Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Senin, 18 Agustus 2025

Masa Awal tersebarnya Islam dan perjuangan Menyebarkan agama Islam

 Masa Awal tersebarnya Islam dan perjuangan Menyebarkan agama Islam

Pada   awal-awal   masa  tersebarnya   Islam,   kaum   Muslim   menyadari   bahwa  mereka   menghadapi peperangan yang tidak akan berhenti. Selama kehidupan ada, maka pertentangan pun tetap ada.

masa awal dakwah nabi muhammad

 Oleh karena itu, ketika mereka mendapatkan penganiayaan dan siksaan, maka keimanan mereka justru   semakin   meningkat,   dan   setiap   penganiayaan   yang   dilakukan   oleh   kaum   Quraisy,   maka mereka     tetap   bertahan   untuk   mempertahankan        kebenaran.    Sebagai    contoh,   Amar    bin   Yasir mengalami penderitaan dan penganiayaan. Ia adalah salah seorang budak yang menjadi korban dari   sistem   ekonomi     yang   berlaku   saat   itu,  yaitu   ekonomi  yang   berdasarkan   kepada   sistem perbudakan.   Seorang   yang   beriman   tersebut   disiksa   di   Mekah   di   mana   ia   tidak   memperoleh kebebasannya yang hakiki kecuali setelah ia memeluk Islam. Mereka mengeluarkannya ke gurun dan    menyiksanya      beserta   ibunya.   Bahkan     siksaan   semakin    meningkat     atas   ibunya   agar   ia kembali     menjadi    musyrik.    Ketika   ia  tetap  mempertahankan       keimanannya      dan   dengan    tegas menolak ajakan untuk menentang Islam, maka Abu Jahal menikamnya dengan belati yang ada di dua   tangannya.   Ia   pun   meninggal.   Dan   Islam   mengorbankan   syahidnya   yang   pertama.   Wanita mulia itu bernama Sumayah, ibu dari Amar bin Yasir. Banyak   kalangan   orang-orang   bodoh   mengatakan   tentang   persetujuan   Islam   terhadap   sistem perbudakan,   atau   Islam   mendiamkan   sistem   perbudakan.   Mereka   lupa   bahwa   Islam   dibangun berdasarkan suatu prinsip yang ingin membebaskan perbudakan dengan segala bentuknya; Islam ingin   mengeluarkan   manusia   dari   kepemilikan   sesama   manusia   menuju   kepemilikan   kepada Allah SWT. Jika Islam tidak turun dengan nas-nas yang terperinci yang mengharamkan sistem perbudakan, maka   dasar-dasarnya   secara   umum   dan   prinsip-prinsip   utamanya   menghentikan—baik   dalam tindakan     maupun     ucapan—sumber-sumber           sistem    ini.  Allah  SWT     sebagai    pemilik   syariat mengetahui bahwa sistem perbudakan adalah sistem ekonomi yang sementara yang akan berubah dengan   perubahan   waktu,   dan   karena   Islam   tidak   turun   pada   waktu   yang   terdapat   perbudakan saja,   tetapi   ia   turun   secara   umum   dan   menyeluruh   untuk   setiap   zaman,   maka   Islam   sengaja melewati   bentuk-bentuk   yang   temporal   ini   dari   bentuk-bentuk   eksploitasi   menuju   unsur   yang pertama   atau   dasar   pertama   yang   menimbulkan   bentuk-bentuk   eksploitasi   tersebut,   sehingga Islam    mengharamkannya.         Dengan     cara  demikian,     Islam   mengharamkan       sistem   perbudakan secara   bertahap,   seperti   proses   pengharaman   khamer.   Jadi,   keseriusan   Islam   sangat   menonjol dalam usaha menghapus dan mengharamkan perbudakan. Jika dikatakan kepada kita bahwa Islam membolehkan para tentaranya untuk memperbudak para tawanan perang, maka kita akan mengatakan bahwa Islam menerapkan sistem ini sebagai bentuk pembalasan      terhadap    perlakuan    yang   sama    di  mana    musuh-musuh       Islam   menjadikan     kaum Muslim sebagai budak-budak mereka ketika mereka menawannya. Oleh karena itu, secara alami orang-orang Islam pun menawan mereka sebagai budak-budak. Jika Islam tidak melakukan yang demikian, maka boleh jadi   Islam akan dimain-mainkan dan ada kesempatan besar bagi orang- orang musyrik untuk memperdaya Islam. Demikianlah bahwa dakwah Islam mengalami berbagai macam hambatan dan penindasan.

