Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Jumat, 29 Agustus 2025

Kisah Fitnah Abdullah bin Ubay tentang rumah tangga Rasulullah SAW

 Kisah Fitnah Abdullah bin Ubay tentang rumah tangga Rasulullah SAW

Belum  lama   peperangan   Uhud   berakhir sehingga pengaruh-pengaruh buruknya berbekas   pada kaum Muslim. Orang-orang   Arab Badui mulai   berani   bersikap   kurang   ajar   kepada   mereka,   demikianjuga   orang-orang   Yahudi,   apalagi orang-orang munafik dan tidak ketinggalan orang-orang Quraisy pun mulai menyudutkan kaum Muslim. 

kisah fitnah kepada aisyah

Kemudian datanglah utusan dari kabilah Arab kepada Rasul saw dan mereka mengatakan kepada beliau bahwa mereka mendengar tentang Islam dan mereka ingin memeluknya, maka hendaklah beliau   mengutus   kepada   mereka   beberapa   dai   dan   mubalig   untuk   mengajari   mereka   tentang dasar-dasar   agama.   Nabi   saw   mengutus   bersama  mereka   sekelompok   para   dai   yang   dipimpin oleh   'Ashim   bin   Tsabit.   Temyata   orang-orang   itu   berkhianat  atas   para   sahabat-sahabat   yang berdakwah   itu   dan   mereka   pun   dibunuh.   Bahkan   tiga   di   antara   mereka   ditawan   dan   dijual   di Mekah. 

 Dijualnya   mereka   di   Mekah   berarti   mereka   diserahkan   pada   kelompok   orang-orang Quraisy   yang   telah   lama   menunggu   untuk   menangkap   kaum   Muslim.   Kaum   Quraisy   Mekah membunuh tiga tawanan kaum Muslim itu. Orang-orang Muslim sangat sedih mendengar dai-dai Allah SWT itu terbunuh dengan cara yang begitu tragis. Ketika   datang   kepada   Nabi   saw   orang-orang   yang   minta   pada   beliau   agar   dikirim   utusan   dari kalangan mubaligh untuk menyebarkan Islam untuk para kabilah kaum Najd, maka Nabi kali ini betul-betul     mempertimbangkan          antara   kepentingan      menyebarkan       Islam    dan   perlindungan terhadap   kehormatan   manusia.   Lalu   beliau   memilih   untuk   kepentingan   dakwah   Islam.   Beliau menyadari bahwa beliau mengutus para sahabatnya dalam bahaya; beliau memberitahu mereka bahwa mereka akan menghadapi suatu keadaan yang misterius yang tiada mengetahuinya kecuali Allah SWT. Namun bahaya tersebut sudah menjadi bagian dari cita rasa kehidupan yang selalu meliputi dakwah Islam. Ketika Nabi saw mengutarakan kekhawatirannya terhadap para sahabatnya yang bakal diutusnya di   tengah    kabilah   itu,  orang-orang     yang   meminta     beliau   untuk    mengutus     para   sahabatnya menyakinkan        beliau   bahwa    mereka     akan   melindungi     sahabat    beliau.   Kemudian      Nabi   saw memerintahkan tujuh puluh orang pilihan dari sahabatnya untuk pergi dan berjihad di jalan Allah SWT serta mengajak manusia untuk mengikuti Islam. Lalu pergilah para sahabat yang kemudian dikenal    dengan     sebutan   al-Qurra'    (yaitu  orang-orang     yang    pandai   membaca      Al-Qur'an     dan menghapalnya). Mereka adalah para dai yang terbaik yang diutus Nabi di mana pada siang hari mereka   memikul   kayu   bakar   dan   pada   malam   hari   mereka   sibuk   dalam   keadaan   salat.   Ketika datang   perintah   Rasulullah   saw   kepada   mereka   untuk   pergi   dan   berdakwah   mereka   pun   pergi dalam   keadaan      gembira    karena   mereka     diajak   untuk   berjihad   di  jalan  Allah   SWT.   Mereka melangkahkan kaki dengan mantap di tanah orang-orang munafik dan para penghianat sehingga mereka sampai di suatu sumur yang bemama sumur Ma'unah. Kemudian mereka mengutus salah seorang di antara mereka untuk menemui pemimpin orang-orang kafir di negeri itu. Mubalig dari sahabat     Rasulullah     saw   itu   menyampaikan        surat   Nabi   yang    dibawanya      di  mana     beliau mengharapkan agar masyarakat di situ masuk   Islam, tetapi ia dikagetkan dengan adanya pisau yang     menembus      punggungnya.       Mubaligh      itu  berteriak   saat   ia  tersungkur:    "sungguh      aku beruntung demi Tuhan pemelihara Ka'bah." Kemudian pemimpin orang-orang kafir itu mengangkat senjata dan mengumpulkan para kabilah untuk memerangi para mubaligh di jalan Allah SWT itu sehingga sahabat-sahabat terbaik yang berdakwah   di   jalan   Allah   SWT   itu   pun   gugur   di   sumur   Ma'unah.   Jasad-jasad   mereka   menjadi makanan dari burung nasar dan burung-burung yang lain. Dari tujuh puluh orang yang dikirim itu   hanya   seorang   yang   selamat   yang   kembali   kepada   Nabi   saw.   Ia   menceritakan   apa   yang dialami    oleh  fuqaha-fuqaha     Muslimin    di  mana   mereka    dikhianati.  Ketika   mendengar    berita tentang tragedi itu, Nabi sangat terpukul dan sedih.

Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan berkata kepada sahabat-sahabatnya: "Sungguh sahabat-sahabat kalian telah terbunuh dan mereka telah meminta kepada Tuhan mereka. Mereka mengatakan, Tuhan kami, berikanlah kami ujian sesuai dengan kehendak-Mu dan ridha-Mu. Apa saja yang menjadi kepuasan-Mu kami pun akan merasakan kepuasan." Sungguh penderitaan yang dialami oleh Islam sangat berat, terutama yang menimpa para sahabat yang gugur sebagai syahid disumur Ma'unah. Nabi saw sangat sedih mendengar sikap orang- orang   Arab   dan   orang-orang   kafir   terhadap   Islam.   Mereka   telah   mengejek   dan   merendahkan kaum mukmin sampai pada batas ini. Kemudian beliau menetapkan akan kembali mengangkat kewibawaan Islam dengan tindak kekerasan. Dalam keadaan seperti ini, bergeraklah orang-orang Yahudi untuk membunuh Rasulullah saw.

Pada suatu hari beliau pergi ke Bani Nadhir untuk menyelesaikan suatu urusan. Kemudian mula- mula mereka menampakkan persetujuan atas apa yang diucapkan beliau. Mereka mendudukkan Nabi di bawah naungan benteng-benteng mereka, lalu mereka bersekongkol untuk melenyapkan beliau; mereka menetapkan untuk melemparkan batu yang berat dari atas benteng itu saat beliau duduk dan tidak membayangkan akan terjadinya kejahatan yang direncanakan padanya. Namun Allah   SWT   mengilhami   Rasul-Nya   akan   datangnya   bahaya   kepada   beliau,   lalu   beliau   bangun sebelum pelaksanaan tipu daya itu. Lalu beliau segera pergi menuju rumahnya. Beliau berpikir saat beliau kembali ke rumahnya dengan membawa penderitaan yang baru. Pembangkangan dan pengkhianatan tersebut tidak akan dapat berhenti kecuali setelah Islam menunjukkan taringnya. Islam ingin mengembalikan kewibawaannya dengan cara mengangkat senjata. Rasul    saw   mengutus    utusan   ke  Bani  Nadhir   dan   memerintahkan      mereka   untuk   keluar   dari Madinah,   bahkan   Rasul   saw   memberi   waktu   kepada   mereka   hanya   sepuluh   hari.   Kemudian orang-orang   munafik   yang   ada   di   Madinah   bersatu   bersama   orang-orang   Yahudi   dan   mereka sepakat untuk memerangi Islam. Namun ketika berhadapan dengan Islam, orang-orang Yahudi menelan   kekalahan.   Kemudian   turunlah   surah   al-Hasyr   yang   menyebutkan   pengusiran   orang- orang    Yahudi     dan   menyingkap      kedok   orang-orang     munafik.    Setelah   kemenangan       yang meyakinkan ini, Rasul saw keluar bersama sahabatnya untuk membalas kejadian yang menimpa sahabat-sahabatnya       yang   dikenal   dengan    al-Qurra'   itu.  Rasul   saw   ingin   mengembalikan kewibawaan   Islam.   Kemudian   pasukan   Rasul   saw   itu   mampu   membuat   para   pengkhianat   dari orang-orang Arab ketakutan. Hanya sekadar mendengar nama pasukan Muslim, maka serigala- serigala    gurun   yang   dulu   bengis   itu  pun  ketakutan    laksana   tikus-tikus   yang   panik   yang bersembunyi      di  bawah    lobang-lobang     gunung.    Orang-orang     Quraisy    mendengar     kegiatan pasukan Islam. Pasukan Quraisy menarik diri saat mereka mendekati Dahran, sementara pasukan Muslim berada di Badar.

