Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Kamis, 21 Agustus 2025

Kisah Dakwah Nabi Muhammad SAW di kota Tha'if

 Kisah Dakwah Nabi Muhammad SAW di kota Tha'if

Rasa   ketakutan   mulai   menghantui   para  pemuka   Quraisy  dan   mereka   menetapkan   metode   baru untuk menghadapi kaum Muslim. Mereka   yang sebelumnya menggunakan metode penghinaan dan   pengejekan   kini   mulai   mencoba   untuk   memblokade   kaum   Muslim   secara   ekonomi   dan kemanusiaan. Kaum musyrik mengadakan perkumpulan dan pertemuan untuk memboikot kaum Muslim.     Mereka     mengadakan      pertemuan    itu  di  Ka'bah,   sebagai   penghormatan      kepadanya. 

Kisah Dakwah Nabi Muhammad SAW di kota Tha'if

Orang-orang   musyrik   menghormati   Ka'bah   meskipun   mereka   memenuhinya   dengan   berbagai macam   patung   yang   mereka   sembah   dalam   rangka   mendekatkan   mereka   kepada   Allah.   Pasal kesepakatan itu menetapkan, hendaklah penduduk Mekah tidak menjual barang apapun kepada kaum   Muslim   dan   hendaklah   mereka   tidak   menikah   dengan   kaum   Muslim.   Dengan   ketetapan yang kejam tersebut, mereka ingin menghancurkan kaum Muslim dan membunuh perekonomian mereka. Rasulullah saw dan orang-orang yang beriman kepadanya terpaksa berlindung di dusun Bani Hasyim. Mereka dilindungi oleh keturunan Bani Muthalib, baik mereka orang-orang kafir maupun orang-orang beriman kecuali musuh Allah SWT, Abu Jahal di rnana ia bersama orang- orang Quraisy menentang kaummnya. Kemudian Dimulailah blokade ekonomi terhadap kaum Muslim di mana tidak ada makanan dan minuman yang datang kepada mereka, sehingga penderitaan yang sulit kini dialami oleh sahabat- sahabat Nabi. Ketika kafllah perdagangan datang ke Mekah dan salah seorang dari sahabat Nabi menemui mereka di pasar untuk membeli makanan untuk keluarganya, maka Abu Lahab berdiri dan berkata kepada para penjual, wahai para pedagang, mahalkanlah dagangan kalian terhadap sahabat-sahabat   Muhammad,   sehingga   mereka   tidak   mampu   membelinya   dan   aku   menjamin kerugian   yang   kalian   alami,   bahkan   aku   akan   membeli   apa   saja   yang   ingin   mereka   beli   dari kalian.

Mendengar   hal   tersebut,   para   pedagang   pun   menjual   barang   dagangannya   dengan   harga   yang tidak   wajar,   sehingga   seorang   Muslim   kembali   ke   rumah   keluarganya   tanpa   membawa  sedikit pun    makanan.    Kemudian     padagang     itu  pergi  ke  Abu   Lahab   dan   memin-ta    kepadanya     agar membeli barang yang ingin dibeli orang Muslim. Demikianlah peperangan tersebut terus terjadi sehingga   kaum   Muslim   merasakan   penderitaan   yang   sangat   luar   biasa   di   mana   mereka   dalam keadaan kelaparan dan kekurangan pakaian yang layak. Peperangan ekonomi ini terjadi selama tiga tahun penuh. Saking menderitanya para sahabat sampai-sampai Sa'ad bin Abi Waqas pernah keluar pada suatu hari untuk memenuhi hajatnya, lalu ia mendengar suara gemerincing di bawah air kencing. Tiba-tiba ia menemukan sepotong kulit unta yang kering lalu ia mengambilnya dan membasuhnya.   Kemudian   ia   membakarnya   dan   mencucinya   dengan   air   sampai   bersih   lalu   ia menjadikannya makanan selama tiga hari. Selama tiga tahun tersebut wahyu tetap turun kepada Rasul saw dan seakan-akan ia melupakan bencana   yang   keras   ini.   Allah   SWT   ingin   mendidik   para   pengikut   agama-Nya   agar   mereka mampu memikul segala penderitaan. Meskipun kaum Muslim mendapatkan berbagai ujian selama tiga tahun tersebut, tetapi aktifitas dakwah Islam tidak pernah padam dan tidak pernah surut. Kaum Muslim bertemu orang-orang selain   mereka    pada   musim    haji  lalu  mereka   berbicara   kepada    orang-orang    tersebut   tentang keberadaan Allah SWT dan mereka meminta kepada para pengujung itu untuk mencari rahmat Allah SWT dan ampunan-Nya. Keteguhan kaum Muslim dan keberanian mereka telah memikat banyak     orang   sehingga   mereka    masuk    Islam.   Bahkan    orang-orang    musyrik    mulai   bertanya kepada   diri   mereka   dan   mempertanyakan   kebenaran   apa   tindakan   mereka.   Lalu   kecemburuan kepada kebenaran mulai menyerang hati. Kemudian      Selesailah   peperangan     ekonomi     terhadap   kaum    Muslim    di  mana    kaum    musyrik melihat itu tidak berdampak terlalu besar bagi kaum Muslim. Meskipun kaum Muslim menerima penderitaan dan kerugian namun jumlah mereka tetap bertambah dan keimanan mereka semakin kuat   serta  kepercaayaan     kepada   Allah   SWT   pun   semakin   meningkat.      Lalu   datanglah    tahun kesedihan   kepada   Nabi.   Belum   lama   Rasulullah   saw   merasakan   dan   menghirup   udara   segar setelah tiga tahun masa blokade dan beliau ingin memulai kehidupan barunya dan dakwahnya, sehingga beliau dikagetkan dengan kematian isteri tercintanya Ummul Mukminin Khadijah dan kematian pamannya yang tercita Abu Thalib.

