Puasa merupakan sebuah tradisi umat muslim untuk tidak makan, minum, bersetubuh dan berperang dari waktu imsak hingga magrib. Puasa merupakan perintah dari Allah.swt yang tertuang dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 183, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (Q. S. Al-Baqarah: 183).
Sebelum melanjutkan membaca tulisan ini alangkah baiknya
untuk kita untuk memperdalam lagi Ilmu tentang Fiqih karena sebelum melangkah
ke ilmu Tassawuf disarankan untuk memperkuat ilmu dalam hal Syariat
10 Jenis Puasa yang dilakukan oleh Umat Islam
1. Puasa Ramadhan, yakni puasa dalam jangka waktu sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Dalam sejarahnya puasa Ramadhan rata-rata dijalankan selsama 30 hari, Adapun jika kurang atau lebih maka komunitas yang menjalankannya memiliki metode tersendiri.
2. Puasa Syawal, adalah puasa yang dilakukan setelah bulan Ramadan berakhir. Puasa ini umumnya berlangsung selama enam hari pada bulan Syawal.
3. Puasa Zulhijah, yakni puasa dari tanggal 1-9 bulan Zulhijah.
4. Puasa Arafah, Puasa ini dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijjah sebagai persiapan menyambut hari raya Iduladha.
5. Puasa Tarwiyah, puasa Tarwiyah juga dilakukan pada bulan Zulhijah, tepatnya pada tanggal 8.
6. Puasa Senin dan Kamis, Puasa Senin Kamis dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW karena hari Senin merupakan hari kelahiran beliau, sedangkan hari Kamis adalah hari ketika Al-Qur'an pertama kali diturunkan.
7. Puasa Daud, Puasa Daud adalah jenis puasa yang mengikuti contoh puasa yang dilakukan oleh Nabi Daud AS. Puasa ini dilaksanakan secara bergantian, artinya puasa dilakukan pada satu hari dan kemudian hari berikutnya tidak berpuasa, dan pola ini berlanjut secara bergantian.
8. Puasa Asyura (Puasa Muharram), Puasa ini memiliki keistimewaan karena dapat menghapus dosa-dosa selama satu tahun yang telah berlalu.
9. Puasa Ayyamul Bidh, Puasa Ayyamul Bidh adalah salah satu puasa sunah yang dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 dalam penanggalan Hijriyah atau kalender Islam.
10. Puasa Syakban (Nisfu Sayakban), Puasa sunah yang dilakukan pada pertengahan bulan Sya'ban.
Kesepuluh jenis puasa tersebut merupakan bentuk-bentuk puasa yang diyakini mampu menambah pahala umat muslim. Puasa juga mampu menjadi metode menahan diri dari prilaku-prilaku tercela. Sedemikian pentingnya puasa sehingga seluruh umat muslim di dunia dianjurkan untuk menjalankannya. Umat Islam di Jawa memiliki pandangan menarik perihal ibadah "puasa". Pasalnya, masyarakat jawa memiliki tradisi puasa yang "special" puasa orang jawa ini memiliki ciri khusus yang tidak ditemukan pada masyarakat muslim di wilayah lain.
Adapun jenis puasanya seperti, puasa mutih, ngeruh, ngebleng, pati geni, ngelowong, ngrowot, nganyep, ngisdang, ngepel, ngasrep, senen kemis, wungon, tapa jejeg, lelana, tapa kungkum, ngalong, ngeluwang, dan weton. Menurut penelitian Mega Ariyanti, dengan judul KONSEP TIRAKAT PUASA KEJAWEN BAGI PENGHAYAT KEPERCAYAAN KEJAWEN yang dipublikasikan dalam Seminar Internasional Riksa Bahasa XIII menjelaskan jika ke 18 jenis puasa tersebut merupakan warisan kebudayaan dari para leluhur yang masih dipertahankan oleh masyarakat penganutnya, salah satunya kepercayaan yang dianggap sebagai falsafah hidup orang Jawa. Adapun penjelasannya sebagai berikut;
18 Jenis Puasa Tirakat Puasa Kejawen
1. Puasa Mutih adalah jenis puasa yang berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti "memutihkan". Puasa ini melibatkan mengonsumsi hanya nasi putih dan air putih tanpa rasa tambahan seperti garam atau gula.
2. Puasa Ngeruh adalah jenis puasa yang mirip dengan vegetarianisme, di mana seseorang hanya mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah terbatas. Puasa ini melibatkan meninggalkan semua jenis makanan yang berasal dari sumber yang memiliki kehidupan, seperti daging, ikan, telur, dan produk olahannya.
3. Puasa Ngebleng adalah jenis puasa yang dilakukan dengan berdiam diri dan menghentikan semua aktivitas sehari-hari selama semalam suntuk.
4. Puasa Pati Geni adalah jenis puasa yang berasal dari bahasa Jawa, di mana "pati" berarti mati dan "geni" berarti api. Secara leksikal, Pati Geni mengandung makna mematikan api. Dalam konsep penghayatan Kejawen, Pati Geni merujuk pada tindakan memadamkan api yang ada dalam diri seseorang. Ini berarti mematikan atau menghentikan energi panas atau negatif dalam tubuh, termasuk hawa nafsu dan niat buruk.