Mereka menunggu pertemuan   yang disepakati di Uhud. Orang-orang Muslim      menyala-kan      api   selama    delapan    hari sebagai    bentuk    tantangan    dan   menunggu kedatangan      kaum    kafir  sehingga    ketika   mereka    (kaum    kafir)  telah  pergi,   maka    citra  kaum Muslim pun terangkat setelah mereka menerima kepahitan dalam peperangan Uhud. Kaum Muslim menoleh ke arah utara jazirah Arab setelah menetapkan kewibawaan mereka di selatan. Kabilah di sekitar Daumatul Jandal dekat dengan Syam merampok di tengah jalan dan merampas   kafilah   yang   berlalu   di   situ,   bahkan   kenekatan   mereka   sampai   pada   batas   di   mana mereka   berpikir   untuk   menyerbu   Madinah.   Oleh   karena   itu,   Rasulullah   saw   keluar   bersama seribu   orang   Muslim   yang   mereka   bersembunyi   di   waktu   siang   dan   berjalan   di   waktu   malam, sehingga setelah lima belas malam beliau sampai ke tempat   yang dekat dengan tempat tinggal musuh-musuh mereka lalu mereka menggerebek tempat itu. Pasukan kafir itu dikagetkan dengan kedatangan kaum Muslim yang begitu cepat. Kita akan mengetahui bahwa alat komunikasi yang dimiliki oleh Rasulullah saw sangat unggul sebagaimana alat pertahanan beliau pun sangat unggul. Serangan mendadak yang dilakukan oleh pasukan     Rasulullah    saw   menunjukkan       bahwa    mereka    memiliki    pertahanan     yang   luar  biasa. Sistem   pertahanan   yang   luar   biasa   sebagaimana   kedatangan   pasukan   yang   secara   tiba-tiba   itu menunjukkan kemampuan pasukan Islam untuk menyusup. Demikianlah,   terjadilah   hari-hari   pertempuran   militer.   Belum   lama   Nabi   saw   meletakkan   baju besinya, dan beliau kembali membangun pribadi kaum Muslim sehingga beliau terpaksa kembali memakai      baju   besinya   dan   kembali    berperang.    Ketika    musuh-musuh       Islam   yang   berada    di sekelilingnya   melihat   bahwa   kemampuan   militer   mereka   tidak   dapat   menandingi   kemampuan kaum Muslim, maka mereka sengaja melakukan cara-cara baru untuk memerangi Islam. Yaitu peperangan psikologis atau peperangan urat syaraf dengan   cara menyebarkan berbagai macam isu atau apa yang dinamakan Al-Qur'an al-Karim dengan peristiwa al-Ifik (kebohongan). Setelah peperangan   Bani      Musthaliq    yaitu   peperangan     yang   membawa   kemenangan          yang   cepat   bagi kaum Muslim, terjadilah kesalahpahaman dan pertengkaran di antara sahabat-sahabat yang biasa mengambil air di mana salah seorang mereka berteriak: "wahai kaum Muhajirin," dan yang lain berteriak: "Wahai kaum Anshar." Peristiwa yang sangat sepele itu dimanfaatkan oleh pemimpin kaum munafik yaitu Abdullah bin Ubai. Abdullah bin Ubai memprovokasi orang-orang Anshar untuk menyerang kaum Muhajirin.

