Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Jumat, 22 Agustus 2025

Kisah Isra' Miraj Nabi Muhammad SAW

 Kisah Isra' Miraj Nabi Muhammad SAW

 Pada   saat   demikian   ini   ketika   manusia   mulai   meninggalkan   Rasulullah   saw   lalu   langit   turut campur dan terjadilah peristiwa besar dan mukjizat terbesar pada diri Nabi, yaitu Isra' dan Mi'raj. Ia   adalah   mukjizat    yang   tidak   berhubungan      dengan    dakwah     Islam;   ia  tidak  datang   untuk memperkuat   dakwah   ini   atau   menetapkannya   tetapi   ia   datang   semata-mata   untuk   memperkuat keteguhan   Nabi   dan   sebagai   penghormatan   kepadanya.  

kisah isra miraj

Seakan-akan   Allah   SWT   ingin   berkata kepada  Nabi,   jika  saja  penduduk     bumi    tidak  memujimu,    maka    penduduk     langit   mengenal kedudukanmu        dan    memberikan      pujian   yang    layak   kepadamu      dan   jika  manusia     menolak dakwahmu        dan   menolak   keberadaanmu,       maka    sesungguhnya      Allah    SWT     memilihmu      dan memuliakanmu. Untuk   melihat   tanda-tanda   kebesaran-Nya,   munculnya   mukjizat   Isra'   dan   Mi'raj   dalam   sejarah para   nabi   sebagai   mukjizat   satu-satunya   yang   tiada   tandingannya   dibandingkan   dengan   kisah nabi yang lain. Kita mengetahui bahwa di deretan para nabi ada nabi-nabi yang dinamakan oleh Allah SWT sebagai parakekasih-Nya dan sebagai para pendamping-Nya, seperti Nabi Ibrahim. Kita juga melihat bahwa di antara para nabi ada seseorang yang diajak bicara oleh Allah SWT tanpa perantara, seperti Nabi Musa. Kita juga melihat di antara para nabi ada yang didukung oleh Allah SWT dengan ruhul kudus, seperti Nabi   Isa. Tetapi untuk pertama kalinya kita berada di hadapan seorang nabi yang diajak dan dipanggil oleh Allah SWT untuk menuju ke sisi-Nya.

Beliau naik bersama Jibril dengan jasadnya dan ruhaninya sehingga Jibril berdiri di suatu tempat dan Nabi maju sendirian. Itu adalah tingkat dari tingkat kehormatan di mana pena terasa keluh untuk mengungkapkannya dan sejarawan tidak dapat menulis apa yang terjadi saat itu. Kita telah melihat     dalam     kisah    para   nabi    seorang    nabi    yang    meminta      kepada     Tuhannya      agar memperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan orang-orang   yang mati. Allah SWT bertanya     kepadanya,    apakah   ia   belum    beriman    akan   hal  itu?  Ibrahim    menjawab:     Bahwa     ia beriman tetapi ia ingin menenangkan hatinya. Kita    juga  melihat    dalam    kisah   para  nabi   seorang    nabi   yang   cintanya    kepada   Allah    SWT memancar dalam kalbunya sehingga ia meminta: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". (QS.   al-A'raf:   143)   Namun   Allah   SWT   menjawab   kepada   Musa   tentang   kemustahilan   melihat Allah SWT atas manusia. Nabi Musa memahami bahwa makhluk manapun tidak akan mampu menahan beban penampakan dari Zat sang Pencipta. Adapun Muhammad bin Abdillah ia tidak bertanya kepada Tuhannya dan meminta kepadanya untuk   diberi   mukjizat   atau   kejadian   yang   luar   biasa;   ia   tidak   meminta   kepada   Tuhannya   agar dapat    melihat   Zat-Nya     dan   ia  tidak  berusaha    mencari    ketenangan     dalam   hatinya.   Cintanya kepada Allah SWT termasuk bentuk cinta yang sulit untuk dipahami atau diselami kedalamannya oleh    para   tokoh   pecinta   dan   cintanya   tersebut   bukan    termasuk     bentuk   yang    menimbulkan berbagai pertanyaan. Cinta beliau melampaui tingkat permintaan menuju ketingkat penyerahan dan kepuasan atau ridha. Segala sesuatu yang menggelisahkan Nabi adalah ridha Allah SWT. Rasulullah saw berkata saat beliau dalam keadaan ditolak dan diusir dan terluka akibat perbuatan kaum   Tha'if:   "Jika   Engkau   tidak   murka   kepadaku,   maka   aku   tidak   peduli   dengan   mereka." Lihatlah   tingkat   cinta   yang   tinggi   itu:   bagaimana   tingkat   tersebut   menyebabkan   beliau   merasa rendah diri sehingga beliau berkata, "jika Engkau tidak murka kepadaku ..." Seakan-akan beliau tidak   menginginkan   selain   ridha   Allah   SWT   dan   yang   beliau   khawatirkan   adalah   kemarahan Allah SWT. Sungguh adab yang diterapkan Rasulullah saw kepada Tuhannya adalah adab yang paling layak dan   paling   tinggi   yang   sesuai   dengan   kedudukan   beliau   sebagai   orang   Muslim   yang   paling sempurna. Demikianlah mukjizat Isra' dan Mi'raj. Mukjizatyang tujuannya adalah menghormatikepribadian      Rasulullah     saw;   mukjizat     yang    membangkitkan        peranan     akal   dan   hati  secara bersama.   Para   nabi   tanpa   terkecuali   didukung   oleh   bcrbagai   macam   mukjizat   yang   terjadi   di muka   bumi bahkan   para   nabi   yang   diangkat   ke   langit   seperti   Nabi   Idris   dan   Nabi   Isa,   maka pengangkatan       mereka    sebagai    bentuk    menyelamatkan        mereka    dari   usaha   pembunuhan        atau penyaliban.

