Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Minggu, 17 Agustus 2025

Awal Dakwah Nabi Muhammad SAW

 Awal Dakwah Nabi Muhammad SAW

Setelah   turunnya   wahyu   kepada   Rasul   saw,   beliau   memulai   tahapan   dakwah   dan   mengajak manusia   untuk   menyembah   Allah   SWT.   Dimulailah   dakwah   secara   rahasia   yang   berlangsung selama tiga tahun dalam persembunyian. Mula-mula Ummul Mu'minin, Khadijah binti Khuwailid beriman kepadanya, lalu beriman juga sahabatnya,   Abu   Bakar   sebagaimana   beriman   kepadanya   anak   pamannya,   Ali   bin   Abi   Thalib yang saat itu masih kecil dan hidup di bawah asuhan Muhammad, dan juga beriman kepadanya Zaid bin Tsabit, seorang pembantunya. Kemudian Abu Bakar juga ikut berdakwah, sehingga ia memasukkan dalam dakwah teman-temannya, seperti Usman bin Affan, Thalha bin Ubaidilah, dan    Sa'ad   bin   Abi   Waqas.     Juga   beriman     seorang    Masehi,     yaitu   Waraqah     bin   Nofel   dan Rasulullah      saw   melihatnya    

kisah perjuangan nabi muhammad

  setelah   kematiannya      tanda    kesenangan      yang   itu  menunjukkan ketinggian derajatnya di sisi Allah SWT. Setelah itu, Abu Dzar al-Ghifari juga masuk Islam, lalu disusul   oleh   Zubair   bin Awam   dan   Umar   bin   'Anbasah   serta  Sa'id   bin   'Ash.   Jadi,   Islam   mulai mengepakkan sayapnya secara rahasia di Mekah. Kemudian berita tersebarnya akidah yang baru ini sampai kepada pembesar-pembesar Quraisy, tetapi mereka tidak begitu peduli. Barangkali mereka membayangkan bahwa Muhammad telah menjadi—karena         uzlah    yang   dilakukannya      di  gua   Hira—salah      seorang     juru  bicara   tentang ketuhanan sebagaimana pernah dilakukan oleh Umayah bin Shalt dan Qas bin Sa'adah. Demikianlah   dakwah   secara   rahasia   berhasil   mengembangkan   misinya   dan   dapat   melindungi akidah   yang   baru.   Dan   selama   perjalanan   tiga   tahun   yang   dibutuhkan   tahapan   dakwah   secara rahasia keimanan telah tertanam dalam hati kaum Muslim yang pertama. Rasulullah saw telah mendidik   mereka   dan   telah   menanamkan   kepada   diri   mereka   sifat-sifat   kemuliaan   dan   telah menciptakan   mereka   sebagai   benih   pertama   dari   pasukan   Islam.   Pada   suatu   hari   Jibril   turun dengan membawa firman Allah SWT: "Dan     berilah   peringatan     kepada    kerabat-kerabatmu       yang    terdekat."   (QS.   asy-Syu'ara':    214) Demikianlah,   datanglah   perintah   Ilahi   agar   Rasulullah   saw   berdakwah   secara   terang-terangan. Lalu   berkumpullah   di   sekeliling   Nabi   sekelompok   tentara   yang   besar   dan   datanglah   perintah Ilahi   agar   beliau   menyampaikan   dakwah   secara          terang-terangan   dan   mengingatkan   keluarga dekatnya.   Ketika   Nabi   melakukan   hal   tersebut,   maka   dakwah   memasuki   tahapan   yang   kedua. Dan   tahapan   dakwah   yang   baru   ini   berakibat   pada   timbulnya   penekanan   terhadap   para   dai   di mana mereka mengalami penindasan, bahkan mereka didustakan oleh masyarakat serta diboikot.

