Kisah Nabi Sulaiman dan ratu Balqis diceritakan didalam Al-Qur'an Surat An-Naml ayat 15 sampai dengan 44
وَلَـقَدۡ اٰتَيۡنَا دَاوٗدَ وَ سُلَيۡمٰنَ عِلۡمًا
ۚ وَقَالَا الۡحَمۡدُ لِلّٰهِ الَّذِىۡ فَضَّلَنَا عَلٰى كَثِيۡرٍ مِّنۡ عِبَادِهِ
الۡمُؤۡمِنِيۡنَ ١٥
Dan sungguh,
Kami telah memberikan ilmu kepada Dawud dan Sulaiman, dan keduanya berkata,
"Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya
yang beriman."
وَوَرِثَ سُلَيۡمٰنُ دَاوٗدَ
وَقَالَ يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمۡنَا مَنۡطِقَ الطَّيۡرِ وَاُوۡتِيۡنَا مِنۡ كُلِّ
شَىۡءٍؕ اِنَّ
هٰذَا لَهُوَ الۡفَضۡلُ الۡمُبِيۡنُ
١٦
Dan Sulaiman
telah mewarisi Dawud,1 dan dia (Sulaiman) berkata, "Wahai manusia! Kami
telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua)
ini benar-benar karunia yang nyata."
وَحُشِرَ لِسُلَيۡمٰنَ جُنُوۡدُهٗ مِنَ الۡجِنِّ وَالۡاِنۡسِ
وَالطَّيۡرِ فَهُمۡ يُوۡزَعُوۡنَ ١٧
Dan untuk
Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka
berbaris dengan tertib.
حَتّٰٓى اِذَاۤ اَتَوۡا عَلٰى وَادِ النَّمۡلِۙ قَالَتۡ نَمۡلَةٌ
يّٰۤاَيُّهَا النَّمۡلُ ادۡخُلُوۡا مَسٰكِنَكُمۡۚ
لَا يَحۡطِمَنَّكُمۡ سُلَيۡمٰنُ وَجُنُوۡدُهٗۙ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُوۡنَ ١٨
Hingga
ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, "Wahai
semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari."
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنۡ قَوۡلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوۡزِعۡنِىۡۤ
اَنۡ اَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ الَّتِىۡۤ اَنۡعَمۡتَ عَلَىَّ وَعَلٰى وَالِدَىَّ وَاَنۡ
اَعۡمَلَ صَالِحًـا تَرۡضٰٮهُ وَاَدۡخِلۡنِىۡ بِرَحۡمَتِكَ فِىۡ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيۡنَ
١٩
Maka dia
(Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan
dia berdoa, "Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri
nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku,
dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."
وَتَفَقَّدَ الطَّيۡرَ فَقَالَ مَا لِىَ لَاۤ اَرَى الۡهُدۡهُدَ
ۖ
اَمۡ كَانَ مِنَ الۡغَآٮِٕبِيۡنَ ٢٠
Dan dia
memeriksa burung-burung lalu berkata, "Mengapa aku tidak melihat Hudhud,1
apakah ia termasuk yang absen (tidak hadir)?
لَاُعَذِّبَـنَّهٗ عَذَابًا شَدِيۡدًا اَوۡ لَا۟اَذۡبَحَنَّهٗۤ
اَوۡ لَيَاۡتِيَنِّىۡ بِسُلۡطٰنٍ مُّبِيۡنٍ ٢١
Aku pasti
akan menghukumnya dengan hukuman yang berat atau aku akan menyembelihnya,
kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas."
فَمَكَثَ
غَيْرَ بَعِيْدٍ فَقَالَ اَحَطْتُّ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهٖ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَاٍ
ۢ بِنَبَاٍ يَّقِيْنٍ ٢٢
fa makatsa
ghaira ba‘îdin fa qâla aḫathtu bimâ lam tuḫith bihî wa ji'tuka min saba'im
binaba'iy yaqîn
Tidak lama
kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu
yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa suatu
berita penting yang meyakinkan (kebenarannya.)