Mukjizat  mereka saat mereka diangkat ke langit adalah bentuk akhir dari   aktifitas mereka di muka bumi. Ini   adalah   kali   pertama   ketika   kita   mendapati   suatu   mukjizat   yang   tempat   utamanya   di   langit; suatu   mukjizat   yang   terwujud   bersama   seorang   Nabi   yang   diangkat   ke   langit   dengan   jasadnya dan ruhaninya saat beliau masih hidup. Di sana Allah SWT memperlihatkan kepadanya tanda- tanda   kekuasaan-Nya.   Kemudian   beliau   kembali   ke   bumi   di   mana   beliau   akan   mendapatkan berbagai macam tantangan dan cobaan yang biasa diterima oleh penduduk bumi. Muhammad bin Abdillah adalah manusia yang pertama melewati planet bumi dan beliau menembus bulan dan matahari   dan   bintang-bintang.   Kita   menyaksikan   di   zaman   kita manusia   pertama   atau   astronot pertama   yang   mampu   menembus   ruang   angkasa.   Ruang   angkasa   itu   baru   dapat   ditembus   oleh manusia   setelah   empat   belas   abad   dari   turunnya   risalah   Muhammad   saw,   namun   sejak   empat belas    abad   yang    lalu  Nabi   Islam    telah  dapat    menembus      ruang    angkasa    itu,  bahkan    beliau mencapai Sidratul Muntaha dan puncak al-Muntaha. Beliau sampai pada batas yang di situlah alam makhluk diakhiri dan beliau menembus alam gaib. Bukankah   surga   bagian   dari   alam   gaib?   Beliau   sampai   di   surga.   Allah   SWT   menamakannya dengan   Jannatul   Ma'wah.   Beliau   sampai   pada   batas   terputusnya   ilmu   manusia   dan   tiada   yang mengetahui hakikat ilmu tersebut kecuali Allah SWT. Mukjizat Isra' bukanlah mukjizat Mi'raj, meskipun kedua-duanya terjadi di satu malam. Peristiwa Isra' dan Mi'raj dikutip oleh dua surah yang berbeda dalam Al-Qur'an al-Karim. Allah SWT berfirman tentang mukjizat Isra': "Maha   Suci   Allah,   yang   telah   memperjalankan   hamba-Nya   pada   suatu   malam   dari   Masjidil Haram      ke   Masjidil    Aqsha    yang    telah   Kami    berkahi    sekelilingnya     agar   Kami     perlihatkan kepadanya       sebagian     dari  tanda-tanda     (kebesaran)     Kami.     Sesungguhnya        Dia   adalah    Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. al-Isra': 1) Sedangkan       berkaitan     dengan    mukjizat     Mi'raj,   Allah   SWT      berfirman:    "Dan     sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya   yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil   Muntaha.   Di   dekatnya   ada   surga   tempat   tinggal.   (Muhammad   melihat   Jibril)   ketika Sidratil   Muntaha   diliputi   oleh   sesuatu   yang   meliputinya.   Penglihatannya   (Muhammad)   tidak

berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauiya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." (QS. an-Najm: 13-18) Pada malam Isra' dan Mi'raj, Nabi Muhammad berkeliling di sekitar Ka'bah dan berdoa kepada Allah   SWT.   Beliau   dalam   keadaan   pucat   wajahnya   dan   kedua   air   matanya   mengucur;   beliau tidak bertawaf bersama seseorang pun; beliau tawaf sendirian lalu orang-orang kafir dan orang- orang musyrik memandang beliau dengan pandangan kebencian saat beliau bertawaf dan berdoa. Allah   SWT   melihat   hamba-Nya   yang   khusuk   itu   lalu   Allah   SWT   menurunkan   perintah-Nya kepada     Ruhul    Amin     yaitu  malaikat    Jibril  agar   menemani      hamba-Nya       dari  Masjidil    Haram menuju   Masjidil   Aqsha   Kemudian   membawanya   naik   ke   langit   agar   dia   dapat   melihat   tanda- tanda kebesaran Tuhannya. Di   suatu   rumah   yang   mulia   dan   sederhana   dari   rumah-rumah   yang   ada   di   Mekah,   Nabi   saw sedang   tidur   dan   datanglah   waktu   pertengahan   malam.   Jibril   turun   dan   memasuki   rumah   sang Rasul saw. Jibril as berdiri di sisi kepala sang Nabi dan ia melihat kepadanya dengan pandangan cinta. Pandangan Jibril itu membangunkan Rasul saw kemudian beliau membuka kedua matanya dan bangkit dari tempat tidurnya. Jibril berkata kepada Nabi saw, salam kepadamu wahai Nabi yang mulia. Allah SWT ingin agar engkau melihat sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya di alam. Kemudian Jibril berjalan bersama Nabi     saw.   Mereka     keluar   dari  rumah    dan   beliau   menyaksikan       Buraq    yaitu   makhluk     yang menyerupai   burung   dan   mempunyai   sayap   seperti   burung   garuda;   makhluk   yang   terbuat   dari kilat.   Karena   itu,   ia   dinamakan   dengan   Buraq.   Kilat   adalah   listrik   dan   listrik   adalah   cahaya. Cahaya adalah makhluk yang tercepat yang kita kenal di bumi. Kilauan cahaya pada satu detik saja mencapai 186 ribu mil. Kita tidak akan terlibat terlalu jauh tentang kendaraan luar angkasa yang digunakan dalam perjalanan itu; kita tidak akan bertanya bagaimana Nabi saw menembus alam ruang angkasa tanpa ada latihan sebelumnya dan berapa lama waktu yang beliau gunakan untuk pulang pergi; kami juga tidak akan bertanya tentang kecepatan Buraq; kami   tidak heran dengan usaha penembusan luar angkasa ini; kita tidak akan bertanya tentang semua itu karena kita mempunyai satu jawaban dari semuanya: Allah SWT berkehendak agar hal itu terjadi dan untuk itu Allah SWT mengatakan kun jadilah, maka jadilah. Para   ulama   beselisih   pendapat   tentang   apakah   Isra'   dan   Mi'raj   terjadi   dengan   ruh   saja   atau dengan ruhani dan jasad sekaligus. Ahli hakikat mengatakan bahwa itu terjadi dengan ruh dan jasad.   Tentu   perselisihan   itu   berakibat   pada   perselisihan   akal   dan   terjerumus   dalam   perangkap kaifa (bagaimana) dan bertanya tentang kekuasaan Allah SWT dan usaha untuk menundukkan masalah   ini   terhadap   sebab-sebab  yang   biasa   atau   hukum-hukum   kita   yang   alami   atau   logika kemanusiaan.   