Dan ketika orang-orang yang tersiksa mengadu kepada Rasulullah saw atas penindasan yang mereka terima, maka Rasulullah saw memberitahu mereka dengan pembicaraan yang jelas bahwa para dai di jalan Allah SWT harus mengorbankan kesenangan mereka, kedamaian mereka, dan darah mereka sebagai harga yang pantas untuk tersebarnya dakwah Islam. Kebebasan bukan diperoleh dengan   cuma-cuma.   Sejarah   kehidupan   menceritakan   kepada   kita   bahwa   ia   dipenuhi   dengan gumpalan   darah   yang   harus   dibayar   oleh   masyarakat   untuk   memerangi   musuh-musuhnya   dari luar   dan   dari   dalam.   Jika   ini   dialami   setiap   orang   yang   menuntut   kebebasan   pada   zaman   dan tempat tertentu, maka bagaimana dengan orang-orang yang menuntut kebebasan manusia secara keseluruhan. Seorang Muslim hendaklah sadar bahwa dengan mengumumkan dakwahnya, maka ia pasti akan menerima   pengusiran,   penindasan,   penjara,   pengepungan   dan   pembunuhan.   Ini   adalah   harga yang pantas yang harus dibayar ketika berdakwah di jalan Allah SWT; inilah harga kebebasan. Bahkan   terkadang   kaum   yang   batil   pun   membayamya   dengan   senang   hati,   maka   bagaimana mungkin orang-orang yang bersama kebenaran ragu untuk melakukannya. Pada hakikatnya, manusia cinta kepada keabadian. Secara naluri manusia merasa takut pada azab dan kematian.   Dan barangkali   yang membedakan orang-orang   Islam   yang hakiki dengan   yang lainnya adalah bahwa mereka terbebas dari rasa ketakutan dan cinta keabadian. Ini adalah tolok ukur   yang   pasti   untuk   membedakan   antara   seorang   Muslim   yang   hakiki   dan   seorang   Muslim yang hanya namanya atau Muslim warisan atau hanya klaim semata. Seorang   Muslim   yang   hakiki   menyadari   bahwa   ajal   di   tangan   Allah   SWT,   rezeki   adajuga   di tangan-Nya, begitu juga keamanan semua ada di tangan-Nya. Dengan keimanan seperti ini, ia memulai   pergulatannya   untuk   menyebarkan   dakwah.   Ia   siap   untuk   menerima   penyiksaan   dan penderitaan   di   jalan   Allah   SWT;   ia   pun   siap   meneteskan   darahnya   sebagai   harga   yang   pantas yang diberikannya dalam rangka memperoleh kebebasan. Ini semua dilakukanya dengan begitu sederhana dan tidak ada rasa takut karena Islam membebaskannya dari rasa ketakutan. Dahulu para    pembangkang        menggergaji     orang-orang      yang   menyeru      di  jalan  Allah    SWT     dengan menggergaji saat mereka dalam keadaan hidup-hidup.

