Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Kamis, 03 Juli 2025

kisah pertempuran bani israil dan bangsa filistin pada era nabi Musa A.S

Kisah pertempuran Raja bani israil tholut di tanah palestina

Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il Setelah   Bani   Isra'il   memasuki   Palestin   dan   menguasainya   di bawah   pimpinan   Yusya   bin   Nun mereka   selalu   menjadi   sasaran   penyerbuan   dan   serangan   dari   bangsa-2   sekelilingnya,   seperti suku   Amaliqah   dari   bangsa   Arab,   bangsa   Palestin   sendiri   dan   bangsa   Aramiyin.   Kemenangan dan kekalahan di antara meeka silih berganti. Pada    suatu   waktu    datanglah    bangsa    Palestin  penduduk      "Usydud"     suatu  daerah    dekat   Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan terjadilah pertempuran yang berakhir dengan kemenangan bangsa     Palestin   yang   berhasil,  mencerai-beraikan       Bani   Israil  dan  merampas      benda   keramat mereka yang bernama "Tabout", yaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab Taurat. 

pertempuran bani israil dan bangsa filistin


Peti yang disebut Tabout itu adlah merupakan salah satu dari banyak kurnia yang telah diberikan oleh Allah kepada Bani Isra'il. Mereka menganggap Tabout itu suatu benda keramat yang dapat menginspirasikan   kekuatan   dan   keberanian   kepada   mereka   dikala   menghadapi   musuh.   Maka karenanya dalam tiap medan perang dibawanyalah Tabout itu untuk memberi kekuatan batin dan semangat juang bagi mereka memberi rasa berani bagi mereka dan rasa takut bagi musuh. Maka dengan      dirampasnya      Tabout     itu  oleh   bangsa     Palestin   hilanglah    pegangan      mereka     dan berantakanlah   barisannya,   retaklah   kesatuannya         sehingga   menjadi     laksana   binatang   ternakan yang ditinggalkan gembalanya. Dan memang sejak ditinggalkan oleh Nabi Mua, Bani Isra'il tidak mempunyai seorang raja atau seorang   pemimpin   yang   berwibawa   yang   dapat   mengikat   mereka   di   bawah   satu   bendera   dan menghimpun mereka di bawah satu komando bila terjadi serangan dari luar dan penyerbuan oleh musuh.   Mereka   hanya   dipimpin   oleh   hakim-hakim   penghulu   yang   memberi   tuntunan   kepada mereka   dalam   bidang   keagamaan   dan   kadangkala   menjadi   juru   damai   jika   timbul   perselisihan dan sengketa di antara sesama mereka. Di antara penghulu itu terdapat seorang penghulu yang paling disegani dan di hormati bernama Somu'il. Kata-katanya selalu didengar dan nasihat-2nya selalu diterima dan ditaati. Kepada   Somu'il   datanglah   beberapa   pemuda   Bani   Isra'il   yang   merasa   sedih   melihat   keadaan kaumnya   menjadi   kacau   bilau   dan   bercerai   berai   setelah   dikalahkan   oleh   bangsa   Palestin   dan dikeluarkan dari negeri mereka serta dirampasnya Tabout yang merupakan peti wasiat dan benda keramat bagi mereka. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan seorang pemimpin   yang   kuat   yang   berwibawa   dan   mempunyai   kekuasaan   sebagai   seorang   raja   untuk menghimpun mereka dan seterusnya menjadi panglima perang. Samu'il     yang   mengenal     baik  watak    mereka    dan   titik-titik   kelemahan   serta  sifat-2  licik  dan pembangkang yang meletak pada diri mereka berkata: "Aku khuatir bahwa kamu akan takut dan enggan   bertempur   melawan   musuh   bila   kepadamu   diperintahkan   untuk   berperang   menghalau musuh dari negerimu."