   Allah   Maha     Suci   dan   Maha    Tinggi    dari  semua    itu.  Apakah     seseorang    akan bertanya, bagaimana Rasulullah saw naik berserta ruh dan fisiknya ke puncak segala puncak di langit kemudian beliau   kembali sebelum tempat tidurnya dingin? Mukjizat apa   yang terjadi di sini   yang    melebihi    mukjizat    berubahnya     air  mani    menjadi    manusia     dan   berubahnya     benih menjadi     pohon     atau   mukjizat    air  yang   menghidupkan        tanah,   atau   ia  mampu     memuaskan kehausan si dahaga atau mukjizat cinta yang mengikat dua hati yang belum pernah mengenal? Sementara       itu,  Buraq     menundukkan        badannya      kepada     Nabi    saw    kemudian      Nabi    saw menungganginya         bersama   Jibril  dan  Buraq    pergi   bagaikan    anak   panah    dari  cahaya    di  atas gunung Mekah dan pasir-pasir menuju ke utara. Jibril mengisyaratkan agar menuju arah gunung Saina' lalu Buraq itu berhenti. Jibril berkata di tempat yang diberkati ini, Allah SWT berdialog dengan Musa as. Kemudian Buraq kembali pergi ke Baitul Maqdis, Nabi saw turun dari pesawat ini yang berjalan lebih cepat dari cahaya dan jutaan kali lebih cepat darinya dan ia tidak berubah dari cahaya. Nabi berjalan bersama Jibril dan memasuki Baitul Maqdis. Beliau memasuki masjid dan beliau mendapati semua nabi sedang menunggunya di sana. Allah SWT membangkitkan gambar para nabi-Nya dari kematian dan mengumpulkan mereka di Mesjid Aqsha. Para malaikat memberinya suatu   bejana   yang   di   dalamnya   terdapat   susu   dan   bejana   yang   lain   yang   di   dalamnya   terdapat khamer.  

Lalu   beliau   memilih   susu   dan   meminumnya.   Dikatakan   pada   beliau,   sesungguhnya engkau telah memilih fltrah dan umatmu akan memilih fitrah. Para nabi mengitari Rasul saw dan datanglah waktu salat. Para nabi bertanya di antara sesama mereka, siapa di antara mereka yang menjadi   imam   salat,   apakah   itu   Adam,   Nuh,   Ibrahim,   Musa   atau   Isa?   Jibril   berkata   kepada Muhammad saw, sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu untuk salat bersama para nabi. Rasulullah saw berdiri dan salat bersama para nabi. Mereka semua adalah orang-orang Muslim dan beliau adalah orang-orang Muslim yang pertama. Secara logis bahwa beliau layak menjadi imam   dari   para   nabi   sebagaimana   kitabnya   dijadikan   kitab   yang   terbaik   daripada   kitab-kitab yang mendahuluinya. Beliau membacakan   Al-Qur'an kepada mereka dan   beliau menangis saat membacanya.   Kekhusukan   beliau   saat   membacanya   membuat   para   nabi   pun   menangis.   Dan ketika   para   nabi   sujud   di   belakang   imam   mereka,   pohon-pohon   dan   bintang-bintang   pun   turut bersujud. Selesailah   waktu   salat   dan   para   nabi   membubarkan   diri.   Setiap   nabi   kembali   ke   langit   yang mereka      tinggal   di  dalamnya.     Nabi   keluar   dari   masjid   bersama     Jibril  dan   mereka    kembali menunggang Buraq seperti panah dari cahaya. Buraq semakin meninggi dan ia melewati langit pertama     lalu   beliau   menyaksikan      Nabi    Adam.     Kemudian      ada   panggilan     dari  Allah    SWT: "Hendaklah        hamba-Ku      semakin      meninggi     dan    menjauh."     Kemudian       hamba     Allah    SWT Muhammad   bin   Abdillah   semakin   terbang   menjauh   ia   melampaui   langit   demi   langit.   Beliau melampaui tempat materi dan mulai menjangkau tempat ruhani dan melewatinya. Beliau bersiap berdiri di haribaan   Ilahi; beliau semakin tinggi dan jauh di tingkat dan dipuncak ruhani dalam kecepatan yang tidak kurang dari kecepatan kilat. Beliau   melampaui   kedudukan   Nabi   Adam   di   langit   pertama   dan   melampaui   kedudukan   Nabi Yahya   dan   Nabi   Isa   di   langit   kedua.   Lalu   Tuhan   pemilik   kemuliaan   memanggil,   "hendaklah hamba-Ku lebih tinggi lagi." Kemudian hamba Allah SWT dan Nabi-Nya yang mulia mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi. Beliau melampaui langit yang ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh. Beliau melampaui alam materi semuanya dan melampaui   alam ruhani. Akhirnya, beliau    sampai    ke   Sidratul   Muntaha.     Beliau    sampai    di  tempat    yang   suci   yang   Allah   SWT menamakannya   dengan   sebutan   Sidratul   Muntaha   dan   di   sana   Nabi   melihat   dan   menyaksikan Jannatul Ma'wa. Beliau menyaksikan yang kita tidak mampu mengetahuinya dan memahaminya bahkan membayangkannya: "(Muhammad   melihat   Jibril)   ketika   Sidratil   Muntaha   diliputi   oleh   sesuatu   yang   meliputinya. Penglihatannya        (Muhammad)         tidak   berpaling    dari   yang    dilihatnya    itu   dan   tidnk    (pula) melampauinya." (QS. an-Najm: 16-17) Sungguh terjadilah pada tempat itu apa yang terjadi dengannya. Dengan kebesaran yang misteri ini,   Allah   SWT   memberitahu   kita   bahwa   terjadilah   hal   penting   di   sana   meskipun   hakikat   hal tersebut    tersembunyi      dari   kita.  Sesuatu    yang    Allah   SWT     sembunyikan       dari   kita  tersebut disaksikan   oleh   Rasul   saw.   Itu   adalah   mukjizat   yang   khusus   baginya;   itu   adalah   tingkat   cinta yang     tidak   tersingkap     tabirnya   karena     ketinggiannya      yang    tidak   mampu      ditangkap     oleh pengetahuan manusia biasa. Kemudian Tuhan pemilik surga dan neraka memanggil, "hendaklah hamba-Ku lebih tinggi lagi." Hamba   Allah   SWT   Muhammad   bin   Abdillah   menaik   ke   tempat   yang   tinggi.   Kali   ini   beliau melihat   Jibril   yang   berada   di   belakangnya   lalu   beliau   mendapatinya   dalam   keadaan   bertasbih kepada Allah SWT. Jibril tidak berada dalam wujud manusia seperti yang Nabi saksikan ketika berada   di   dunia.