Ia ingin membangkitkan luka-luka jahiliah yang lama yang telah dibuang dan telah dikubur oleh Islam, Salah satu yang dikatakan oleh Ibnu Ubai adalah, "sungguh mereka telah menyaingi kita dan   mengambil   kebaikan   dari   dan   seandainya   kita   telah   kembali   ke   Madinah   niscaya   orang- orang yang mulai akan dapat mengusir orang-orang yang hina di dalamnya." Zaid   bin   Arqam   menyampaikan   kalimat   si   munafik   itu   kepada   Nabi   saw,   di   mana   kalimat   itu berisi    provokasi     terhadap     orang-orang      Anshar     untuk    menyerang       kaum     Muhajirin.     Ubai menginginkan   agar   mereka   berpecah   belah   dan   agar   kesatuan   mereka   runtuh.   Si   Munafik   itu segera   datang   kepada   Rasul   saw   dan   menafikan   apa   yang   dikatakannya.   Orang-orang   Muslim secara   lahiriah   membenarkan   perkataan   si   munafik   itu   dan   mereka   justru   menuduh   Zaid   bin Arqam salah mendengar. Tetapi hakikat peristiwa itu tidak tersembunyi dari Nabi saw sehingga peristiwa itu sangat menyedihkan beliau.   Lalu beliau mengeluarkan perintah agar para sahabat pergi ke suatu tempat yang tidak biasanya mereka lalui. Kemudian beliau pergi bersama sahabat di hari itu sampai waktu malam menyelimuti mereka. Dan kini, mereka memasuki waktu pagi. Kepergian   yang   singkat   dan   tiba-tiba   itu   mampu   menepis   kebohongan   yang   dirancang   oleh   si Munafik,      Abdullah   bin   Ubai.     Yaitu   kebohongan      yang   bertujuan   untuk     membakar   persatuan kaum Muslim ketika ia berusaha untuk menyalakan api di tengah-tengah rumah sang Nabi saw. Ketika Nabi masih memiliki kekuatan yang menakutkan bagi yang mencoba melawannya, maka mereka pun melakukan berbagai penipuan dan, makar. Dan salah satu yang menjadi obyek tipu daya itu adalah istri beliau, yaitu Aisyah. Alkisah, Aisyah pada suatu hari pergi untuk memenuhi hajatnya lalu dilehernya terdapat anting-anting. Setelah ia memenuhi hajatnya, anting-anting itu terjatuh   dari   lehernya   dan   ia   tidak   mengetahui.   Ketika   Aisyah   kembali   dari   kafilah   yang   telah siap-siap untuk pergi, ia kembali mencari kalungnya sampai ia menemukannya. Sementara itu orang-orang yang membawanya dalam tandu (haudaj) mengira Aisyah sudah berada di dalamnya. Mereka tidak ragu dalam hal itu karena memang berat badan Aisyah sangat ringan. Pasukan Nabi berjalan dan membawa tandu, sedangkan Aisyah tidak ada di dalamnya. Aisyah kembali   dan   tidak   mendapati   pasukan   di   mana   mereka   telah   pergi.   Aisyah   merasa   heran   atas kepergian   pasukan   yang   begitu   cepat.   Aisyah   merasa   takut   saat   ia   berdiri   sendirian   di   padang gurun. Aisyah berusaha bersikap baik, ia duduk di tempatnya di mana di situlah untanya duduk juga.   Aisyah   melipat-lipat   pakaiannya   sambil   berkata   dalam   dirinya:   Mereka   akan   mengetahui bahwa aku tidak ada dan karena itu mereka akan kembali mencariku dan akan menemukan aku.