Mereka      menjawab:      "Bagaimana      kami    menolak     perintah   semacam      itu  dan   enggan     maju bertempur   melawan   musuh   sedangkan   kami   telah   dihina   diusir   dari   rumah-rumah   kami   dan dipisahkan dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu hal yang memalukan dan menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang sedang kami alami ini, kami masih juga enggan berperang melawan musuh yang datang menyerang dan menyerbu daerah kami. Kami akan maju dan tidak akan gentar masuk dalam medan perang, asalkan saja kami akan dapat pimpinan dari seorang yang cekap, berani serta berwibawa sehingga komandonya dan segala perintahnya akan dipatuhi oleh kaum kami semuanya." Somu'il     berkata:   "Jika  demikian     ketetapan    hatimu    dan   demikian    pula   keinginanmu      untuk memperoleh   seorang   raja   yang   akan   memimpin   dan   membimbing   kamu   ,   maka  berilah   waktu kepadaku   untuk   beristikharah   memohon   pertolongan   Allah   menunjukkan   kepadaku   seseorang yang patut dan layak menjadi raja bagimu." Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allah, agar ia memilih serta mengangkat seorang yang bernama "Thalout" menjadi raja Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah   mendengar   nama   itu   atau   mengenalkan   orangnya   Allah   akan         memberinya   jalan   dan tanda-tanda   yang   akan   memungkinkan   ia   bertemu   muka   dengan   orang   itu   dan   mengenalinya dengan segera. Thalout adalah seorang   berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan   berparas tampan. Dari pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui bahwa ia adalah seorh yang cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan berani. IA hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa yang   agak   terpencil   sehingga   tidak   banyak   dikenal   orang   Ia   hidup   bersama   ayahnya   bercucuk tanam dan memelihara haiwan ternak. Pada   suatu   hari   di   kala   Thalout   sedang   sibuk   bersama   ayahnya   menguruskan   tanah   ladangnya terlepaslah    dari   kadang    seekor   keldai   dari  haiwan-2     peliharaannya     dan   menghilang     sesat. Pergilah Thalout bersama seorang bujangnya mencari keldai yang hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2 di sekitar desanya, namun tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia mengajak bujangnya kembali karena khuatir ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya mencari keldai yang hilang itu. Berkata   sang   bujang   kepada   Thalout:   "Kami   sekarang   sudah   berada   di   daerah   Shuf   tempat dimana Somu'il berada. Alangkah baiknya kalau kami pergi kepadanya menanyakan kalau-2 ia dapat    memberikan       keterangan     dan   petunjuk    kepada    kami    di   mana    kiranya    kami    dapat menemukan   keldai   kami   itu.   Ia   adalah   seorang   nabi   yang   menerima   petinjuk   dari   Tuhannya melalui para malaikat dan dia telah banyak kali mengungkapkan hal-hal ghaib yang ditanyakan oleh orang kepadanya." Thalout   menerima   baik   cadangan   bujangnya   dan   berangkatlah   mereka   berdua   menuju   tempat tinggal    Somu'il.    Di   tengah-2    perjalanan,    mereka     bertanya    kepada    beberapa     gadis   yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi: "Di manakah tempat tinggal Nabi Somu'il?"

 