   Jibril  as   kembali   ke   dalam   wujud   malaikatnya.   Nabi   melihat   Jibril   dan   ia merupakan        tanda   kebesaran Allah    SWT      yang    Allah    SWT     janjikan    untuk    diperlihatkan kepadanya:    Penglihatannya        (Muhammad)        tidak   berpaling     dari   yang    dilihatnya    itu  dan    tidak   (pula) melampauinya." (QS. an-Najm: 17) Pemandangan itu terjadi dengan hati dan mata serta panca indera yang dikenal dan yang tidak dikenal. Pemandangan itu benar-benar jelas. Di sana bukan mimpi, bukan khayalan, dan bukan gambaran. Rasul saw melihat semua itu dengan jasadnya dan ruhaninya: "Penglihatannya        (Muhammad)        tidak   berpaling     dari  yang    dilihatnya    itu  dan    tidak   (pula) melampauinya." (QS. an-Najm: 17) Kemudian Rasulullah saw menuju ke tempat yang tinggi dan lebih   tinggi   lagi.   Beliau   semakin   naik   ke   tingkat   yang   makin   tinggi   sampai   beliau   berdiri   di hadapan   Tuhan   Pencipta   langit   dan   bumi   dan   Penebar   kasih   sayang   di   dunia   dan   di   akhirat. Orang   Muslim       yang   paling   sempurna   itu   bersujud   di   hadapan   Tuhan   Sang   Pencipta   sambil berkata: "Sungguh penghormatan dan keberkatan serta shalawat yang baik tertuju hanya kepada Allah SWT." Allah SWT membalasnya: "Salam kepadamu wahai Nabi dan rahmat Allah SWT serta   berkat-Nya   juga   tercurah   kepadamu."   Para   malaikat   pun   ketika   mendengar   ucapan   itu bertasbih   dan   mengatakan:   "Salam   kepada   kita   dan   kepada   hamba-hamba   Allah   SWT   yang saleh." Ungkapan-ungkapan           tersebut   merupakan     permulaan      tahiyat  (penghormatan)       yang   diucapkan orang-orang Muslim saat mereka melaksanakan salat pada setiap hari. Salat telah diwajibkan atas kaum Muslim pada kesempatan yang besar ini. Hal populer di kalangan umumnya kaum Muslim adalah, bahwa Allah SWT mewajibkan atas Nabi mula-mula lima puluh salat sehari. Kemudian Nabi    turun   dari   langit  lalu  beliau   menemui      Nabi    Musa.    Selanjutnya     Nabi   Musa    bertanya kepadanya       tentang    jumlah     salat   yang    diwajibkan      Allah    SWT      kepada     umatnya.     Nabi menceritakan   bahwa   Allah   SWT   telah   menentukan   lima   puluh   kali   salat.   Nabi   Musa   berkata sungguh umatmu tidak akan kuat untuk melakukan salat itu, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan    mohonlah      kepadanya     agar   Dia   meringankan      bagi   umatmu.     Lalu   Nabi   kembali    kepada Tuhan-Nya       sehingga    Allah    SWT     meringankan      salat  hingga    sepuluh   kali.  Setelah    itu,  Nabi kembali bertemu dengan Nabi Musa. Lagi-lagi Nabi Musa memperingatkannya. Kemudian Nabi kembali lagi kepada Allah SWT sehingga sampai diturunkan salat dari lima puluh kali menjadi lima kali sehari. Namun salat yang lima kali itu pahalanya sama dengan salat yang lima puluh kali.

