Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Senin, 25 Agustus 2025

Kisah Nabi Muhammad SAW meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah

 Kisah Nabi Muhammad SAW meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah

Para preman Mekah berkumpul di Darul Nadwah. Penduduk mekkah menetapkan akan mengambil sesuatu keputusan penting berkaitan dengan Nabi. Salah seorang dari mereka mengusulkan agar beliau dibelenggu   dengan   besi   lalu   dibuang   di   penjara   sehingga   beliau   mati   kelaparan.   Sebagian   lagi mengusulkan agar beliau dibuang dari Mekah dan diusir. 

Kisah Nabi Muhammad SAW meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah

Abu Jahal mengusulkan agar mereka mengambil       dari   setiap  keluarga   dari  keluarga-keluarga      Quraisy   seorang   pemuda      yang   kuat, kemudian setiap dari mereka diberi pedang yang terhunus dan hendaklah mereka memukulkan pedang     itu   ke  tubuh    Nabi.    Jika  mereka     berhasil   membunuhnya         niscaya    semua    kabilah bertanggung jawab terhadap darah sang Nabi dan Bani Hasyim tidak akan mampu menuntut dan memerangi       orang    Arab   semuanya      dan   mereka     akan   menerima     diat   sebagai   tebusan    dari pembunuhan         itu.  Demikianlah       persekongkolan       itu  digelar    dan    mereka     sepakat    untuk melaksanakan hal itu. Namun Al-Qur'an al-Karim menyingkap persekongkolan yang dilakukan orang-orang kafir itu dalam firman-Nya: "Dan   (ingatlah), ketika   orang-orang kafir memikirkan tipu daya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baih Pembalas tipu daya." (QS. al-Anfal: 30) Allah   SWT   mewahyukan   kepada   Nabi-Nya   agar   ia   berhijrah.   Lalu   Nabi   mulai   menyiapkan sarana-sarana   untuk   hijrahnya.   Beliau   menyembunyikan   urusan   tersebut   bahkan   beliau   tidak memberitahu sahabat yang akan menemaninya. Rasulullah saw menyewa seorang penunjuk jalan yang   pengalaman   yang   mengenal   padang   gurun   seperti   mengenal   garis-garis   tangannya.   Yang mengherankan   penunjuk   jalan   itu   adalah   seorang   musyrik.   Demikianlah   Nabi   memita   bantuan kepada orang yang ahli tanpa memperhatikan keyakinannya. Kemudian datanglah malam pelaksanaan kejahatan itu. Rasulullah saw memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidumya di malam tersebut. Datanglah pertengahan malam dan Rasulullah   saw   pun   keluar   dari   rumahnya.  