"Tidak usah kamu cepat-2 meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan datang ke sini. Ia sedang ditunggu kedatangannya di atas bukit oleh rakyat tempat itu." Para gadis itu menjawab. Ternyata   bahawa   belum   selesai   para   gadis   itu   memberikan   keteranagnnya,   muncullah   Somu'il dengan      wajahnya      yang    berseri-seri   memancarkan        cahaya    kenabian     dan    kealiman     yang mengesahkan. Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah saling pandang memandang, berkatalah Thalout: "Wahai   Nabi   Allah,   kami   datang   menemui   bapak   untuk   memohon   pertolongan   yaitu   dapatkah kiranya kami diberi keterangan dan petunjuk di manakah kami dapat menemukan kembali keldai kami yang telah terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami temukan jejaknya walaupun sudah tiga hari kami berusaha mencarinya." Somu'il setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah ia bahwa inilah orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan penguasa Bani Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang engaku cari itu sedang berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat   ayahmu.   Janganlah   engkau   rungsingkan   fikiranmu   dan   ributkan   dirimu   dengan   urusan keldai itu. Kerana aku memang mencarimu dan ingin menemuimu untuk urusan yang lebih besar dan lebih penting dari soal keldai. Engaku telah dipilih oleh Allah untuk memimpin Bani Isra'il sebagai     raja,  mempersatukan       barisan    mereka    yang    sudah   kacau-balau      serta  membebaskan mereka   dari   musuh-musuh   yang   sedang   menyerbu   dan   menduduki   negeri   mereka.   Dan   insya- Allah     Tuhan     akan     menyertaimu       memberi      perlindungan      kepadamu       dan    mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam segala sepak terajangmu." Thalout     menjawab:     "Bagaimana   aku      dapat   menjadi   seorang     raja  dan   pemimpin   Bani     Isra'il sedang   aku   ini   seorang   dusun   anak   cucu   Benyamin   yang   paling   papa,   terasing   dari   pengaulan orang ramai, seorang anak tani dan penggembala haiwan yang tidak dikenal orang?" Berkata   Somu'il:   "Itu   adlah   kehendak   Allah   dan   perintah-Nya.   Dan   lebih   tahu   pada   siapa   Ia meletakkan amanat dan tugas-tugas-Nya. Dialah yang menugaskan dan Dia pulalah   yang akan melengkapi   segala   kekuranganmu.   Bersyukurlah   engkau   atas   nikmat   dan   kurniaan   Allah   ini. Terimalah   tugas   suci   ini   dengan   keteguhan   hati   dan   kepercayaan   penuh   akan   pertolongan   dan perlindungan      Allah   kepadamu."      Kemudian      dipeganglah     tangan    Thalout,   diangkatnya     keatas seraya   menghadap   kepada   kaumnya   dan   berkata:   "  Wahai   kaumku,   inilah   orangnya   yang   oleh Allah telah dipilih untuk menjadi rajamu. Ia berkewajiban memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya dan kamu berkewajiban taat kepadanya, mematuhi segala perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandinya. Bersatu padulah kamu di bawah bendera raja Thalout dan bersiap-siaplah untuk berjuang melawan musuh-musuhmu.

" Bani   Isra'il   yang sedang berkumpul mengerumuni somu'il mendengarkan pidato pelantikannya mengangkat Thalout sebagai raja, tercengang dan terkejut dan dengan mulut ternganga mereka melihat   satu   kepada   yang   lain,   berpindahan   pandangan   mereka   dari   wajah   Somu'il   ke   wajah thalout yang menandakan kehairanan dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu. Selintas pun tidak terfikir oleh mereka bahwa seorang seperti Thalout yang papa dan miskin dan tidak dikenal orang ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan dan pengangkatan seorang raja bagi mereka. Berkata mereka kepada Somu'il: "Bagaimana seorang seperti Thalout ini akan dapat memimpin kami sebagai raja padahal ia seorang yang miskin yang tidak dikenal orang dan pergaulan sehari- harinya hanya terbatas didesanya. selain ituia bukannya dari keturunan "Lawi" yang menurunkan para nabi Bani Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda" yang menurunkan raja-raja Bani Isra'il sejak   dahulu    kala.  Ia   pun   tidak   memiliki  pengalaman   dan   kecekapan       yang   diperlukan   oleh seorang raja untuk mengurus serta mempertahankan kerajaannya. Mengapa tidak dipilih sahaja seorang   drp   mereka   yang   berada   di   kota   yang   pandai-pandai,   berpengalaman   dan   berkeadaan cukup?" berkata     Somu'il   menanggapi       keberatan-2    yang    dikemukakan       oleh   kaumnya:     "Pengurusan kerajaan dan pemimpin perang tidak memerlukan kebangsawanan atau kekayaan. Ia memerlukan kecekapan,      kebijaksanaan,    kecerdasan     berfikir  dan   kecekatan    bertindak.    sifat-2  itu  terdapat dalam dir Thalout di samping ia memiliki tubuh yang kuat, perawakan tg tegap dan kekar serta paras   muka   yang   tampan   yang   memberi   kesan   baik   bagi   orang-orang   yang   menghadapinya. Selain   itu   semuanya,   ia   adalah   pilihan   dan   tunjukan   Allah   Yang   Maha   Mengetahui   dan   Maha Mengenal      hamba-hamba-Nya.         Maka    tidak   patutlah   kami   memilih     orang   lain  setelah  Allah menjatuhkan pilihan-Nya." "Baiklah", kata mereka, "Jika yang demikian itu pilihan dan kehendak Allah, maka kami tidak dapat   berbuat   lain   selain   meneriam   kenyataan   ini.   Akan   tetapi   untuk   menghilangkan   keragu- raguan   kami   tentang   diri   Thalout,   berilah   kepada   kami   suatu   tanda   yang   dapat   menyakinkan kami bahwa Thalout benar-benar pilihan Allah." Somu'il   menjawab:   "Sesungguhnya   Allah   telah   mengetahui   watak   dan   tabiat   kamu   yang   kaku dan   keras   kepala.   Imanmu     tidak   berada   di  dalam   hati  tetapi  di  kelopak   mata.   Kamu     tidak mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat kamu rasa dengan pancaindera kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui pengangkatan Thalout menjadi raja kamu, ialah bahawa kamu akan menemukan   kembali   peti   keramatmu   "Tabout"   yang   telah   hilang   dan   dirampas   oleh   bangsa Palestin.   Kamu   akan   menemukan   itu   datang   kepadamu   dibawa   oleh   malaikat.   Pergilah   kamu keluar kota sekarang juga untuk menerimanya." Setelah   ternyata   bagi   mereka   kebenaran   kata-kata   Somu'il   dengan   ditemuinya   kembali   Tabout yang     sudah    tujuh   bulan    berada    di  tangan    orang-orang      Palestin   itu,  maka     diterimalah pengangkatan Thalout sebagai raja mereka dengan memberikan bai'at kepadanya dan janji akan taat serta mematuhi segala nasihat dan perintahnya.