Orang-orang       Quraisy   mengetahui   bahwa       Muhammad   berbahaya         bagi  mereka.    Beliau   bukan hanya berbicara tentang ketuhanan, tetapi beliau mengajak rnanusia untuk mengikuti agama baru, yaitu   agama   yang   mencoba   untuk   menyingkirkan   berhala-berhala   dan   patung-patung   mereka serta tuhan-tuhan mereka yang mereka yakini; agama yang mencoba menyingkirkan kedudukan sosial   mereka   dan   kepentingan-kepentingan   ekonomi   mereka;   agama   yang   menyatakan   bahwa tiada tuhan lain selain Allah SWT, dan tiada hukum lain selain hukum-Nya, serta tiada penguasa lain selain Dia. Kedatangan agama tersebut menyebabkan penduduk kota Mekah membencinya dan orang-orang yang memegang kekuasaan di dalamnya merasa gelisah. Setelah     pengumuman       dakwah     secara   terang-terangan,     dimulailah    dan   ditabuhlah     gendrang peperangan. Kemudian peperangan yang dahsyat terjadi antara para pembesar Quraisy dan para pengikut     Rasulullah    saw.   Orang   yang    pertama   kali  menyerang      Islam   adalah   seorang    tokoh Mekah yang bernama Abu Lahab. Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw menaiki bukit Shafa dan beliau mulai memanggil- manggil tokoh Quraisy dan para kabilah Mekah. Dan ketika semua berkumpul, beliau bertanya kepada mereka: "Apakah kalian percaya jika aku memberitahu kalian bahwa seekor kuda akan datang     menyerang      kalian?"    Mereka     menjawab:      "Tentu,    kami    belum     pernah    melihatmu berbohong."   Beliau   berkata:   "Aku   seorang   yang   diutus   sebagai   pemberi   peringatan   terhadap kalian. Di hadapanku terdapat siksaan   yang berat jika kalian menentang." Abu   Lahab berkata: "Sungguh celaka engkau, apakah karena ini engkau mengumpulkan kami." Dengan      penghinaan     inilah,  peperangan     terhadap   Islam   dimulai.   Ketika    kaum    Muslim     tidak mampu      mempertahankan        diri  mereka,   maka    mula-mula     Allah   SWT     membantu      mereka    dan menolong mereka dengan menurunkan surah yang pendek yang mengecam tindakan Abu Lahab: "Binasalah   kedua   tangan   Abu   Lahab   dan   sesungguhnya   dia   akan   binasa.   Tidaklah   bermanfaat kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahahan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.   Dan   (begitu   pula)   isterinya,   pembawa   kayu   bakar.   Yang   di   lehernya   ada   tali   dari sabut. " (QS. Allahab: 1-5) Dengan   ayat-ayat   yang   pendek   dan   tepat   tersebut,   Abu   Lahab   memasuki   kancah   sejarah   dari pintunya yang paling pendek. Gambaran tentang kejahatan Abu Lahab tertulis selama-lamanya. Abu     Lahab   adalah   seorang    yang   menentang   dakwah   kebenaran   karena         ia   mengkhawatirkan kedudukannya        dan  kekayaannya,      padahal    harta  yang   dipertahankannya       dan  dijaganya    tidak memiliki arti sama sekali di sisi Allah SWT karena ia sekarang berada dan dijebloskan di tengah- tengah     neraka    yang   menyala-nyala,       sedangkan     isterinya   membawa       kayu    bakar,   sehingga menambah   nyala   api  itu  sendiri. 

Dan    di  lehernya    terdapat   suatu   belenggu    sebagai    simbol keterikatannya   dengan   dunia   binatang   yang   tidak   berakal.   Sebagian   besar   orang-orang   yang menentang   dakwah   adalah   orang-orang   yang   berhubungan   dengan   dunia   binatang   yang   tidak sadar. Allah SWT berfirman: "Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). " (QS. al-Furqan: 44) Seandainya hari ini kita merenungkan reaksi orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, maka kita akan terheran-heran. Allah SWT berfirman: "Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka;   dan   orang-orang   kafir   berkata:   'Ini   adalah   seorang   ahli   sihir   yang   banyak   berdusta. Mengapa ia menjadikan   tuhan-tuhan itu Tuhan   yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan'." (QS. Shad: 4-5) Coba   perhatikan   bagaimana   kebodohan   kaum   itu   di   mana   mereka   menganggap   bahwa   pada hakikatnya terdapat multi tuhan dan mereka jutru merasa heran ketika terdapat hanya satu tuhan atau tuhan yang esa. Mereka justru merasa heran ketika berhadapan dengan masalah yang fitri dan jelas ini. Allah SWT berfirman: "Dan   apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): 'Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul? Sesungguhnya hampirlah      ia  menyesatkan      kita  dari  sembahan-sembahan          kita,  seandainya     kita  tidak   sabar (menyembah)nya. " (QS. al-Furqan: 41-42) Perhatikanlah      betapa    nekatnya    kaum    itu  di  mana     mereka    mulai    menghina     dan   mengejek Rasulullah   saw,   padahal   beliau   telah   datang   di   tengah-tengah   mereka   untuk   menyelamatkan mereka dari api neraka, dan coba perhatikan bagaimana pandangan mereka terhadap tuhan-tuhan mereka.

