Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Sabtu, 07 Juni 2025

Kisah selamatnya Nabi Yusuf AS dari dalam sumur

 Kisah selamatnya Nabi Yusuf AS dari dalam sumur

Nabi   Ya'qub   yang   sudah   memperolehi   firasat   tentang   apa   yang   akan   terjadi   keatas   diri   Yusuf putera     kesayangannya       dan   mengetahui      bagaimana      sikap abang-abangnya       terhadap     Yusuf adiknya, tidak dapat berbuat apa-apa selain berpasrah kepada takdir Illahi dan seraya menekan rasa sedih, cemas dan marah yang sedang bergelora di dalam dadanya, berkatalah beliau kepada putera-puteranya:"       Kamu      telah   memperturutkan       hawa     nafsumu     dan   mengikut      apa   yang dirancangkan oleh syaitan kepadamu. Kamu telah melakukan suatu perbuatan yang akan kamu akan rasa sendiri akibatnya kelak jika sudah terbuka tabir asapnya yang patut dimintai pertolong- Nya dalam segala hal dan peristiwa.

Kisah selamatnya Nabi Yusuf AS dari dalam sumur

 Isi cerita ini telah dapat dibacakan didalam Al-Quran pada surah "Yusuf" ayat 11 sehingga 18 sebagai berikut: " 11. Mereka berkata : "Wahai ayah kami! apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf ,padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya." 12. Biarkan   lah   ia   pergi   bersama   kami   besok,   agak   dia   {dapat}   bersenang-senang   dan   {dapat} bermain-main dan sesungguhnya kami pasti menjaganya." 13. Berkata Ya'qub:" Sesungguhnya kepergian   kamu   bersama   Yusuf   amat   menyedihkan   dan   aku   khuatir   kalau-kalau   dia   dimakan serigala sedang kamu lengah daripadanya." 14. Mereka berkata: " Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami adalah golongan {yang kuat} ,sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang rugi." 15. Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dalam     telaga  {lalu   mereka    masukkan     dia}   dan   {di  waktu    dia  sudah    dalam   telaga   }Kami wahyukan kepada {Yusuf}:" Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tidak ingat lagi. 16. Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di petang hari sambil menangis. 17. Mereka berkata: "Wahai ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala dan   kamu   sesekali   tidak   akan   percaya   kepada   kami,   sekalipun   kami   adalah   orang-orang   yang benar." 18. Mereka datang membawa baju kemejanya {yang berlumuran} dengan darah palsu. Ya'qub berkata:" Sebenarnya diri kamu sendirilah yang memandang baik perbuatan {yang buruk} itu   maka     kesabaran     yang    baik   itulah   {kesabaran}.     Dan    Allah    sajalah   yang    dimohon perlindungannya terhadap apa yang kamu ceritakan." Yusuf dijual sebagai budak Yusuf   sedang   berada   di   dalam   sumur   itu   seorang   diri,   diliputi   oleh   kegelapan   dan   kesunyian yang mencekam. Ia melihat ke atas dan ke bawah ke kanan dan ke kiri memikirkan bagaimana ia dapat    mengangkatkan       dirinya   dari   perigi  itu  ,  namun    ia  tidap melihat   sesuatu    yang   dpt menolongnya.     