Para   pemuda   Mekah   mengepung   rumah.   Mereka menghunuskan pedangnya. Nabi menggenggam tanah lalu beliau melemparkannya ke arah kaum sehingga   mereka   pun   merasa   kantuk   sehingga   Nabi   saw   dapat   menembus   kepungan   mereka. Beliau keluar dari Mekah dan berhijrah. Dengan langkah yang diberkati ini, kaum Muslim menanggali tahun-tahun mereka. Tahun dalam Islam adalah tahun Hijiriah, sedangkan kaum Masehi menanggali tahun mereka dengan kelahiran Isa dan ini disebut dengan tahun Masehi. Adapun tahun-tahun Islam, maka ia ditanggali pertama kalinya saat Rasulullah saw keluar berhijrah di jalan Allah SWT. Hijrah Rasul bukan hanya lari dari   penindasan   tetapi   lari   dari   kebekuan;   hijrah   tersebut   bukan   keluar   dari   keamanan   tetapi keluar dari bahaya. Islam di Mekah hanya dapat mempertahankan dirinya tetapi ketika ia keluar ke   Madinah   ia   mempertahankan   dirinya   ketika   menyerang.   Dan   selama   beberapa   tahun   masa yang   dihabiskan   di   Mekah,   tak   seorang   dari   kaum   Muslim   yang   mengangkat   senjata.   Ketika mereka      keluar   ke  Madinah,     mereka     mulai    membawa       senjata   dan   mulai   menyalakan      obor peperangan.   Islam mulai membawa senjata sebagaimana luka   akan sembuh dengan syarat jika diobati.    Nabi   saw   mengetahui      bahwa    Islam   tidak   akan   menghabiskan       usianya   hanya    untuk melawan   serangan   pada   dirinya;   Islam   ingin   tersebar;   Islam   ingin   mendirikan   negaranya   yang pertama yaitu suatu negara yang belum pernah dikenal di muka bumi negara seperti itu. Negara yang   mencapai   keadilan,   kasih   sayang,   dan   idealisme   yang   begitu   luar   biasa   di   mana   hukum Allah SWT ditegakkan dan kehormatan manusia benar-benar dijaga. Inilah   kedalaman   hijrah   yang   mengesankan   yaitu   pendirian   negara   Islam   setelah   sebelumnya membangun   individu   masyarakat   Muslim.   Setelah   Rasul   saw   membangun   masyarakat   Muslim dan membangun masjid, maka beliau membangun suatu negara Islam. Selanjutnya, sayap-sayap dakwah mengepak. Kami      kira  pembaca     tidak   akan    bertanya,    apa   gunanya    pembangunan        masjid    ditingkatkan sementara   Islam masih mengalami penindasan di muka bumi. Kami kira pembaca lebih pintar daripada orang yang tidak mengetahui bahwa masjid yang dibangun Rasulullah saw di Madinah bukan   tempat   peristirahatan   dari   keletihan,   tetapi   masjid   merupakan   pusat   dari   kepemimpinan pergerakan Islam dan kepemimpinan menuju peperangan Islam. Manusia      mandi    di  masjid   dengan     cahaya   Allah    SWT     setelah  itu  mereka    mandi     di  kancah peperangan dengan darah mereka. Pertanyaannya adalah, siapakah di antara mereka yang akan terbunuh   di   jalan   Allah   SWT   sebelum   saudaranya?   Demikianlah   perlombaan   dalam   perbaikan terjadi di antara mereka. Dengan cara demikianlah Islam tersebar. Sementara itu, Nabi berlindung di suatu gua; di gunung   yang bernama Tsur. Beliau masuk ke gua itu bersama sahabatnya Abu Bakar. Dan orang-orang musyrik pergi menyusul beliau dengan membawa pedang mereka. Lalu mereka sampai ke gunung itu. Abu Bakar berkata kepada Rasul saw    dengan    keadaan     gelisah,  "seandainya     salah   seorang    mereka    melihat   di  bawah     kakinya niscaya mereka akan melihat kita." Dengan tenang, Rasulullah saw menepis kegelisahan Abu Bakar dan berkata: "Wahai Abu Bakar apa   yang   kamu   kira   dengan   dua   orang   yang   ada   di   tempat   yang   sepi   sementara   Allah   SWT menjadi   ketiga   di   antara   mereka?"   Sebelum   Rasulullah   saw   mengakhiri   kalimatnya,   terdapat laba-laba yang selesai dari menenun rumahnya di atas pintu gua. Kitab-kitab sejarah mengatakan bahwa kaum musyrik mengikuti jejak sang Nabi sehingga mereka sampai di gunung Tsur lalu di situlah   mereka   mengalami   kebingungan.   Mereka   mendaki   gunung   dan   mendaki   gua   itu.   Lalu mereka melihat di atas pintu gua itu terdapat tenunan laba-laba.