اِنِّيْ
وَجَدْتُّ امْرَاَةً تَمْلِكُهُمْ وَاُوْتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَّلَهَا عَرْشٌ
عَظِيْمٌ ٢٣
innî
wajattumra'atan tamlikuhum wa ûtiyat ming kulli syai'iu wa lahâ ‘arsyun ‘adhîm
Sesungguhnya
aku mendapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka (penduduk negeri
Saba’). Dia dianugerahi segala sesuatu dan memiliki singgasana yang besar.
وَجَدْتُّهَا
وَقَوْمَهَا يَسْجُدُوْنَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ
اَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُوْنَۙ ٢٤
wajattuhâ wa
qaumahâ yasjudûna lisy-syamsi min dûnillâhi wa zayyana lahumusy-syaithânu
a‘mâlahum fa shaddahum ‘anis-sabîli fa hum lâ yahtadûn
Aku (burung
Hudhud) mendapati dia dan kaumnya sedang menyembah matahari, bukan Allah. Setan
telah menghiasi perbuatan-perbuatan (buruk itu agar terasa indah) bagi mereka
sehingga menghalanginya dari jalan (Allah). Mereka tidak mendapat petunjuk.
اَلَّا
يَسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَيَعْلَمُ
مَا تُخْفُوْنَ وَمَا تُعْلِنُوْنَ ٢٥
allâ yasjudû
lillâhilladzî yukhrijul-khab'a fis-samâwâti wal-ardli wa ya‘lamu mâ tukhfûna wa
mâ tu‘linûn
Mereka
(juga) tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan
di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang kamu nyatakan.
اَللّٰهُ
لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ۩ ٢٦
allâhu lâ
ilâha illâ huwa rabbul-‘arsyil-‘adhîm
Allah, tidak
ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai ʻArasy yang agung.”
۞ قَالَ سَنَنْظُرُ اَصَدَقْتَ اَمْ كُنْتَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ ٢٧
qâla
sanandhuru a shadaqta am kunta minal-kâdzibîn
Dia
(Sulaiman) berkata, “Kami akan memperhatikan apakah engkau benar atau termasuk
orang-orang yang berdusta.
اِذْهَبْ
بِّكِتٰبِيْ هٰذَا فَاَلْقِهْ اِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا
يَرْجِعُوْنَ ٢٨
idz-hab
bikitâbî hâdzâ fa alqih ilaihim tsumma tawalla ‘an-hum fandhur mâdzâ yarji‘ûn
Pergilah
dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka. Kemudian
berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan!”
قَالَتْ
يٰٓاَيُّهَا الْمَلَؤُا اِنِّيْٓ اُلْقِيَ اِلَيَّ كِتٰبٌ كَرِيْمٌ ٢٩
qâlat yâ
ayyuhal-mala'u innî ulqiya ilayya kitâbung karîm
Dia (Balqis)
berkata, “Wahai para pembesar, sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah
surat yang penting.”
اِنَّهٗ
مِنْ سُلَيْمٰنَ وَاِنَّهٗ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣٠
innahû min
sulaimâna wa innahû bismillâhir-raḫmânir-raḫîm
Sesungguhnya
(surat) itu berasal dari Sulaiman yang isinya (berbunyi,) “Dengan nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
اَلَّا
تَعْلُوْا عَلَيَّ وَأْتُوْنِيْ مُسْلِمِيْنَࣖ ٣١
allâ ta‘lû
‘alayya wa'tûnî muslimîn
Janganlah
engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang
yang berserah diri!”
قَالَتْ
يٰٓاَيُّهَا الْمَلَؤُا اَفْتُوْنِيْ فِيْٓ اَمْرِيْۚ مَا كُنْتُ قَاطِعَةً اَمْرًا
حَتّٰى تَشْهَدُوْنِ ٣٢
qâlat yâ
ayyuhal-mala'u aftûnî fî amrî, mâ kuntu qâthi‘atan amran ḫattâ tasy-hadûn
Dia (Balqis)
berkata, “Wahai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini).
Aku tidak pernah memutuskan suatu urusan sebelum kamu hadir (dalam majelisku).”