 IA   hanya   dapat   melihat   bayangan     tubuhnya    dalam    air  yang   cetek  di  bawah kakinya. Sungguh suatu   ujian   yang   amat berat bagi seorang semuda Yusuf   yang masih belum banyak   pengalaman   nya   dalam   penghidupan,   bah   baru   pertama   kali   ia   berpisah   dari   ayahnya yang sangat menyayangi dan memanjakannya. Lebih-lebih terasa beratnya uijian itu ialah karena yang melemparkannya ke dasar telaga itu adalah abang-abangnya sendiri, putera-putera ayahnya. Yusuf di samping memikirkan nasibnya yang sedang dialami, serta bagaimana ia menyelamatkan dirinya dari bahaya kelaparan sekiranya ia lama tidak tertolong, ia selalu mengenangkan ayahnya ketika melihat abang-abangnya kembali pulang ke rumah tanpa dirinya bersama mereka. Tiga hari berselang, sejak Yusuf dilemparkan ke dalam perigi, dan belum nampak tanda-tanda yang   memberi   harapan   baginya   dapat   keluar   dari   kurungannya,   sedangkan   bahaya   kelaparan sudah   mulai   membayangi   dan   sudah   nyaris   berputus   asa   ketika   sekonyong-konyong   terdengar olehnya suara sayup-sayup, suara aneh yang belum pernah didengarnya sejak ia dilemparkan ke dalam   telaga   itu.   Makin   lama   makin   jelaslah   suara-suara   itu   yang   akhirnya   terdengar   seakan anjing menggonggong suara orang-orang bercakap dan tertawa terbahak-bahak dan suara jejak kaki manusia dan binatang sekitar telaga itu. Ternyata apa yang terdengar oleh Yusuf, ialah suara-suara yang timbul oleh sebuah kafilah yang sedang   berhenti   di   sekitar   perigi,   di   mana   ia   terkurung   untuk   beristirehat   sambil   mencari   air untuk diminum bagi mereka dan binatang-binatang mereka. alangkah genbiranya   Yusuf ketika keetika     ia  sedang    memasang       telinganya    dan   menengar      suara   ketua    kafilah memerintahkan orangnya melepaskan gayung mengambil air dari telaga itu. Sejurus kemudian dilihat oleh Yusuf Sebuah   gayung   turun   ke   bawah   dan   begitu   terjangkau   oleh   tangannya   dipeganglah   kuat-kuat gayung itu   yang kemudian ditarik ke atas oleh sang musafir seraya berteriak mengeluh karena beratnya gayung yang ditarik itu. Para   musafir   yang   berada   di   kafilah   itu   terperanjat   dan   takjub   ketika   melihat   bahawa       yang memberatkan   gayung   itu   bukannya   air,   tetapi   manusia   hidup   berparas   tampan,   bertubuh   tegak dan berkulit putih bersih. Mereka berunding apa yang akan diperbuat dengan hamba Allah yang telah    diketemukan      di  dalam    dasar   perigi   itu,  dilepaskannya      di  tempat    yang    sunyi   itu  atau dikembalikan kepada keluarganya. Akhirnya bersepakatlah mereka untuk dibawa ke Mesir dan dijual di sana sebagai hamba sahaya dengan harga, yang menurut tafsiran mereka akan mencapai harga yang tinggi, karena tubuhnya yang baik dan parasnya yang tampan. Setibanya   kafilah   itu   di   Mesir,   dibawalah   Yusuf  di   sebuah   pasar   khusus   ,   di   mana   manusia diperdagangkan dan diperjual-belikan sebagai barang dagangan atau sebagai binatang-binatang ternakan.   Yusuf   lalu   ditawarkan   di   depan   umum   dilelongkan.   Dan   karena   para   musafir   yang membawanya itu khuatir akan terbuka pertemuan Yusuf maka mereka enggan memepertahankan sampai mencapai harga yang tinggi, tetapi melepaskannya pada tawaran pertama dengan harga yang rendah dan tidak memadai. Padahal seorang seperti nabi Yusuf tidak dapat dinilai dengan wang   bahkan   dengan   emas   seisi   bumi   pun   tidak   seimbang   sebagai   manusia   yang   besar   dan makhluk Allah yang agung seperti Nabi Yusuf yang oleh Allah telah digariskan dalam takdirnya bahawa ia akan melaksanakan missi yang suci dan menjalankan peranan yang menentukan dalam pengaulan hidup umat manusia. Nabi   Yusuf   dalam   pelelongan   itu   dibeli   oleh   keeetua   polis   Mesir   bernama   Fathifar   sebagai penawar   pertama   ,   yang   merasa   berbahagia   memperoleh   sorang   hamba   yang   berparas   bagus, bertubuh   kuat   dan   air   muka   yang   memberi   kesan   bahawa   dalam   manusia   yang   dibelikan   itu terkandung jiwa yang besar, hati suci bersih dan bahawa ia bukanlah dari kualiti manusia yang harus diperjual-belikan.