Menurut pendapat kami,   kisah   tersebut   tidak   memiliki   sandaran   dalam   kitab-kitab   ulama   yang benar-benar teliti. Kami kira, kisah itu tersebut merupakan rekayasa orang-orang Yahudi di mana mereka masuk Islam dan mereka memenuhi kitab-kitab dengan dongeng-dongeng khurafat dan mereka      menisbatkannya       kepada    Rasul.   Prasangka     tersebut    didukung     oleh  pemilihan     Musa sebagai     seorang    Nabi   yang   mengusulkan       kepada    Rasul   saw    agar  meminta     keringanan     atas umatnya sehingga terkesan Nabi Musa menjadi seseorang yang lebih mengetahui sesuatu yang tidak   diketahui   oleh   Nabi   Muhammad.   Kami   sendiri   cenderung   untuk   menolak   kisah   tersebut dengan keyakinan bahwa pertemuan Nabi dengan Allah SWT menimbulkan rasa kebesaran dan kewibawaan yang luar biasa sehingga ketika Nabi telah pergi, maka sangat berat baginya untuk kembali lagi. Nabi menyaksikan dan melihat hal-hal yang tidak mampu diungkap oleh lisan dan tidak mampu ditulis   dengan   pena.   Beliau   berada   di   suatu   keadaan   yang   tidak   dapat   dipahami   oleh   manusia biasa. Al-Qur'an al-Karim sengaja tidak mcnyebutkan apa saja yang dilihat oleh Nabi karena itu merupakan   rahasia   antara   Nabi   dan   Tuhannya   dan   mukjizat   yang   khusus   yang   diperuntukkan baginya sebagai bentuk penghormatan kcpadanya. Jadi Al-Qur'an sengaja tidak menyebutkan itu semua untuk menegaskan bahwa beliau melihat tanda dari tanda-tanda kebesaran Tuhannya. Kami   tidak   mengetahui   apa   yang   dilihat   oleh   Nabi.   Hal   yang   dapat   kami   bayangkan   adalah, bahwa Nabi bersujud dengan khusuk di hadapan Tuhannya dan beliau menangis karena gembira. Kesedihan       hatinya    telah    hilang   selamanya.      Setelah    Nabi     melihat    rahasia    dan    setelah penghormatan   yang besar ini, beliau kembali menemani Buraq dan pergi bersama Jibril untuk kembali   ke   bumi.  

   Beliau kembali   dan   mendapati   tempat   tidurnya   masih   dingin.   Bagaimana beliau   pergi   dan   kembali   sementara tempat   tidurnya   belum   dingin?   Berapa   lama   waktu   yang diperlukannya saat melakukan perjalanan tersebut? Hanya Allah SWT semata yang mengetahui. Yang   kita   ketahui   adalah,   bahwa  Rasulullah   saw   kembali   ke   tempat   tidurnya   setelah   Isra'  dan Mi'raj dan hatinya dipenuhi dengan kegembiraan serta dadanya dipenuhi dengan ketenangan dan kepuasan serta kefanaan dalam cinta kepada Allah SWT.

0 comments:

Posting Komentar