebih penting dari itu adalah kesamaan kepentingan kaum Yahudi dan kaum musyrik. Nabi saw menyadari bahwa beliau sekarang menghadapi ancaman dan pasukan yang besar. Pertempuran secara terbuka tidak memberi keuntungan bagi Muslimin. Beliau mulai berpikir   bagaimana   cara   mempertahankan   Madinah   tanpa   harus   keluar   darinya.   Kali   ini   taktik militernya   berubah   di   mana   sebelum   itu   beliau   keluar   dari   Madinah   dan   menjauhinya   serta menyerang kelompok-kelompok   yang berencana   menyerbu Madinah.   Kali ini bentuk ancaman berbeda dan tentu pikiran Nabi pun berubah karena mengikuti perbedaan ancaman itu. Kemudian beliau mengadakan pertemuan militer bersama para tentaranya. Beliau ingin mendengar berbagai usulan tentang bagaimana cara mempertahankan Madinah. Lalu Salman al-Farisi mengusulkan agar    Nabi   menggali    suatu   parit  yang   dalam    di  sekeliling  Madinah     yaitu   parit  yang   seperti bendungan   alami   yang   dapat   menahan   laju   banjir   yang   ingin   maju,   suatu   parit   yang   pasukan berkuda   tidak   akan   mampu   melewatinya   dan   kaum   Muslim   dapat   mempertahankan   diri   dari belakangnya.   Mula-mula   usulan   itu   terkesan   agak   mustahil   diwujudkan   namun   pada   akhirnya Nabi   menyetujui   usulan   Salman   itu.   Melalui   sensifitas   militernya   yang   mengagumkan,   beliau mengetahui   bahwa   situasi   cukup   genting   dan   karenanya   ia   menuntut   usaha   keras   untuk   dapat melaluinya.  

Nabi   saw   memerintahkan   para   sahabat   untuk   menggali   parit   di   sekitar   Madinah. Pekerjaan itu sangat berat dan saat itu musim dingin di mana udara sangat dingin. Di samping itu, kaum Muslim sedang mengalami krisis ekonomi yang mengancam Madinah, meskipun demikian, penggalian   parti   tetap   dilaksanakan,   bahkan   Rasulullah   saw   terjun   langsung   untuk   membuat galian dan memikul tanah. Kaum Muslim dengan semangat yang luar biasa dapat menyelesaikan penggalian parit itu meskipun kehidupan sangat keras dan mereka merasakan kelaparan karena kekurangan      harta.   Namun     semangat     pasukan    Islam   tetap   meninggi.    Mereka     percaya    akan datangnya kemenangan dan pertolongan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman: "Dan     tatkala  orang-orang     mukmin      melihat   golongan-golongan        yang   bersekutu    itu,  mereka berkata: 'lnilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.' Dan benarlah Allah dan Rasul- Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan." (QS. al-Ahzab: 22) Pasukan Quraisy mulai mendekati Madinah dan tiba-tiba Madinah berubah menjadi   jazirah   cinta   di   tengah-tengah   lautan   kebencian,   lautan   itu   mulai   menghantam   jazirah dan    berusaha    menenggelamkannya         dari  dalam.    Kemudian      bertebaranlah    panah-panah      kaum Muslim untuk menghalau pasukan kafir yang cukup banyak. Pasukankafir mulai berputar-putar di   sekeliling   parit   dalam   keadaan   bingung:   apa   gerangan   yang   telah   dilakukan   pasukan   Islam, bagaimana mereka dapat menggali parit ini? Kuda-kuda musuh berusaha melalui parit itu namun pasukan Muslim segera menyerangnya. Demikianlah peperangan Ahzab terus berlangsung. Pada hakikatnya ia adalah peperangan urat syaraf. Pasukan musuh mengepung Madinah selama tiga minggu di mana serangan demi serangan terus dilakukan sepanjang siang dan mata mereka tetap terjaga   sepanjang   malam.   Bahkan   saking   dahsyatnya   pertempuran   itu   sehingga   kaum   Muslim tidak   mengetahui   apakah   pasukan   musuh   berhasil   menduduki   Madinah   atau   tidak,   dan   apakah para    musuh    berhasil   menembus      lubang    yang   mereka     bangun?    Allah   SWT     menggambarkan keadaan   peperangan   Ahzab   dalam   firman-Nya:   "(Yaitu)   ketiha   mereka   datang   kepadamu   dari atas dan dari bawahmu, dan ketiha tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai   ke   tenggorokan     dan    kamu    menyangka       terhadap    Allah    dengan    bermacam-macam persangkaan. 