Raja Thalout Tugas   pertama   yang   dilakukan   oleh   thalout   setelah   dinobatkan   sebagai   raja   ialah   menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para pemuda dan orang-orang yang masih kuat untuk menjadi tentera yang akan mengahdapi bangsa Palestin yang terkenal kuat dan berani. Ia   menyusun   bala   tenteranya   dari   orang-orang   yang   masih   kuat,   tidak   mempunyai   tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha sehingga dapat membulatkan tekadnya untuk berjuang   dan   memusatkan   fikiran   dan   tenaga   bagi   mencapai   kemenangan   dna   menghalaukan musuh dari negeri mereka dengan semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian untuk    mengetahui      sampai    sejauh   mana    rakyatnya    atau   barisan   tenteranya    yang   disusun    itu berdisiplin     mengikuti     komando      dan   perintahnya,     Thalout    berkata    mereka:    "Kamu      dalam perjalananmu di bawah terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa di antara kamu minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang dapat kupercayai kesungguhan   hatinya   dan   kebulatan   tekadnya.         Sebaliknya   barangsiapa       di  antara   kamu   yang hanya menciduk air sungai itu seciduk tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang pengikutku dan tentera yang benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya dan kedisiplinannya." Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan menjadi kenyataan. Setiba barisan tentera Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil sahajalah dari mereka yang   berdisiplin   mengikuti   petunjuk   Thalout   secara   tepat.   Sedang   bahagian   yang   besar   tidak dapat bersabar menahan dahaganya dan minumlah mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya. Walaupun       telah  terjadi  pelanggaran     disiplin   oleh  sebahagian     besar   dari  anggota    tenteranya, thalout tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya menuju ke medan perang dg pasukan yang tidak   bersatu   padu   dan   berdisiplin   sebagaimana   ia   menduga   dan   mengharapkannya.   Ia   hanya bersandar   dan   mengandalkan   kekuatan   tenteranya   kepada   bahagian   kecil   yang   sudah   ternyata setia    dan   patuh   kepada     perintah   dan    petunjuknya.     Sedang     terhadap    mereka     yang   sudah melanggar      perintahnya     dan   minum     dari  air  sungai    itu,  Thalout   bersikap    sabar,   lunak   dan bijaksana untuk menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi musuh. Tatkala mereka tiba di   medan perang dan berhadapan dengan musuh, sebahagian drp pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar disiplin dan minum dari air sungai, merasa kecil hati dan ketakutan melihat pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang kuat dan besar-besar dengan peralatan   yang   lebih   lengkap   dan   jumlah   tentera   yang   lebih   besar   di   bawah   pimpinan   seorang komandan bernama "Jalout". Jalout, panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima   yang berani, cekap dan terkenal   tidak   pernah   kalah   dalam   peperangan.   Tiap   orang   yang   berani   bertarung   dengan   dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah menimbulkan rasa takut dan kecil hati pada bahagian besar dari pasukan Thalout. berkata mereka kepadanya: "Kami tidak berdaya dan tidak akan sanggup menghadapi dan melawan Jalout berserta tenteranya hari ini. Mereka lebih lengkap peralatannya dan lebih besar bilangannya daripada pasukan kami."

Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan golongan yang kecil dalam pasukan Thalout, tidak   merasa   takut   dan   gentar  menghadapi   Jalout   dan   bala   tenteranya,   walaupun   mereka   lebih besar dan lebih lengkap peralatannya karena mereka keluar ke medan perang mengikuti Thalout dengan   tekad   yang   bulat   hendak   membebaskan   negerinya   dari   para   penyerbu   dengan   berbekal tawakkal dan iman kepada Allah. Sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah berniat bulat berjuang bermati-matian melawan musuh   yang telah merampas rumah dan tanah    mereka    dan   bersedia   mati   untuk   tugas   suci  itu.  Berkata   mereka    kepada    kawan-2nya kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk bertempur melawan musuh. Kami tidak akan kalah karena     bilangan     yang   sedikit   atau    kerana    kelemahan     fizikal.   Kami     akan   menggondol kemenangan       bila  iman    di  dalam   dada   kami   tidak  tergoyahkan     dan   kepercayaan     kami   akan pertolongan   Allah   tidak   menipis.   Berapa   banyak   terjadi   sudah,   bahwa   kelompok   yang   kecil jumlahnya   mengalahkan         kelompok   yang   besar,   bila   Allah   mengizinkannya   dan   memberikan pertolongan-Nya.        Dan   Allah    selalu  berada    di  sisi  orang-orang     yang   beriman,     sabar   dan bertawakkal." Dengan   tidak   menghiraukan   kasak-kusuk   dan   bisikan   kelompok   pengecut   yang   ingin   mundur dan   melarikan   diri   dari   kewajiban   berperang,   Raja   Thalout   terus   maju   memimpin   pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon pertolongan dan perlindungan-Nya. Setelah   kedua   pasukan   merapat   berhadapan   satu   dengan   yang   lain   dan   pertempuran   dimulai, keluarlah     dari  tengah-2    barisan   bangsa    Palestin,   panglima     besarnya    yang   bernama     Jalout berteriak    dengan    sekuat   suaranya    menentang     pasukan    Thalout    mengajak     bertarung    seorang lawan     seorang    Berulang-ulang      ia  berseru   dengan     suara   yang   lantang   agar   pihat   Thalout mengeluarkan   seorang   yang   akan   melawan   dia   bertanding   dan   bertarung   namun   tidak   seorang pun    keluar   adri  tengah    pasukan    Bani   Isra'il  menghadapinya.      Kata-kata    ejekan   dan   hinaan dilontarkan oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani Isra'il yang sedang dicekam oleh rasa   takut   dan   bimbang   menghadapi   Jalout   yang   sudah   termasyur   sebagai   jaguh   yang   tidak pernah terkalahkan itu. Pada saat yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu rendah diri memenuhi dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il yang sedang memandang satu kepada yang lain, seray bertanya- tanya     dalam     hati   masing-2     gerangan     siapakah     di   antara    mereka     yang    dapat    maju membungkam ,ulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan melawannya, datanglah pada saat itu menghadap raja Thalout seorang lelaki remaja berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan keberanian dan kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk keluar menyambut tentangan Jalout dan menandinginya. Thalout merasa kagum akan keberanian pemuda yang telah menawarkan dirinya untuk bertarung dengan     Jalout,   sementara    orang-orang     dari  pasukannya      sendiri  yang    sudah   berpengalaman berperang tidak ada yang tergerak hatinya untuk menyahut cabaran Jalout yang berteriak-teriak melontarkan ejekan dan hinaan. Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan sang pemuda itu   merasa   berat   dan   ragu-ragu   untuk   memberi   izin   kepadanya   turun   ke   gelanggang   melawan Jalout.   Ia   tidak   membayangkan   seorang   dalam   usia   semuda   itu,   yang   belum   pernah   turun   ke medan perang dan tiak berpengalaman bertarung akan selamat dan keluar hidup dari pertarungan melawan Jalout. Ia benar-benar bukan tandingannya, kata hati Thalout, bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan pemuda itu bertarung dengan Jalout.

Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila ia akan menjadi korban dan makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi ampun kepada lawan-lawannya. Sang pemuda dengan memperhatikan roman muka Thalout dapat menangkap isi hatinya bahwa ia   ragu-ragu   dan   bimbang   untuk   melepaskannya   bertarung   dengan   Jalout   maka   berkatalah   ia kepadanya:      "Janganlah    engkau    terpengaruh     oleh   usia  mudaku     dan   keadaan    fizikalku   yang menjadikan       engkau    ragu-ragu    dan   khuatir   melepaskan      aku   melawan      Jalout   karena   yang menentukan dalampertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal dan kebesaran badan akan tetapi yang    lebih   penting   dari   itu  ialah  keteguhan     hati  dan   keuletan   bertempur     serta  iman    dan kepercayaan kepada Allah yang menentukan hidup matinya seseorang hamba-Nya. beberapa hari yang    lalu  aku   telah  berhasil   menangkap      seekor   singa   dan   membunuhnya        tatkal  ia  hendak menyergap dombaku dan sebelum itu terjadi pula aku menghadang seekor beruang yang ganas dan   berhasil   membunuhnya   setelah   bergulat   mati-matian.   Maka   bukanlah   usia   atau   kekuatan badan     yang   merupakan     faktor   yang   menentukan      dalam    pertempuran     tetapi  keberanian     dan keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan bergerak dengan disertai perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata yang lebih ampuh dalam setiap pertarungan." Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang ikhlas dan jujur sedarlah Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan keras ingin melawan Jalout. Ia percaya kepada dirinya sendiri   bahwa   ia   dapat   mengalahkannya   maka   diberinyalah   izin   dan   restu   oleh   Thalout   untuk melaksanakan        kehendaknya        dengan     diiringi    doa    semuga      Allah    melindunginya        dan mengurniainya       dengan    kemenangan       yang   diharap-harapkan       oleh  seluruh    anggota    pasukan. Kemudian   ia   diberinya   pedang,   topi   baja   dan   zirah   baju   besi   namun   ia   enggan   mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang pun ia menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa   menggunakan   senjata   itu.   Ia   hanya   membawa   sebuah   tongkat   beberapa   batu   kerikil   dan sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu. Berkatalah   Thalout   kpanya:   "Bagaimana   engkau   dapat   bertarung   dengan   hanya   bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang bersenjatakan pedang, panah dan berpakaian lengkap?" Pemuda itu menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa dan kuku beruang akan melindungiku   pula   dari   pedang   dan   panah   Jalout   yang   durhaka   itu."   Lalu   dengan   berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu, keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.