قَالُوْا
نَحْنُ اُولُوْا قُوَّةٍ وَّاُولُوْا بَأْسٍ شَدِيْدٍ ەۙ وَّالْاَمْرُ اِلَيْكِ فَانْظُرِيْ
مَاذَا تَأْمُرِيْنَ ٣٣
qâlû naḫnu
ulû quwwatiw wa ulû ba'sin syadîdiw wal-amru ilaiki fandhurî mâdzâ ta'murîn
Mereka
menjawab, “Kita memiliki kekuatan dan ketangkasan yang luar biasa (untuk
berperang), tetapi keputusan berada di tanganmu. Maka, pertimbangkanlah apa
yang akan engkau perintahkan.”
قَالَتْ
اِنَّ الْمُلُوْكَ اِذَا دَخَلُوْا قَرْيَةً اَفْسَدُوْهَا وَجَعَلُوْٓا اَعِزَّةَ
اَهْلِهَآ اَذِلَّةًۚ وَكَذٰلِكَ يَفْعَلُوْنَ ٣٤
qâlat
innal-mulûka idzâ dakhalû qaryatan afsadûhâ wa ja‘alû a‘izzata ahlihâ adzillah,
wa kadzâlika yaf‘alûn
Dia (Balqis)
berkata, “Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu
membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina. Demikianlah
yang mereka akan perbuat.
وَاِنِّيْ
مُرْسِلَةٌ اِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنٰظِرَةٌ ۢ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُوْنَ
٣٥
wa innî
mursilatun ilaihim bihadiyyatin fa nâdhiratum bima yarji‘ul-mursalûn
Sesungguhnya
aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah dan (aku) akan
menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu.”
فَلَمَّا
جَاۤءَ سُلَيْمٰنَ قَالَ اَتُمِدُّوْنَنِ بِمَالٍ فَمَآ اٰتٰىنِـىَ اللّٰهُ خَيْرٌ
مِّمَّآ اٰتٰىكُمْۚ بَلْ اَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُوْنَ ٣٦
fa lammâ
jâ'a sulaimâna qâla a tumiddûnani bimâlin fa mâ âtâniyallâhu khairum mimmâ
âtâkum, bal antum bihadiyyatikum tafraḫûn
Ketika (para
utusan itu) sampai kepada Sulaiman, dia berkata, “Apakah kamu akan memberi
harta kepadaku (sebagai hadiah)? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik
daripada apa yang Allah berikan kepadamu, tetapi kamu merasa bangga dengan
hadiahmu.
اِرْجِعْ
اِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُوْدٍ لَّا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ
مِّنْهَآ اَذِلَّةً وَّهُمْ صٰغِرُوْنَ ٣٧
irji‘
ilaihim falana'tiyannahum bijunûdil lâ qibala lahum bihâ wa lanukhrijannahum
min-hâ adzillataw wa hum shâghirûn
Pulanglah
kepada mereka (dengan membawa kembali hadiahmu)! Kami pasti akan mendatangi
mereka dengan bala tentara yang tidak mungkin dikalahkan. Kami pasti akan
mengusir mereka dari negeri itu (Saba’) dalam keadaan terhina lagi tunduk.”
قَالَ
يٰٓاَيُّهَا الْمَلَؤُا اَيُّكُمْ يَأْتِيْنِيْ بِعَرْشِهَا قَبْلَ اَنْ يَّأْتُوْنِيْ
مُسْلِمِيْنَ ٣٨
qâla yâ
ayyuhal-mala'u ayyukum ya'tînî bi‘arsyihâ qabla ay ya'tûnî muslimîn
Dia
(Sulaiman) berkata, “Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup
membawakanku singgasananya sebelum mereka datang menyerahkan diri?”
قَالَ
عِفْرِيْتٌ مِّنَ الْجِنِّ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ تَقُوْمَ مِنْ مَّقَامِكَۚ
وَاِنِّيْ عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ اَمِيْنٌ ٣٩
qâla
‘ifrîtum minal-jinni ana âtîka bihî qabla an taqûma mim maqâmik, wa innî
‘alaihi laqawiyyun amîn
Ifrit dari
golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau
berdiri dari singgasanamu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat lagi dapat
dipercaya.”