Di situlahdiuji orang-orang mukmin dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang   dahysat."   (QS.   al-Ahzab:   10-11)   Keadaan semakin   buruk   di   mana   orang-orang   Yahudi membatalkan perjanjian mereka dengan kaum Muslim dan mereka bergabung dengan al-Ahzab. Demikianlah        Bani     Quraizhah      membatalkan       perjanjiannya      dan    mereka      lupa  terhadap pengkhianatan   bani   Nadhir   dan   pembalasan   Nabi   saw   terhadap   mereka.   Setiap   hari   keadaan semakin buruk.    Kaum Muslim benar-benar mengalami ujian yang berat di mana pikiran mereka benar-benar kacau. Ketika keadaan mencapai puncaknya kaum Muslim bertanya kepada Rasul saw, "apa yang harus mereka katakan?" Rasulullah saw memberitahu agar mereka mengatakan: "Ya Allah, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami untuk mengatasi mereka." Doa   tersebut   keluar   dari   mulut-mulut   kaum   yang   telah   melaksanakan   kewajiban   mereka   dan telah   membuat   mukjizat  mereka   dalam   menghalau   serangan.   Jadi,   mereka   tidak   memiliki   apa- apa selain doa dan Allah SWT-lah Yang Maha Mendengar permintaan hamba-Nya dan Dia yang mengabulkannya.          Dia    mengetahui      orang     yang    melaksanakan       kewajibannya       dan    akan mengabulkan   orang   yang   berdoa.   Akhirnya,   kaum   Muslim   benar-benar   mendapatkan   rahmat Allah SWT. Kemudian perjalanan pertempuran bergerak dengan cara yang tidak bisa dipahami. Para    penyerang      menyadari     bahwa     mereka    sebenamya      telah   kalah   di  mana     mereka    telah menyerang selama tiga pekan namun serangan tersebut tidak memberikan hasil apa pun. Mereka telah mencurahkan berbagai upaya namun tanpa memberikan hasil   yang diharapkan dan boleh jadi   mereka   akan   tetap   begini   selama   tiga   tahun.   Kemudian   datanglah   suatu   malam   di   mana kaum Muslim belum pernah melihat malam segelap itu dan angin sekencang itu, bahkan saking kerasnya   angin   sampai-sampai   suaranya   laksana   halilintar.   Bahkan   saking   gelapnya   malam   itu sehingga   tak   seorang   pun   di   antara   umat   Islam   yang   mampu   melihat   jari-jari   tangannya   atau berdiri   dari   tempatnya   karena   saking   dinginnya   cuaca.   Kemudian   Nabi   saw   datang   menemui Hudaifah   bin   Yaman.   Beliau   tidak   mampu   melihatnya   meskipun   beliau   berdiri   di   sebelahnya. Nabi saw bertanya: "Siapa ini?" Hudaifah menjawab: "Aku adalah Hudaifah." Nabi saw berkata: "Oh, kamu Hudaifah." Hudaifah tetap tinggal di tempatnya karena ia khawatir jika ia berdiri ia akan tidak mampu karena saking dinginnya dan akan menabrak Rasul saw. Rasul saw berkata kepada Hudaifah, "Aku kehilangan berita penting tentang keadaan kaum yang menyerang kita." Hudaifah sebagai mata-mata dari pasukan Islam merasakan ketakutan di mana ia tidak mampu menahan   cuaca   yang   begitu  dingin,   lalu   bagaimana   ia   dapat   berdiri   dan   keluar   dari   Madinah menuju ke tempat pasukan musuh dan menyusup di tengah barisan mereka lalu kembali kepada Nabi saw dengan membawa berita tentang mereka. Hudaifah bangkit dari tempatnya ketika Nabi saw selesai dari pembicaraannya.  Nabi saw memberikan doa kebaikan kepadanya. Hudaifah pun pergi   dan   kehangatan   keimanannya   mengalahkan   kegelapan   malam   dan   kedinginan   cuaca.   Ia keluar      dari   Madinah      dan     menyusup       di   tengah-tengah      pasukan      musuh.      Nabi    saw memerintahkannya   untuk   tidak   melakukan   tindakan   apa   pun   selain         mendapatkan   berita   dan kembali.   Inilah   tugas   utamanya.   Hudaifah   sampai   di   tengah-tengah   musuh.   