Tatkala   Jalout   melihat   bahwa   yang   masuk   gelanggang   hendak   bertanding   dengan   dia   adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan tidak pula mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek dengan kata-kata: "Utk apakah tongkat yang engkau bawa itu."Utk   mengejar   anjingkah   atau   untuk   memukul   anak-anak   yang   sebaya   dengan   engkau?   Di mana pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati padahal engkau   masih   muda   yang   belum   merasakan   suka-dukanya   kehidupan   dan   yang   masih   harus banyak   belajar   dari   pengalaman.   Majulah   engkau   ke   sini   akan   aku   habiskan   nyawamudalam sekelip   mata   dan   akan   kujadikan   dagingmu   makanan   yang   lazat   bagi   binatang-2   di   darat   dan burung-2 di udara." Sang   pemuda   menjawab:   "Engkau   boleh   bangga   dengan   zirah   dan   topi   bajamu,   boleh   merasa kuat    dan   ampuh     dengan     pedang    dan   panahmu      yang    tidak  akan    sanggup     menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus dan bersih ini. Aku datang ke sini dengan nama Allah Tuhan   Bani   Isra'il   yang   telah   lama   engkau   hina,   engkau   jajah   dan   engkau   tundukkan.   Engkau sebentar     lagi  akan   mengetahui      pedang    dan   panahkah      yang   akan   mengakhiri      hayatku    atau kehendak Allah dan kekuasaan-Nya   yang akan   meranggut nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?" Melihat   Jalout   melangkah   maju,   maka   sebelum   ia   sempat   mendekatinya,   sang   pemuda   segera mengeluarkan   batu   dari   sakunya,   melemparkannya   dengan   bandul   tepat   ke   arah   kepala   Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu diikuti   dengan   lemparan   batu   kedua   dan   ketiga   oleh   sang   pemuda   hingga   terjatuhlah   Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan nafas terakhirnya. Bergemuruhlah         suara   teriakan    gembira     dan   sorak-sorai     dari   pihak   pasukan     Bani    Isra'il menyambut   kemenangan   pemuda   gagah   perkasa   itu   atas   Jalout   jaguh   dan   kebanggaan   bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan Thalout   yang   telah   memperoleh   kembali   semangat   juangnya   dan   harga   diri   serta   kebanggaan nasionalnya. Isi   cerita   di   atas   dikisahkan   oleh   Al-Quran   dalam   surah   "Al-Baqarah"   ayat   246   sehingga   251 yang bermaksud :~ "246~   Apakah   kamu   tidak   memperhatikan   pemuka-pemuka   Bani   Isra'il   sesudah   Nabi   Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya   kami   dapat   berperang   {di   bawah   pimpinannya}   di   jalan   Allah."   Nabi   mereka   berkata: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang`." Mereka menjawab : "Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah   diusir   dari   kampung   halaman   kami   dan   dari   anak-anak   kami?"   Maka   tatkala   perang   itu diwajibkan   atas   mereka,   mereka   pun   berpaling,   kecuali   beberapa   orang   saja   di   antara   mereka.

Dan   Allah   Maha   Mengetahui   akan   orang-orang   yang   zalim.   247~   Nabi   mereka   mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberi pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha   Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 248~ Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya   terdapat     ketenangan   dari   Tuhanmu      dan   sisa   dari   peninggalan   keluarga   Musa   dan keluarga Harun tabout itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda   bagimu   jika   kamu   orang   yang   beriman.   249~   Maka   tatkala   Thalout   ke   luar   membawa tenteranya ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan satu sungai. Maka siapa di   antara   kamu   meminum   airnya,   bukanlah   ia   pengikutku.   Dan   barangsiapa   tidak   merasakan airnya    kecuali   orang   yang   hanya    menciduk     seciduk   tangan,   maka    ia  adalah   pengikutku." Kemudian   mereka   meminumnnya   terkecuali   beberapa   orang   di   antara   mereka.   Maka   tatkala Thalout dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalout dan tenteranya."   Orang-orang   yang   menyakini   bahwa   mereka   akan   menemui   jalan   Allah   berkata: "Berpa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah berserta orang-orang yang sabar. 250~ tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak oleh mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." 251~ Mereka {tentera   Thalout}   mengalahkan   tentera   Jalout   dengan   izin   Allah   dan   {dalam   peperangan   itu} Daud   membunuh   Jalout,   kemudian   Allah   memberikan   kepadanya   {Daud}   pemerintahan   dan hikmah      {sesudah    meninggalkan      Thalout}    serta   Allah   mengajarkan      kepadanya     apa   yang dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246 ~ 251 }

Catatan tambahan

Nabi    Musa    wafat   pada   usia  150   tahun  di  atas  sebuah    bukit  bernama    "Nabu",    di  mana   ia diperintahkan     oleh   Allah   untuk   melihat   tanah  suci  yang   dijanjikan   {Palestin}    namun    tidak sampai memasukinya.

0 comments:

Posting Komentar