قَالَ
الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ
اِلَيْكَ طَرْفُكَۗ فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ
رَبِّيْۗ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ
لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ ٤٠
qâlalladzî
‘indahû ‘ilmum minal-kitâbi ana âtîka bihî qabla ay yartadda ilaika tharfuk, fa
lammâ ra'âhu mustaqirran ‘indahû qâla hâdzâ min fadlli rabbî, liyabluwanî a
asykuru am akfur, wa man syakara fa innamâ yasykuru linafsih, wa mang kafara fa
inna rabbî ghaniyyung karîm
Seorang yang
mempunyai ilmu dari kitab suci berkata, “Aku akan mendatangimu dengan membawa
(singgasana) itu sebelum matamu berkedip.” Ketika dia (Sulaiman) melihat
(singgasana) itu ada di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia
Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur. Siapa yang
bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri.
Siapa yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.”
قَالَ نَكِّرُوْا لَهَا عَرْشَهَا نَنْظُرْ اَتَهْتَدِيْٓ اَمْ
تَكُوْنُ مِنَ الَّذِيْنَ لَا يَهْتَدُوْنَ ٤١
qâla nakkirû
lahâ ‘arsyahâ nandhur a tahtadî am takûnu minalladzîna lâ yahtadûn
Dia
(Sulaiman) berkata, “Ubahlah untuknya singgasananya, kita akan melihat apakah
dia (Balqis) mengenali(-nya) atau tidak mengenali.”
فَلَمَّا جَاۤءَتْ قِيْلَ اَهٰكَذَا عَرْشُكِۗ قَالَتْ كَاَنَّهٗ
هُوَۚ وَاُوْتِيْنَا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِيْنَ ٤٢
fa lammâ
jâ'at qîla a hâkadzâ ‘arsyuk, qâlat ka'annahû huw, wa ûtînal-‘ilma ming qablihâ
wa kunnâ muslimîn
Ketika dia
(Balqis) datang, ditanyakanlah (kepadanya), “Serupa inikah singgasanamu?” Dia
(Balqis) menjawab, “Sepertinya ya. Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya)
dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”
وَصَدَّهَا مَا كَانَتْ تَّعْبُدُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِۗ اِنَّهَا
كَانَتْ مِنْ قَوْمٍ كٰفِرِيْنَ ٤٣
wa shaddahâ
mâ kânat ta‘budu min dûnillâh, innahâ kânat ming qauming kâfirîn
Kebiasaannya
(Balqis) menyembah selain Allah telah mencegahnya (dari tauhid). Sesungguhnya
dia dahulu termasuk kaum yang kafir.
قِيْلَ لَهَا ادْخُلِى الصَّرْحَۚ فَلَمَّا رَاَتْهُ حَسِبَتْهُ
لُجَّةً وَّكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَاۗ قَالَ اِنَّهٗ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّنْ قَوَارِيْرَ
ەۗ قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمٰنَ لِلّٰهِ
رَبِّ الْعٰلَمِيْنَࣖ
٤٤
qîla
lahadkhulish-shar-ḫ, fa lammâ ra'at-hu ḫasibat-hu lujjataw wa kasyafat ‘an
sâqaihâ, qâla innahû shar-ḫum mumarradum ming qawârîr, qâlat rabbi innî
dhalamtu nafsî wa aslamtu ma‘a sulaimâna lillâhi rabbil-‘âlamîn
Dikatakan
kepadanya (Balqis), “Masuklah ke istana.” Ketika dia (Balqis) melihat (lantai
istana) itu, dia menyangkanya kolam air yang besar. Dia menyingkapkan (gaun
yang menutupi) kedua betisnya. Dia (Sulaiman) berkata, “Sesungguhnya ini
hanyalah lantai licin (berkilap) yang terbuat dari kaca.” Dia (Balqis) berkata,
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah
diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.”
0 comments:
Posting Komentar