Mereka   berusaha menyalakan       api  namun     angin   segera   mematikannya       sebelum    menyala     dan   di  dekat   api itu terdapat seorang lelaki yang berdiri sambil mengulurkan tangannya ke arah api dengan maksud untuk menghangatkannya. Lelaki itu adalah pemimpin kaum musyrik yaitu Abu Sofyan. Melihat itu,   Hudaifah     segera    memasang       anak   panah    pada    busur    yang   dibawanya      dan    ia  ingin memanahnya. Seandainya ia berhasil membunuhnya, maka kaum Muslim dapat merasa tenang dengannya, namun ia ingat pesan Rasulullah saw kepadanya agar ia tidak melakukan tindakan apa    pun.   Kemudian      ia  kembali    meletakkan     anak   panahnya     dan   menyembunyikannya.          Abu Sofyan berkata: "Wahai orang-orang Quraisy situasi saat ini tidak menguntungkan bagi kalian, maka pergilah kalian karena   aku pun akan pergi." Abu Sofyan melompat ke atas untanya lalu mendudukinya         dan   memukulnya        sehingga    unta   itu   bangkit.   Hudaifah     kembali     menemui Rasulullah   saw   dengan   membawa   berita   mundumya   pasukan   Ahzab   dan   gagalnya   serangan mereka. Ketika mendengar peristiwa penarikan mundur pasukan musuh, Rasulullah saw berkata: "Sekarang   kita   akan   menyerang   mereka   dan   mereka   tidak   akan   menyerang   kita."   Belum  lama pasukan Ahzab kembali ke negerinya dengan tangan hampa sehingga beliau keluar dari Madinah bersama   pasukannya   menuju   ke   kaum   Yahudi   Bani   Quraizhah.   Orang-orang   Yahudi   itu   telah mengkhianati peijanjian mereka bersama Nabi saw. Mereka menipu Islam di saat-saat genting. Oleh   karena   itu,   mereka   harus   membayar       biaya   pengkhianatan   mereka       sekarang.   Nabi    saw memerintahkan   agar   para   sahabat   tidak   melaksanakan   salat   Ashar   kecuali   di   Bani   Quraizhah. Kaum      Muslim     memahami      bahwa   perintah   tersebut     berarti   mereka   akan   menerobos   benteng kaum Yahudi sebelum matahari tenggelam. Orang-orang Yahudi menelan kekalahan pahit lalu mereka     datang    kepada    Sa'ad   bin  Mu'ad    agar  ia  memutuskan       perkara   mereka.    Sa'ad   adalah pemimpin   kaum   Aus   dan   kaum   Aus   adalah   sekutu   orang-orang   Yahudi   Quraizhah   di   masa jahiliah. Kaum Yahudi mengharap bahwa mereka dapat memanfaatkan hubungan yang terjalin selama     ini  sebagaimana      kaum    Aus   membayangkan        bahwa    tokoh    mereka    akan   memberikan keringanan   terhadap   sekutu-sekutu   mereka.   Sa'ad   ketika   itu   terluka   dan   ia   sedang   dirawat   di kemahnya karena terkcna panah kauni Ahzab. Sebagian kaunmya membujuknya agar ia bersikap baik     terhadap     orang-orang       Yahudi,     sekutu-sekutu      mereka,      dan    orang-orang      Yahudi membujuknya         agar    ia  bersikap     lembut    terhadap     mereka.    Kemudian       Sa'ad    mengatakan pernyataannya yang terkenal: "Telah tiba waktunya bagi Sa'ad untuk memutuskan hukum sesuai dengan kehendak Allah tanpa peduli dengan celaan para pencela." Sa'ad memutuskan agar kaum lelaki   dibunuh   dan   keturunannya   ditawan   serta   harta-harta   mereka   dibagi-bagikan.   Nabi   pun menyetujui      keputusan    tegas   Sa'ad   itu.  Beliau   berkata   kepadanya:     "Sungguh     engkau    telah memutuskan kepada mereka dengan keputusan Allah SWT dari tujuh langit." Sa'ad mengetahui bahwa perantaraan, permohonan, harapan, dan menjaga berbagai pertimbangan lazim selayaknya berada di suatu genggaman, dan masa depan Islam berada di genggaman yang lain. Yahudi Bani Quraizhah adalah penyebab berkecamuknya peperangan Ahzab dan sumpah mereka      dan     berbagai    tipu    daya    mereka      berusaha     untuk    memblokade        Islam     dan menghancurkannya.Oleh   karena    itu,  kini  telah  tiba  saatnya  untuk   mencabut    pohon-pohon beracun dari akarnya tanpa memperdulikan kasih sayang. Demikianlah kaum Yahudi dibersihkan dari Madinah.

0 comments:

Posting Komentar