Sementara       itu,  Sofwan    bin   Mu'athal    juga   tertinggal   karena    ia  melakukan      keperluannya.      Ia berjalan   dari   arah   yang   jauh   lalu   ia   melihat   bayangan   orang   yang   tidak   begitu   jelas.   Sofwan mendekat   dan   tiba-tiba   ia   mengetahui   bahwa   ia   sedang   berdiri   di   hadapan   Aisyah.   Ia   melihat Aisyah     sebelum     diwajibkannya       perintah   memakai      hijab   (jilbab)  atas   istri-istri  Nabi.  Ketika melihatnya,   Sofwan   berkata:   "Sesungguhnya   kita   milik   Allah   SWT   dan   kepadanya   kita   akan kembali,... istri Rasulullah Aisyah tidak menjawab. Sofwan       mundur      dan    mendekatkan       untanya      kepadanya      sambil     berkata:    "Silakan     Anda menaikinya."       Aisyah    pun    menaikinya.     Kemudian       Sofwan     membawanya        pergi   dan   mencari pasukan   yang   telah   meninggalkannya.   Sementara   itu,   pasukan   Nabi   sedang   beristirahat.   Para sahabat   mengira   bahwa   Aisyah   masih   berada   dalam   tandu.   Tiba-tiba   mereka   terkejut   ketika Aisyah datang kepada mereka bersama Sofwan yang menuntun untanya. Tokoh   munafik   Abdullah   bin   Ubai   segera   memanfaatkan   kesempatan   emas   ini.   Ia   membuat kisah bohong   yang terkesan menuduh istri Nabi melakukan pengkhianatan. Abdullah bin Ubai pandai   memilih   beberapa   sahabat   yang   dikenalinya   sebagai   orang-orang   yang   mudah   percaya dan cenderung membenarkan hal-hal yang bersifat lahiriah, atau ia mengetahui bahwa di antara mereka   dan   Aisyah   terdapat   kedengkian   sehingga   mereka   suka   jika   tersebar   kebohongan   yang berkenaan dengan Aisyah. Demikianlah         pemimpin       munafik      itu   berhasil     menjerat     beberapa      sahabat     dalam     tali kebohongannya,   di   antaranya   Hasan   bin   Sabit.   Musthah,   dan   seorang   wanita   yang   dipanggil Hamnah binti Jahasv. yaitu saudara perempuan Zainab binti Jahasy istri Rasulullah saw. Ketiga orang   itu   tertipu   dengan   kebohongan   tersebut   lalu   mereka   menyebarkannya   sehingga   orang- orang yang terjerat dalam kebo hongan itu mengatakan apa saja yang mereka inginkan. Akhirnya. pasukan   pun   berguncang   dengan   isu   itu.   Sementara   itu,   Aisvah   tidak   mengetahui   sedikit   pun tentang   hal   tersebut.    Isu   tersebut   bertujuan   untuk   menjatuhkan       Islam   dan   melukai   perasaan RasuhiHah       saw    dan   itu  termasuk     peperangan      menentang      Rasulullah    saw    dan   ajaran   yang dibawanya. Begitu juga ia bertujuan menunjukkan bahwa kaum Muslim tidak konsekuen dengan akidah yang mereka yakini dan secara tidak langsung ia juga menyerang kesucian rumah tangga Aisyah. Pasukan   kembali   ke   Mekah   dan   Aisyah   jatuh   sakit,   namun   ia   tidak   mengetahui   isu-isu   yang dikatakan   tentang   dirinya.   Kemudian   Rasulullah   saw   mendengar   hal   itu   sebagaimana   ayahnya Abu   Bakar   dan   ibunya   pun   mendengarnya,   namun   tak   seorang   pun   di   antara.   mereka   yang memberitahu Aisyah. Begitu juga Rasul saw tidak menceritakan peristiwa itu di hadapan Aisyah. Namun      sikap   beliau   berubah    di  mana    beliau   tidak   lagi  menunjukkan      perhatiannya     seperti biasanya saat Aisyah sakit.