Mereka mengatakan, seandainya seseorang   masuk   di   dalamnya   niscaya   tidak   akan   terdapat   tenunan   laba-laba   di   atas   pintunya. Beliau tinggal di gua itu selama tiga malam. Demikianlah   keimanan   tenunan   laba-laba          yang   lembut    dimenangkan   atas   ketajaman   pedang kaum   musyrik   sehingga   Nabi   bersama   sahabatnya   pun   selamat.   Kini,   kedua   orang   itu   menuju Madinah.      Dan    Madinah     pun    menyambut      mereka.     Ketika    Rasulullah    saw    dan   sahabatnya memasuki Madinah, mula-mula masyarakat tidak mengenal siapa di antara mereka yang menjadi Rasul karena saking baiknya sikap Rasul terhadap sahabatnya. Akhirnya, Nabi menerangi kota Madinah.      Beliau    membangun       masjid    dan   mendirikan     negaranya     serta   memerangi      musuh- musuhnya dan tersebarlah Islam dan Mekah pun ditaklukkan dan Baitul Haram disucikan. Beliau menanamkan dalam akal dan hati suatu cahaya yang tidak akan pernah padam. Kemudian berlangsunglah        sepuluh     tahun    yang     dilewatinya     di   Madinah       di   mana     beliau    tidak menggunakannya untuk berleha-leha. Demikian juga selama masa tiga belas tahun yang beliau lalui   di   Mekah,   beliau   pun   tidak   mendapatkan   istirahat   yang   cukup.   Semua   kehidupan   beliau hanya untuk Allah SWT dan hanya untuk Islam. Beban berat yang dipikul oleh punggung beliau yang mulia lebih berat dari beban yang dipikul oleh gunung. Meskipun beliau seorang diri, tetapi beliau mampu memikul amanat yang pernah Allah SWT tawarkan kepada langit dan bumi serta gunung namun mereka pun enggan untuk memikulnya. karena mereka menyadari bahwa mereka

tidak akan mampu memikulnya. Lalu datanglah beliau dan beliau pun mampu memikul amanat itu   dan   melaksanakannya   secara   sempurna.   Yaitu   amanat   untuk   menyampaikan   agama   Allah SWT; amanat untuk menyucikan akal manusia dari polusi khayalisme dan khurafatisme: amanat yang mewarnai kehidupan dengan hanya sujud kepada Allah SWT. Kemudian       mengalirlah     dalam    memori     Nabi    saw    suatu   arus   dari  gambar-gambar        hidup: bagaimana   saat   beliau   memasuki   Madinah.   Lewatlah   di   hadapan   akal   beberapa   memori   dan nostalgia:    bagaimana     wahyu     yang   turun   kepadanya     dengan    membawa      risalah   di  gua  Hira, kemudian   berubahlah   pandangan   dan   bertiuplah   angin   kebencian   kepadanya,   bahkan   angin   itu membawa   pasir-pasir   tuduhan-tuduhan   yang   dilemparkan   ke   wajah   suci   beliau.   Beliau   berdiri sambil   tersenyum   dan   hatinya   dipenuhi   dengan   kesedihan   di   hadapan   gelombang   gurun   dan kesendirian     serta   badai   kesengsaraan.      "Wahai    manusia,     tiada   Tuhan    selain   Allah   SWT. Demikianlah   kalimat   yang   beliau   katakan.   Meskipun   kalimat   itu   tampak   sederhana   namun   ia mampu       membangkitkan       dunia.   Dan    bergeraklah     patung-patung      yang   begitu   banyak     yang memenuhi   kehidupan   dan   mereka   membekali   dirinya   dengan   kegelapan   dan   kebencian   yang dialamatkan kepada sang Nabi. Para pembesar. para penguasa, uang, emas, serta kebencian dan kedengkian   setan   yang   klasik   dan   banyaknya   orang-orang   munafik,   semua   ini   menjadi   musuh nyata sang Nabi pada saat beliau mengatakan "tiada Tuhan selain Allah SWT." Nabi mengingat kembali   Waraqah   bin   Nofel   ketika   menceritakan   kepadanya   apa         yang   terjadi   dan   apa  yang dialami     beliau   di  gua    Hira.   Tidakkah     ia  mengatakan      kepadanya     bahwa     kaumnya      akan mengusirnya? Hari-hari hijrah sangat panjang dan berat. Matahari sangat dekat dengan kepala dan rasa panas sangat   mencekik   tenggorokan   dan   rasa   pusing-pusing   pun   semakin   meningkat.   Setelah   hijrah, Nabi    memasuki      Madinah.    Beliau   disambut   oleh   kaum     Anshar   dengan     sambutan   luar   biasa. Beliau    datang   sendirian    lalu  mereka    menolongnya;      beliau  datang    dalam   keadaan    takut   lalu mereka mengamankannya; beliau datang dalam keadaan lapar lalu mereka memberinya makanan; beliau datang dalam keadaan terusir lalu mereka memberikan perlindungan. Bangunan   Islam   mulai   ditancapkan   di   Madinah.   Beliau   mulai   membangun   negaranya   setelah beliau membangun sumber daya manusia Islam yang tangguh. Yang pertama kali dibangunnya adalah   sumber   daya   Islam,   setelah   itu   beliau   baru   membangun   negara.   Tidak   ada   nilai   yang berarti   dari   satu  sistem  yang   hanya   berdasarkan   prinsip-prinsip   besar      yang   tidak  lebih   dari sekadar tinta di atas kertas.