Abu     Thalib   adalah   seorang    yang   besar   yang   memiliki    kewibawaan      di  tengah-tengah     kaum Quraisy,   sehingga   usaha   kaum   Quraisy   untuk   menyakiti   Nabi   menjadi   terbatas   ketika   mereka berhadapan      dengan    "tembok     perlindungan"      Abu   Thalib    kepada    kemenakannya.       Sedangkan Khadijah merupakan tempat perlindungan dan kedamaian bagi Nabi. Ia adalah hati yang sangat penyayang   yang   banyak   menghibur   Nabi   saat   beliau   berdakwah.   Khadiijah   adalah   sebaik-baik teman   dan   sebaik-baik   isteri.   Begitu   juga,   bagi   Khadijah   Rasulullah   saw   adalah   sebaik-baik teman, sebaik-baik suami, sebaik-baik pembantu, dan sebaik-baik sahabat. Rasulullah     saw   sangat    sedih  ketika   kehilangan     dua   orang   yang   sangat   berpengaruh      dalam kehidupannya   itu,   bahkan   para   sejarawan   menamakan   tahun   tersebut   dengan   tahun   kesedihan. Sebaliknya,   orangorang   musyrik   justru   bergembira   dengan   kesedihan   Rasul   saw   itu.   Mereka menganggap bahwa Rasul saw tidak lagi memiliki seorang tua yang mampu melindunginya dan tidak lagi memiliki seorang isteri yang dapat meringankan beban penderitaannya. Setelah kematian dua orang tcrscbut, penindasan dan penganiayaan kaum Quraisy kepada Nabi semakin   meningkat   dan   orang-orang   musyrik   memilih   waktu   yang   tepat   untuk   menyembelih binatang     di  Mekah     lalu   mereka    membawa       usus-usus     atau  jeroan    dari  unta   dan   mereka melemparkannya dan meletakkannya di atas punggung Nabi saat beliau sujud. Kemudian berita memilukan   itu sampai   kepada   putri   tercintanya,   Fatimah   az-Zahrah,   sehingga   ia   segera  datang dan   berusaha   membela   ayahnya   dan   membersihkan   kotoran   yang   ada   di   pundak   ayahnya   itu. Demikianlah kemuliaan Siti Fatimah az-Zahra yang senantiasa melindungi ayahnya. Betapa   sedihnya   Nabi   saw   ketika   beliau   melihat   bahwa   keadaan   beliau   sampai   pada   batas   di mana     anak   perempuan      beliau   pun   turut  membelanya.      Namun      beliau   tetap  bersabar    dalam berdakwah di jalan Allah SWT. Pada suatu hari beliau berpikir untuk pergi ke Tha'if di mana di sana    dihuni   oleh   kaum    Tha'if.   Barangkali    beliau   berkata    dalam    dirinya:   jika  di  sini  aku mendapati   hati-hati   yang   telah   membeku   dan   telah   berhubungan   mesra   dengan   kebatilan   ialu mengapa aku tidak pergi ke Tsaqif. Barangkali Allah SWT akan membukakan pintu dakwah di sana. Mungkin di sana masih terdapat hati yang akan terbuka guna menerima kebenaran. Saat    itu  kaum    musyrik     memberlakukan       blokade    umum      atas  dakwah     yang   dipimpin     oleh Rasulullah saw sehingga tekanan kepada beliau semakin meningkat sampai pada batas di mana pergerakan      dakwah     tidak  dapat   bergerak    satu   langkah    pun.   Keadaan     demikian    ini  sangat menggelisahkan Nabi. Beliau ingin untuk melepaskan belenggu yang mengikatnya. Lalu beliau memutuskan   untuk   pergi   ke   Tha'if.   Jarak   antara   Mekah   dan   Tha'if   lebih   dari   tujuh   puluh   kilo meter.