Kata Fathifar kepada isterinya ketika mengenalkan Yusuf kepadanya:"  Inilah hamba   yang aku baru   beli   dari   pelelangan.   Berilah   ia   perlakuan   dan   layanan   yang   baik   kalau-kalau   kelak   kami akan   memperolehi   manfaat   drpnya   dan   memungutnya   sebagai   anak   kandung   kita.   Aku   dapat firasat   dari   paras   mukanya   dan   gerak-gerinya   bahawa   ia   bukanlah   dari   golongan   yang   harus diperjual-belikan,      bahkan    mungkin      sekali  bahawa     ia  adalah    dari  keturunan     keluarga    yang berkedudukan tinggi dan orang-orang yang beradab. Nyonya Fathifar, isteri Ketua Polis Mesir menerima Yusuf di rumahnya, sesuai dengan pesanan suaminya.      dilayan    sebagai   salah   seorang    daripada    anggota    keluarganya      dan   sesekali   tidak diperlakukannya   sebagai   hamba   belian.   Yusuf   pun   dapat   menyesuaikan   diri   dengan   keadaan rumahtangga Futhifar. Ia melakukan tugas sehari-harinya di rumah dengan penuh semangat dan dengan   kejujuran   serta   disiplin   yang   tinggi.

  Segala   kewajiban   dan   tugas   yang   diperintahkan kepadanya,      diurus   dengan    senang    hati  seolah-olah     dari  perintah   oleh   orang   tuanya    sendiri. Demikianlah, maka makin lama makin disayanglah akan Yusuf di rumah Ketua Polis Mesir itu sehingga merasa seakan-akan berada di rumah keluarga dan orang tuanya sendiri. Tentang isi cerita di atas, dapat dibaca dalam surah "Yusuf" ayat 19 sehingga ayat 21 sebagai berikut: ~ "19.    Kemudian      datanglah     kelompok     orang-orang      musafir,    lalu  mereka     menyuruh     seorang mengambil air mereka, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: " Oh! Khabar gembira, ini seorang   anak   muda!"   Kemudian   mereka   menyembunyikan   dia   sebagai   barang   dagangan.   Dan Allah   Maha   Mengetahui   apa   yang   mereka   kerjakan.   20.   Dan   mereka   menjual   Yusuf   dengan harga yang murah, iaitu beberapa dirham shj, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf 21. Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: " Berikanlah kepadanya tempat   {dan   layanan}   yang   baik,   boleh   jadi   dia   bermanfaat   kepada   kita   atau   kita   pungut   dia sebagai anak." Dan demekian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka     bumi    {Mesir}    dan   agar   kami    ajarkan   kepadanya     takdir   mimpi.    Dan    Allah  berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya." {Surah Yusuf : 19 ~ 21} Yusuf dalam godaan nyonya Futhifar Yusuf hidup tenang dan tenteram di rumah Futhifar, Ketua Polisi Mesir, sejak ia menginjakkan kakinya     di  rumah    itu.  Ia  mendpt     kepercayaan     penuh    dari   kedua   majikannya,      suami-isteri, mengurus       rumah-tangga      mereka     dan   melaksanakan      perintah    dan   segala   keperluan     mereka dengan sesungguh hati, ikhlas dan kejujuran, tiada menuntut upah dan balasan atas segala tenaga dan jerih payah yang dicurahkan untuk kepentingan keluarga.

0 comments:

Posting Komentar