 Mereka membayangkan bahwa mereka nyaris tersesat jika mereka tidak bersabar dalam membela       tuhan-tuhan    tersebut.   Demikianlah      kesesatan    mengejek     kebenaran     dan   kebodohan menghina        ilmu.    Mereka      justru    merasa     heran     terhadap     kepandaiannya        yang    dapat menyelamatkannya dari meninggalkan tuhan-tuhannya yang terbuat dari batu dan kayu, bahkan terkadang   mereka   membuat   tuhan   dari   adonan   roti   di   mana  mereka   menyembahnya   kemudian memakannya. Mereka mengatakan bahwa tuhan-tuhan kami menyelamatkan kami dari rasa lapar atau mereka mengatakan bahwa kami menyembah mereka agar mereka dapat mendekatkan kami pada Allah sedekat-dekatnya. Meskipun   demikian,   dakwah   Nabi   terus   berlanjut   dan   tertanam   di   muka   bumi.   Mereka   orang- orang musyrik menuduh Nabi sebagai seorang dukun; mereka menuduhnya juga sebagai seorang gila,   bahkan   mereka   menuduhnya   sebagai   seorang   penyihir;   mereka   menuduh   bahwa   beliau berbohong atas nama kebenaran dan beliau dibantu oleh kaum yang lain; mereka mengatakan ini adalah dongengan orang-orang yang dahulu. Mereka meminta kepada beliau untuk mendatangkan mukjizat dengan bentuk tertentu; mereka memberitahu   bahwa   mereka   tidak   akan   beriman   kepadanya,   sehingga   terdapat   suatu   mata   air yang   memancar   dari   bumi   atau   terwujud   di   depan   mereka   suatu   taman   dari   pohon   kurma   dan anggur yang memancar di tengah-tengahnya sungai, atau langit akan runtuh sebagaimana yang beliau sampaikan kepada mereka sebagai bentuk azab atau beliau datang dengan Allah SWT dan para malaikat dan mereka semua menjamin kebenaran dakwah   yang diserukannya, atau beliau memiliki rumah dari emas atau beliau mampu mendaki langit dan mereka masih belum beriman terhadap   pendakian   itu   meskipun   ia   mendaki   di   hadapan   mata   mereka   dan   kembali   dengan selamat, kecuali jika ia menghadirkan kitab kepada mereka yang dapat mereka baca dari langit. Nabi   tidak   peduli   dengan   usaha   mereka   untuk   menyakiti   hati   beliau;   Nabi   tetap   memberitahu mereka   dengan   penuh   kelembutan   bahwa   apa   saja   yang   mereka   minta   itu   tidak   sesuai   dengan Islam.    Sebab,     Islam   hanya    menyeru      akal   dan   berusaha     menciptakan      kebebasan.     Beliau menyampaikan   kepada   mereka   bahwa   beliau   hanya   sekadar   manusia   yang   diutus   oleh   Tuhan; beliau datang kepada mereka untuk mengingatkan mereka akan suatu hari di mana seorang tua tidak akan menyelamatkan anaknya dan tidak bermanfaat di dalamnya harta dan anak-anak, dan mereka tidak akan selamat di dalamnya dari siksaan. Orang-orang yang mempunyai kedudukan atau   para   tokoh   mereka   adalah   para   tiran-tiran   di   muka   bumi   di   mana   semua   itu   tidak   akan bermanfaat bagi mereka pada hari kiamat. Siksaan yang bakal mereka terima tidak dapat mereka hindari dan mereka pun tidak dapat meringankannya.