 Khabab      bin   Irit  pergi  menemui      Rasulullah     saw   dan   meminta     tolong    kepada    beliau   dari penyiksaan      orang-orang     Quraisy,    sambil   berkata:   "Tidakkah     engkau    menolong     kami,    wahai Rasulullah? Tidakkah engkau berdoa kepada kami, ya Rasulullah?" Rasulullah saw menjawab: "Sungguh sebelum kalian terdapat orang-orang yang berdakwah di jalan Allah SWT lalu mereka dimasukkan   dalam   suatu   galian   tanah   lalu   mereka   digergaji       di  mana   tubuh    mereka   dipisah menjadi dua, namun mereka tetap mempertahankan agamanya. Demi Allah, sungguh Allah SWT akan menolong masalah ini tetapi kalian terlalu tergesa-gesa." Dengan      kalimat-kalimat      yang   penuh    kesabaran     dan   keberanian     ini,  Rasulullah    saw    ingin memahamkan kepada orang tersebut bahwa termasuk dari kesempurnaan iman adalah membayar harga    kebebasan.     Jelas  sekali  bahwa     Islam   tidak  memberikan       keuntungan     bagi   orang   yang memeluknya. Orang-orang Islam yang pertama tidak bertanya dan mengatakan: "Apa yang kita peroleh   dari   agama   ini?"   Sebaliknya,   mereka   bertanya:   "Apa   yang   kita   bayar   untuk   Islam?" Jawabannya       adalah:    "Segala    sesuatu   dimulai    dari   suapan-suapan      roti  sampai     darah   yang tertumpah."      Jadi,  kaum    Muslim     yang   pertama    telah   membayar      ongkos    kebebasan.     Mereka merasakan      kedamaian      yang   luar  biasa   untuk    mempertahankan        agama    Allah   SWT;     mereka mendapatkan       kepercayaan      yang   tinggi   tentang   kemenangan       kebenaran    yang    datang   kepada mereka;      mereka     justru   memberitahu        orang-orang      musyrik     bahwa     mereka     akan    dapat mengalahkan   raja-raja   Kisra   dan   Kaisar.   Dengan   dakwah   yang   mereka   lakukan,   mereka   akan menjadi pemimpin-pemimpin di muka bumi. Kaum musyrik justru memanfaatkan kepercayaan ini untuk mengejek mereka dan menertawakan mereka. Ketika   Aswad   Ibnu   Matlab   dan   orang-orang   yang   bersamanya   melihat   sahabat-sahabat   Nabi, maka   mereka   mengejek   dan   mengatakan:   "Telah           datang   kepada   kalian   pemimpin-pemimpin bumi   yang   esok   akan   mengalahkan   raja-raja   Kisra   dan   Kaisar,   kemudian   mereka   bersiul   dan bertepuk     tangan."   Namun      kaum    mukmin     tidak  peduli   dengan    ejekan    tersebut.  Demikianlah bahwa   ejekan   demi   ejekan   terus   menyertai   dakwah   kaum   Muslim.   Kemudian   kaum   Quraisy mengadakan pertemuan yang bersejarah untuk menyatukan pandangan dalam rangka menyerang Rasulullah saw. Kaum musyrik menuduhnya bahwa beliau adalah seorang ahli sihir, dan pada kali   yang   lain   mereka   menuduhnya   bahwa   beliau   adalah   dukun,   dan   pada   kali   yang   lain   lagi mereka      menuduhnya       bahwa     beliau   adalah    penyair,   bahkan     pada   kali   yang    lain  mereka menuduhnya   bahwa   beliau   adalah   seorang   yang   gila.   Kemudian   mereka   semua   sepakat   untuk menuduh bahwa beliau adalah seorang penyihir.

 