 Nabi menempuh perjalanan itu dengan jalan kaki, pergi dan pulang. Kita tidak mengetahui pemikiran-pemikiran apa yang terlintas dalam benak Rasulullah saw saat beliau pergi dan menemui kabilah yang kafir kepada Allah SWT ini. Yang kita ketahui adalah bahwa  beliau   pergi   ke   sana   dengan   membawa   rahmat   dunia   dan   akhirat.   Tetapi   mereka   justru membalas   sikap   baik   Rasulullah   saw   itu   dengan   tindakan   jahiliyah.   Mereka   bersikap   buruk kepada beliau dan mendustakannya. Rasulullah saw tinggal di sana selama sepuluh hari. Beliau mondar-mandir dari satu rumah ke rumah yang lain dan dari pasar ke pasar yang lain dan dari satu jalan ke jalan yang lain. Tak seorang pun yang mendengar kedatangan beliau di sana; tak seorang pun yang mau mendengar dakwah beliau dan tak seorang pun yang mau beriman kepada ajakannya.   Bahkan   masyarakat   di   situ   semakin   menjadijadi   dalam   menyerang   Rasulullah   saw dan mengejeknya. Pada hari yang terakhir yang mana beliau telah menetapkan untuk kembali ke Mekah. Rasulullah saw     berdiri   di   Tha'if    dan   mengharap       kepada     masyarakat      di  sana    agar    merahasiakan kunjungannya kepada mereka sehingga pencelaan yang beliau terima di Mekah terhadap agama yang dibawanya tidak semakin menjadi-jadi. Tetapi penduduk Tha'if menolak permohonan yang terakhir ini. Mereka tidak cukup melakukan hal itu tetapi mereka melakukan perbuatan terburuk yang dilakukan manusia terhadap sesama manusia. Mereka menahan keluarga orang-orang yang bodoh dan orang-orang biasa untuk membentuk dua barisan dan memerintahkan mereka untuk melempari   Rasulullah   saw   dengan   batu   dan   mengejeknya.   Nabi   keluar   dari   Tha'if   dan   beliau mendapatkan lemparan bertubi-tubi dari keluarga Tha'if bahkan beliau merasakan kepedihan saat kakinya terkena lemparan batu itu sehingga darah suci mengucur dari kaki beliau. Kemudian Rasulullah saw diusir sehingga beliau sampai di suatu kebun yang dimiliki oleh dua orang dari orang-orang kaya Tha'if. Di sana beliau duduk di bawah naungan pohon anggur. Dua orang   pemilik   kebun   itu   merasa   kasihan   melihat   keadaan   orang   yang   terusir   dan   terluka   itu. Mereka   membawa   kepadanya   setangkai   anggur   dengan   seorang   pembantu.   Pembantu   mereka adalah seorang Nasrani yang bernama Adas. Si pembantu meletakkan setangkai anggur itu depan Rasul       saw      lalu     beliau      mengulurkan         tangannya        kepadanya        sambil      berkata: "Bismillahirahmanirrahim   (Dengan   nama   Allah   yang   Maha   Pengasih   lagi   Maha   Penyayang). Adas   berkata   kepada   Nabi,   perkataan   ini   tidak   begitu   dikenal   oleh   penduduk   negeri   ini.   Nabi berkata:     "Anda    dari   daerah    mana?"     Adas    menjawab:      "Aku    adalah    seorang    Nasrani    dari Nainawa." Nabi berkata: "Apakah engkau dari desa lelaki saleh Yunus bin Mata?" "Bagaimana engkau tahu tentang Yunus?, sambung lelaki itu. Nabi berkata: "Itu adalah saudaraku. Ia adalah seorang Nabi aku pun seorang Nabi."

Mendengar jawaban Rasul saw, Adas segera merobohkan tubuhnya di depan kedua kaki Rasul saw    lalu  ia  menciuminya      sambil    menangis.    Akhirnya,     pembantu     Nasrani    itu  masuk   Islam sehingga   ia   menambah   barisan   kaum   Muslim.   Ia   adalah   seorang   yang   menjadi   Muslim   ketika Rasulullah saw berhijrah ke Tha'if.

Inilah harga yang harus dibayar Rasulullah saw selani dua minggu saat beliau berada di Tha'if, dan kemudian beliau terkena cobaan dengan mengucurnya darah dari kaki beliau akibat lemparan batu penghuni Tha'if. Kemudian       Rasulullah    saw   kcmbali    ke   Mekah    beliau   kembali    dalam    keadaan    ditolak   oleh pcnduduk Tha'if dan kini beliau kembali menerima penolakan itu di Mekah. Meskipun demikian, beliau merasakan kesedihan   yang mendalam melihat sikap kaumnya. Namun ketika kebencian semakin   deras   mengalir   kepada   beliau,   hati   beliau   justru   semakin   bersemangat   dan   semakin dipenuhi   dengan   rahmat   kemudian   datanglah   kepada   Nabi   masa   di   mana   tampak   di   dalamnya Islam asing, dan tampak di dalamnya Nabi seorang diri, tanpa penolong.

0 comments:

Posting Komentar