Demikianlah Islam—sebagaimana agama-agama sebelumnya— mengumpulkan di sekelilingnya orang-orang yang berakal dan orang-orang yang fakir serta orang-orang yang menderita di muka bumi. Berimanlah sekelompok orang-orang fakir di mana mereka menjadi kelompok sosial yang tertindas   dan   tersingkirkan   di   Mekah.   Mereka   menjadi   makanan   empuk   kelompok-kelompok yang lalim. Islam   bukan   hanya   memberikan   solusi   ekonomi   terhadap   tragedi   kehidupan   atau   masyarakat, tetapi Islam memberikan solusi Ilahi terhadap keberadaan manusia secara umum; Islam meyakini bahwa   manusia   bukan   hanya   sekadar   perut   yang   harus   dikenyangkan   dan   naluri   seksual   yang harus   dipuaskan,   manusia   bukan   hanya   dilihat   dan   dinilai   dari   sisi   ini,   namun   Islam   justru meletakkan        manusia      pada     tempatnya      yang     hakiki,    tanpa     membesar-besarkan          atau mengecilkannya. Dalam pandangan Islam, manusia terdiri dari bangunan fisik dan ruhani, terdiri dari akal dan ambisi dan terdiri dari celupan dari Allah SWT dalam ruhnya. Islam     tidak   mementingkan       fisik   saja  dan    meninggalkan      ruhani,    begitu   juga   sebaliknya. Terkadang   fisik     boleh   jadi   mendapatkan   kebahagiaan   dalam   kehidupan,   tetapi   ruhani         justru mengalami penderitaan yang luar biasa. Karena itu, pemuasan salah satu dimensi dari dimensi manusia   tidak   akan   membawa   manusia   kepada   kesempurnaan   atau   kebahagiaan.   Maka,   Islam datang   untuk   membawa   suatu   solusi   yang   dapat   menyelamatkan   manusia   dari   dalam   dirinya sendiri dan Islam membebankan tugas ini, yakni tugas perubahan ini kepada Al-Qur'an. Al-Qur'an menjadi cermin dalam kehidupan di mana ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasul saw, lalu beliau mengajarkannya kepada kaum Muslim. Kemudian Al-Qur'an berubah menjadi orang- orang    yang    berjalan   di  pasar-pasar    dan   mengancam       singgasana    kebencian     yang   menguasai Mekah,   sehingga   orang-orang   musyrik   justni   meningkatkan   usaha   pengejekan   dan   penghinaan terhadap Rasul saw. Oleh karena itu, beliau semakin sedih lalu Allah SWT menghiburnya. Allah SWT memberitahu beliau bahwa mereka tidak mendustakannya, tetapi mereka justru melalimi diri   mereka   sendiri.   Mereka   mulai   menentang   Nabi   dan   ayat-ayat   Allah   SWT,   padahal   Nabi adalah salah satu dari ayat Allah SWT. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya        Kami    mengetahui      bahwasannya      apa   yang   mereka    katakan    itu  menyedihkan hatimu,   (janganlah   hamu   bersedih   hati),   karena   mereka   sebenarnya   bukan   mendustakan   kamu, akan tetapi orang-orang yang lalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." (QS. al-An'am: 33) Kemudian   kaum   musyrik   meningkatkan   penindasan   kepada   Rasul   saw   dan   para   pengikutnya. Peperangan       dimulai:    dari  peperangan      urat  saraf   sampai    peperangan     fisik.  Mereka     mulai menyiksa para pengikut   Rasul saw, bahkan membunuhnya. Pada saat itu, musuh-musuh   Islam membayangkan bahwa dengan cara menindas kaum Muslim dan menekan mereka dakwah Islam akan   berhenti   dan   kaum   Muslin   akan   enggan   untuk   berdakwah.   Mereka   menganggap   bahwa kaum     Muslim     justru  memilih     untuk   menyelamatkan       diri  mereka.    Namun     para  tokoh-tokoh Quraisy dan para tokoh-tokoh Mekah dikagetkan ketika melihat penekanan yang mereka lakukan justru   semakin   membakar   semangat   kaum   Muslim   untuk   berdakwah.   Saat   itu   kaum   Muslim merasa   yakin   bahwa   benih   yang   telah   ditanam   Rasulullah   saw   dalam   diri   mereka   menjadikan mereka   tetap   bersemangat   untuk   menyebarkan   risalah   Allah   SWT   di   muka   bumi,   yaitu   suatu risalah    yang   mengembalikan        bumi    menuju    kematangan      (kesempurnaan)       yang   telah  hilang darinya dan kema-nusiaan yang telah disia-siakan serta kehormatan yang telah ditumpahkan dan kebebasan yang telah hilang. Kaum Muslim yakin bahwa mereka bukan hanya membangun suatu negeri yang kecil di Mekah, dan mereka bukan hanya memperbaiki masyarakat   yang rusak,   yaitu masyarakat jazirah Arab, tetapi   mereka   mengetahui   bahwa   mereka   akan   membangun   suatu   manusia   yang   baru.   Mereka akan   menciptakan   manusia   seutuhnya;   mereka   akan   menghadirkan   dunia   dalam   bentuk   yang baru dan dalam gambar yang baru yang merupakan cermin dari gambar kebesaran sang Pencipta. Sebelum   kedatangan   Islam,   orang-orang   Arab   tidak   dikenal.   Dibandingkan   dengan   peradaban yang dahulu dan modern, orang-orang Arab tidak memiliki apa-apa. Mereka tidak memberikan kontribusi kepada dunia dalam bentuk ilmu, seni, atau peninggalan apa pun yang dapat dijadikan sebagai     kebanggaan.      Namun     ketika   Islam    turun   kepada    mereka,    mereka    menjadi     cermin kejayaan   manusia   di   mana   mereka   dapat   memberikan   sumbangan   nyata   pada   umat   manusia. Bahkan orang-orang Barat banyak berhutang kepada mereka dalam kemajuan yang mereka capai saat ini. Sebaliknya, ketika mereka berpaling dari Islam di mana Islam hanya menjadi lembaran cerita-cerita   dan   kertas-kertas   yang   tidak   berguna,   maka   saat   itulah   orang-orang   Barat   dapat menguasai kaum Muslim karena mereka justru mendapatkan ilmu dari Kaum Muslim itu sendiri. Mereka   justru   mencapai   kemajuan   ketika   kaum   Muslim   meninggalkan   agama   mereka.   Jadi, ketika kaum Muslim memahami Islam secara benar dan berusaha untuk memnghidupkan ajaran- ajarannya niscaya mereka akan mencapai puncak keilmuan.

0 comments:

Posting Komentar