Walid bin Mughirah yang terkenal sebagai orang yang terpandang di kalangan mereka menuduh Rasulullah   saw   sebagai   penyihir     yang   dapat   memisahkan   antara   sesama   saudara   dan   antara seseorang      dengan      isterinya.   Kemudian       mereka      membikin      kelompok-kelompok          yang mengingatkan para pendatang di Mekah bahwa Muhammad adalah seorang penyihir. Meskipun demikian,   dakwah   Islam   tetap   berlangsung.   Ia   tetap   tersebar   dengan   pelan   namun   pasti   dan kalimat-kalimat   yang   diutarakan   Nabi   justru   mengingatkan   perjanjian   yang   pernah   dilakukan oleh   manusia,   yaitu   perjanjian   saat   Allah   SWT   menyaksikannya   ketika   mereka   masih   di   alam atom di punggung Adam: "Bukankah aku Tuhan kalian? Mereka menjawab: 'Benar.'" (QS. al- A'raf:   172)   Bertambahlah   jumlah   kaum   Muslim   hingga   kaum   Quraisy   merasakan   ketakutan. Mereka mulai melihat bahwa penggunaan cara-cara kekerasan tidak selalu berhasil. Kemudian mereka      memilih     untuk    menggunakan        cara   baru,   yaitu   bagaimana      seandainya     mereka menggunakan perdamaian dan perundingan. Orang-orang Quraisy mengutus 'Utbah bin Rabi'ah, seorang lelaki yang terkenal dengan kecerdasan dan kebijaksanaan sebagai juru runding. 'Utbah   berkata   kepada   Rasul   saw:   "Wahai   anak   saudaraku,   kami   mengetahui   kedudukanmu   di sisi kami dari sisi nasab. Engkau datang kepada kaummu dengan suatu hal yang besar di mana engkau   memisahkan   kelompok-kelompok   mereka.   Maka   dengarkanlah   aku   karena   aku   ingin berbicara   tentang   beberapa   hal.   Barangkali   engkau   akan   menerima   sebagiannya."   Rasul   saw berkata:   "Silakan   berbicara   wahai   'Utbah."   'Utbah   berkata:   "Jika   engkau   menginginkan   harta niscaya   kami   akan   mengumpulkan   harta   bagimu,   sehingga   engkau   akan   menjadi   orang   yang paling    kaya   di  antara  kami,   dan   jika  engkau    menginginkan      kehormatan,     maka    kami   akan memberi   kehormatan   itu   bagimu   dan   jika   engkau   menginginkan   kekuasaan,   maka   kami   akan menyerahkan   kekuasaan   padamu   dan   jika   engkau   terkena   penyakit   yang   engkau   tidak   mampu menolaknya       dari   dirimu,    maka    kami    akan    mencarikan      tabib   bagimu     dan   kami    akan mengeluarkan harta kami sehingga engkau sembuh." Demikianlah       'Utbah   mengakhiri    pembicarannya.      Kemudian      ia  menunggu     reaksi   Nabi.   Lalu Rasulullah saw berkata: "Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Haa miim.     Diturunkan     dari  Tuhan    Yang    Maha     Pemurah     lagi  Maha    Penyanyang.      Kitab   yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan   yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya);, maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: 'Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan   antara   kami   dan   kamu   ada   dinding,   maka   bekerjalah   kamu;   Sesungguhnya   kami   bekerja (pula).'   Katakanlah:   'Bahwasannya   aku   hanyalah   seorang   manusia   seperti   kamu,   diwahyukan kepadaku   bahwasannya   Tuhan   kamu   adalah   Tuhan   Yang   Maha  Esa,   maka   tetaplah   pada   jalan yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang      yang   mempersekutukan-(Nya),   (yaitu)   orang-orangyang   tidak   menunaikan   zakat dan mereka kafir akan adanya (hehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.' Katakanlah: 'Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam.

 

 Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung   yang  kokoh di atasnya.   Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.(Penjelasan itu sebagai   jawaban)   bagi   orang-orang   yang   bertanya.   Kemudian   dia   menuju   kepada   penciptaan langit   dan   langit   itu   masih   merupakan   asap,   lalu   Dia   berkata   kepadanya   dan   kepada   bumi: 'Datanglah  kamu   keduanya   menurut   perintah-Ku   dengan   suka   hati   atau   terpaksa.'   Keduanya menjawab:   'Kami   datang  dengan   suka   hati.'   Maha   Dia   menjadikannya   tujuh   langit   dalam   dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.  Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan     bintang-bintang      yang   cemerlang     dan   Kami    memeliharanya       dengan    sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perhasa lagi Maha Mengetahui. Jika mereka berpaling, maka katakanlah:   'Aku   telah   memperingatkan   kamu   dengan   petir,   seperti   petir   yang   menimpa   kaum 'Ad dan kaum Tsamud." (QS. Fushilat: 1-13) Rasulullah   saw   telah   menjawab   tawaran        'Utbah   di   mana   beliau   memilih   untuk   menghadapi tawaran     dan    iming-iming      tersebut   dengan     membaca      sebagian    dari   surah   Fhusilat    yang merupakan salah satu surah Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril. 'Utbah bangkit dari tempatnya ketika Rasulullah saw sampai pada firman-Nya: "Jika mereka berpaling, maka katakanlah: 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir   yang   menimpa   kaum   "Ad   dan   kaum   Tsamud.   "   (QS.   Fushilat:   13)   'Utbah   berdiri   dalam keadaan     takut   dan   segera   menuju    kaum     Quraisy. 

0 comments:

Posting Komentar