Ketika beliau menemui Aisyah dan saat itu ibunya ada di situ, beliau berkata:   "Bagaimana   keadaanmu?"   Beliau   tidak   lebih   dari   mengucapkan   kata-kata   itu.   Ketika Aisyah melihat perubahan sikap Rasul saw, ia mulai marah. Pada suatu hari ia berkata pada Nabi: "Seandainya       engkau    mengizinkan      aku,  niscaya    aku  akan    pindah   ke   tempat   ibuku."    Beliau menjawab: "Itu tidak ada masalah." Aisyah pun pindah ke tempat ibunya dan ia tidak mengetahui sama sekali apa yang sebenarnya terjadi padanya. Setelah melalui lebih dari dua puluh malam, Aisyah sembuh dari sakitnya dan ia pun    belum     mengetahui      hal-hal   yang    dikatakan    tentang    dirinya.   Umul     mu'minin     Aisyah menceritakan       bagaimana      ia  mengetahui     isu   bohong    tersebut    dan   bagaimana     Allah    SWT membebaskannya          dari  isu  itu,  ia  berkata:   "Kami    adalah    kaum    Arab    di  mana    kami   tidak mengambil di rumah kami tanggung jawab ini yang biasa di ambil oleh orang-orang Ajam. Kami membencinya.   Kami   keluar   untuk   menikmati   keluasan   kota.   Sementara   itu   para   wanita   keluar pada setiap malam untuk memenuhi hajat mereka. Pada suatu malam, aku keluar bersama Ummu Musthah      untuk    memenuhi      sebagian     keperluanku.     Lalu   ia  berkata:    "Tidakkah     kau   sudah mendengar       suatu   berita  wahai   putri   Abu   Bakar?"    Aku    bertanya,    "berita  apa   itu?"  Lalu   ia memberitahukan padaku apa-apa yang dikatakan oleh para penyebar kebohongan. Aku berkata: "Apa ini memang benar?" Ia menjawab: "Demi Allah, ini benar-benar terjadi." Aisyah berkata: "Demi   Allah,   aku   tidak   mampu   memenuhi   hajatku."   lalu   aku   pulang.   Demi   Allah,   aku   tetap menangis      sampai-sampai      aku   mengira    bahwa     tangisanku    akan   merusak     jantungku    dan   aku berkata   kepada   ibuku,   mudah-mudahan   Allah   SWT   mengampunimu,   banyak   orang   berbicara tentangku namun engkau tidak menceritakan sedikit pun kepadaku. Ia berkata: "Wahai anakku, sabarlah demi Allah jarang sekali wanita yang baik yang dicintai oleh seorang lelaki yang jika ia memiliki   istri-istri   yang   lain   (madunya)   kecuali    wanita   itu   akan   diterpa   oleh   berbagai   isu." Aisyah berkata: "Rasulullah saw berdiri dan menyampaikan pembicaraannya pada mereka dan aku tidak mengetahui hal itu." Beliau memuji Allah SWT kemudian berkata: "Wahai manusia, bagaimana       keadaan     kaum    lelaki   yang    menyakiti     aku   melalui    keluar   gaku    dan   mereka mengatakan   sesuatu   yang   tidak   benar.   Demi   Allah,   aku   tidak   mengenal   mereka   kecuali   dalam kebaikan.   Lalu   mereka   mengatakan   hal   itu   pada   seorang   lelaki   yang   aku   tidak   mengenalnya kecuali dalam kebaikan di mana ia tidak memasuki suatu rumah dari rumah-rumahku kecuali ia bersamaku." Kemudian Rasulullah saw memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid dan bermusyawarah         dengan    keduanya.     Usamah      hanya    melontarkan      pujian    dan   berkata:   "Ya Rasulullah aku tidak mengenal istrimu kecuali dalam kebaikan dan berita ini hanya kebohongan dan kebatilan," sedangkan Ali berkata: 'Ya Rasulullah masih banyak wanita yang lain yang dapat kau percaya." Kemudian Rasulullah saw memanggil Burairah dan bertanya kepadanya, lalu Ali berdiri   kepadanya   dan   memukulnya   dengan   keras   sambil   berkata:   "Jujurlah   kepada   Rasulullah saw," lalu wanita itu berkata: "Demi Allah, aku tidak mengetahui kecuali kebaikan. Aku tidak pernah   mencela   Aisyah   kecuali   pada   suatu   waktu   aku   sedang   membikin   adonan   roti   lalu   aku memerintahkannya untuk menjaganya namun Aisyah tertidur dan datanglah kambing lalu adonan itu dimakan olehnya." Aisyah berkata: "Kemudian datanglah kepadaku Rasulullah saw dan saat tu aku bersama kedua orang   tuaku   dan   seorang   wanita   dari   kaum   Anshar.