Penerapan prinsip-prinsip adalah tolok ukur final dari nilai apa pun yang diberlakukan di dunia. Dan Islam telah berhasil menerapkan pada masa-masa pertamanya suatu sistem yang belum pernah dikenal dalam kehidupan manusia suatu sistem seperti itu. Yaitu sitem   yang   menunjukkan   keadilan,   persaudaraan,   dan   kasih   sayang   yang   mengagumkan.   Hal yang pertama kali dilakukan Rasulullah saw adalah membangun masjid di mana di situlah unta yang ditungganinya berhenti. Mesjid itu tampak sederhana. Tikarnya terdiri dari pasir-pasir dan batu-batu.   Tiangnya   terbuat   dari   batang-batang   kurma.   Barangkali   ketika   turun   hujan,   maka tanahnya     akan   menjadi    lumpur    karena   mendapat     siraman   air  hujan.   Mungkin     ketika  angin bertiup dengan kecang, maka ia akan mencabut sebagian dari atapnya. Di   bangunan   yang   sederhana   ini,   Rasulullah   saw   mendidik   generasi   Islam   yang   tangguh   yang dapat menghancurkan orang-orang yang lalim dan para penguasa yang bejat dan mereka mampu mengembalikan        kebenaran     ke   singgasananya      yang   terusir  dan   terampas.    Mereka     mampu menyebarkan       Islam   di  muka    bumi.   Mesjid   itu  tampak    kecil  dan   sederhana    sekali  tetapi  ia dipenuhi dengan kebesaran; masjid itu tidak menunjukkan kemewahan sama sekali. Di dalamnya Al-Qur'an   dibaca   lalu   orang-orang   yang   mendengarnya   menganggap   bahwa  mereka   benar   dan mendapatkan perintah harian untuk menerapkan dan melaksanakan apa-apa yang mereka dengar. Al-Qur'an     dibaca   di  masjid    bukan   seperti   nyanyian    yang   orang-orang     duduk    akan   merasa terpengaruh      dengan    keindahan    nyanyian    dan   suara   pembaca.     Dan   masjid    di  dalam   Islam bukanlah tempat satu-satunya untuk ibadah. Menurut kaum Muslim semua burni adalah masjid namun     masjid    adalah   simbol   peradaban     yang   beriman    kepada    Allah   SWT    dan   hari  akhir, sebagaimana ia menyuarakan ilmu, kebebasan dan persaudaraan. Semua Nabi berbicara tentang persaudaraan dan mengajak kepadanya dengan ribuan kata-kata. Sedangkan      Rasulullah    saw   telah  mewujudkan       persaudaraan     itu  secara  praktis,  yakni   ketika karakter   masyarakat   saat   itu   mencerminkan   Al-Qur'an.   Nabi   mulai   mempersaudarakan   kaum muhajirin   dan   Anshar   di   mana   sahabat   Anshar   Sa'ad   bin   Rabi',   seorang   kaya   dari   Madinah dipersaudarakan   dengan   Abdul   Rahman   bin   'Auf,   seorang   yang   berhijrah   dari   Mekah.   Sa'ad berkata    kepada    Abdul    Rahman:     "Sesungguhnya,       tanpa   bermaksud     sombong,     aku   memang memiliki harta yang banyak daripada kamu. Aku telah membagi hartaku menjadi dua bagian dan sebagiannya   aku   peruntukkan   bagimu.   Lalu   aku   mempunyai   dua   orang   wanita,   maka   lihatlah siapa   di   antara   mereka   yang   mampu   memikatmu   sehingga   aku   menceraikannya   lalu   engkau dapat    menikahinya."      Abdul    Rahman      bin   'Auf   menjawab:     "Mudah-mudahan         Allah    SWT memberkatimu,        keluargamu,     dan   hartamu.    