  Aku   menangis   dan   wanita   itu   pun   turut menangis. Rasulullah saw duduk lalu memuji Allah SWT dan berkata: "Wahai Aisyah, sungguh kamu      telah   mendengar       sendiri   apa    yang    dikatakan     orang-orang      tentang    dirimu,    maka bertakwalah      kepada     Allah   SWT     dan   jika  engkau    telah   melakukan      keburukan     seperti   yang diucapkan   orang-orang   itu,   maka   bertaubatlah   kepada   Allah   SWT   karena   sesungguhnya   Allah SWT   menerima   taubat   dari   hamba-hamba-Nya."   Aisyah   berkata,   "demi   Allah,   itu   tidak   lain hanya kebohongan yang dialamatkan kepadaku sehingga membuat air mataku kering. Aku sama sekali    tidak   seperti   yang   mereka     katakan,"    lalu  aku   menunggu       kedua    orang    tuaku   untuk mengatakan   tentang   diriku   namun         mereka   justru   terdiam.   Aisyah   berkata,   "demi      Allah   aku merasa     sebagai    seorang    yang   hina   yang   tidak   layak   diturunkan    Al-Qur'an   dari   Allah    SWT berkenaan      denganku,     tetapi   aku   hanya    berharap    agar   Nabi   saw    melihat    kebohongan      yang dialamatkan   kepadaku   itu   sehingga   ia   memastikan   terbebasnya   aku   darinya."   Aisyah   berkata: "Ketika   aku   tidak   melihat   kedua   orang   tuaku   berbicara   aku   berkata   kepada   mereka   tidakkah kalian menjawab apa yang dikatakan Rasuullah saw?" Mereka berkata: "Demi Allah kami tidak mengetahui   apa   yang   harus   kami   jawab."  Aku   mengetahui   bahwa   aku   bebas   dari   tuduhan   itu. Tiba-tiba     Rasulullah    saw   mengusap      keringat    dari  wajahnya     sambil   berkata:    "Bergembiralah wahai   Aisyah   karena   sesungguhnya   Allah   SWT   telah   menurunkan   ayat   yang   membebaskan kamu dari tuduhan itu," lalu aku berkata: "Segala puji bagi Allah SWT." Kemudian beliau keluar menemui para sahabat dan membacakan kepada mereka ayat berikut ini: "Sesungguhnya orang- orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa  berita   bohong   itu   buruk   bagi   kamu.   Tiap-tiap   seseorang   dari   mereka   mendapat   balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam   penyiaran   berita   bohong   itu,   maka   baginya   azab   yang   besar.   "   (QS.   an-Nur:   11)   Jibril turun   kepada   Nabi   saw   untuk   menyampaikan   terbebasnya   Aisyah   dari   segala   tuduhan   yang ditujukan kepadanya. Dan gagallah peperangan psikologis menentang kaum Muslim dan rumah tangga     Rasulullah      saw,    dan   kelompok-kelompok           kafir   meyakini      bahwa     mereka     harus menggunakan         cara   baru   lagi  untuk    menentang      Islam.   Kemudian       Rasulullah     saw   kembali memasuki        pergulatan     menentang      peperangan      fisik.  

0 comments:

Posting Komentar