Di   manakah     pasar   yang    engkau    berdagang     di dalamnya?" Abdul   Rahman   bin   'Auf   keluar   menuju   ke   pasar   untuk   berkerja.   Ia   kembali   dan   membawa sesuatu     yang    dapat    dimakannya.      Ia   menolak      dengan    lembut     sikap    baik   Sa'ad    dan kedermawanannya.   Ia   bersandar   pada   keimanan   kepada   Allah   SWT   dan   lebih   memilih   untuk bekerja dan membanting tulang. Tidak berlalu hari demi hari kecuali ia tetap bekerja sehingga ia mampu untuk membekali dirinya dan melaksanakan pernikahan. Demikianlah       masyarakat      Islam   terbentuk    dan   menampakkan        identitasnya    berdasarkan     cinta, kebebasan,   musyawarah,   dan   jihad.   Pekerjaan   menurut   Islam   bukan   suatu   penderitaan   untuk mendapatkan roti atau potongan daging sebagaimana dikatakan peradaban kita masa kini, tetapi pekerjaan dalam Islam melebihi ruang lingkup materi ini dan menuju puncak yang lebih tinggi: "Dan katakanlah: 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang muhmin akan melihat pekerjaanmu itu. " (QS. at-Taubah: 105) Kesadaran bahwa apa yang kita kerjakan akan dilihat oleh Allah SWT menjadikan perkerjaan itu mendapat cita rasa yang lain. Yaitu suatu rasa yang   melampaui   nikmatnya   memakan   roti   dan   daging.   Setelah   bekerja,   datanglah   cinta.   Cinta dalam Islam bukan hanya perasaan   yang menetap dalam hati dan tidak diwujudkan oleh suatu perbuatan; cinta dalam Islam merupakan langkah harian yang akan mengubah bentuk kehidupan di sekitar manusia menuju yang lebih tinggi dan mulia. Seorang Muslim mencintai Tuhannya Pencipta alam semesta dan mencintai Rasulullah saw dan mencintai kaum Muslim dan orang-orang yang berdamai dengan orang-orang Muslim, meskipun keyakinan      mereka     berbeda    dengannya.     Bahkan     seorang    Muslim     mencintai     makhluk     secara keseluruhan: ia mencintai anak-anak, hewan, bunga, pasir dan gunung bahkan benda-benda mati pun mendapat cinta dari seorang Muslim. Seorang Muslim jika dia benar-benar seorang Muslim akan merasakan dnta yang dialami oleh Nabi Daud terhadap alam dan lingkungan di sekitarnya. Ini   adalah   perasaan   sufi   yang   tinggi.   Seorang   Muslim   akan   mewarisi   cinta   yang   sebenarnya seperti   yang   diwarisi   Nabi   Isa   terhadap   lingkungan   yang   baik   yang   ada   di   sekitarnya   di   mana ketika Nabi   Isa melihat tubuh anjing   yang mati, maka Nabi   Isa tidak melihat selain keputihan giginya. Demikianlah cinta   yang   tersebar dalam kehidupan kaum Muslim di mana cinta itu pun tertuju kepada   binatang   dan   benda-benda   mati.   Cinta   demikian   ini   tidak   akan   terwujud   dengan   suatu keputusan   dan   tidak   ditetapkan   dengan   suatu   undang-undang,   tetapi   cinta   itu   datang   biasanya akibat   dari   kepuasaan   akal   dan   hati   dengan   adanya   kepemimpinan   besar   yang   hati   cenderung kepadanya       dan   akal  mengambil      darinya.    Dan    yang   dimaksud     dengan     kepemimpinan       besar tersebut   adalah   keberadaan   sang   Nabi

0 comments:

Posting Komentar