5. Puasa Ngelowong adalah jenis puasa yang berasal dari bahasa Jawa, di mana "ngelowong" berarti puasa tanpa makan apa pun.
6. Puasa Ngrowot merupakan jenis puasa yang melibatkan pembatasan jenis makanan yang dikonsumsi, di mana hanya diperbolehkan mengonsumsi umbi-umbian atau hasil bumi lainnya, namun tidak boleh mengonsumsi nasi.
7. Puasa Nganyep adalah jenis puasa yang berasal dari kata "anyep" dalam bahasa Jawa yang berarti "dingin". Nama ini juga didasarkan pada aktivitas mengatur makanan dan minuman, di mana pelaku puasa mengonsumsi makanan yang "anyep" atau tanpa rasa sama sekali, baik itu asin, manis, atau yang lainnya.
8. Puasa Ngidang merupakan jenis puasa yang dinamai berdasarkan kata "kidang" atau "kijang". Nama ini muncul dari konsep kehidupan seperti yang dilakukan oleh kijang, yaitu mengonsumsi daun-daunan dan minum air mentah seperti yang dilakukan oleh kijang.
9. Puasa Ngepel adalah jenis puasa yang dinamai berdasarkan kata "kepel" dalam bahasa Jawa yang berarti "mengepal". Nama ini merujuk pada ukuran makanan yang diperbolehkan selama puasa, yaitu satu kepal nasi putih.
10. Puasa Ngasrep adalah jenis puasa yang dinamai berdasarkan kata "ngasrep" dalam bahasa Jawa yang berarti "dingin" dan "tidak ada rasanya". Konsep pembatasan makanan dan minuman dalam puasa ini sama dengan puasa Nganyep, di mana hanya diperbolehkan makan dan minum tanpa adanya rasa. Selain itu, dalam sehari hanya diperbolehkan minum sebanyak 3 kali.
11. Puasa Senen Kemis yakni sama seperti puasa kaum muslim pada umumnya.
12. Puasa Wungon adalah jenis puasa yang dinamakan berdasarkan kata "wungon" dalam bahasa Jawa, yang berarti tidak tidur semalam suntuk.
13. Puasa Tapa Jejeg dinamakan berdasarkan kombinasi kata "tapa" yang berarti bertapa atau semedi, dan kata "jejeg" yang berarti berdiri tegak.
14. Puasa Lelana dinamakan berdasarkan kata "lelana" yang berarti pengembaraan atau berkelana dalam bahasa Jawa. Nama puasa ini mencerminkan aktivitas fisik yang dilakukan, yaitu melakukan perjalanan menjelajah di suatu wilayah dengan berjalan kaki.
15. Puasa Tapa Kungkum adalah bentuk puasa yang dilakukan dengan cara bertapa dalam air, seperti berendam di sungai, sendang, sumur, bawah air terjun, atau pantai yang aman.
16. Puasa Ngalong merupakan bentuk puasa yang dikonseptualisasikan dengan meniru tingkah laku binatang kelelawar. Pelaku puasa ini melakukan tirakat dengan posisi badan menggantung seperti kelelawar, yaitu dengan kaki tergantung pada dahan pohon dan kepala berada di bawah.
17. Puasa Ngeluwang, juga dikenal sebagai Ngluweng, merujuk pada aktivitas fisik yang dilakukan dengan membuang atau mengubur diri ke dalam lubang yang dalam.
18. Puasa Weton mengacu pada hari kelahiran pasaran dalam kalender Jawa, di mana weton berarti hari kelahiran.
Fenomena kedelapanbelas jenis puasa tersebut disebut dengan kejawen. Menurut Koentjaraningrat (1984) Kejawen disebut juga sebagai Agami Jawi, yaitu bentuk agama Islam orang Jawa. Pemahaman mengenai agama islam dalam setiap daerah di dunia cenderung beragam. Demikian juga Islam di pulau Jawa memiliki corak tersendiri.
Dalam agama Jawi ini Puasa dibedakan menjadi 3
puasa untuk orang khusus dan puasa khususil khusus. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Puasa Umum, Puasa ini berfokus menahan diri dari makan dan minum dan hal-hal yang membatalkan puasa.
2. Puasa Khusus, Puasa ini berfokus pada pengendalian diri terhadap perbuatan dosa, yang implementasinya dengan tidak mendengarkan, berbicara, melihat, menggunakan tangan dan kaki, serta menjaga seluruh anggota tubuh dari perbuatan dosa.
3. Puasa Paling Khusus (khususil khusus), sedikit orang yang mampu menunaikan puasa ini karena tingkat kesulitannya yang tinggi. Dalam puasa tingkat ini, selain menahan diri dari makan, minum, dan perbuatan dosa, kemudian ditambah dengan memfokuskan pikiran untuk senantiasa mengingat Allah SWT
Puasa Khusus, Puasa ini berfokus pada pengendalian diri terhadap perbuatan dosa, yang implementasinya dengan tidak mendengarkan, berbicara, melihat, menggunakan tangan dan kaki, serta menjaga seluruh anggota tubuh dari perbuatan dosa.
Puasa Paling Khusus (khususil khusus), sedikit orang yang mampu menunaikan puasa ini karena tingkat kesulitannya yang tinggi. Dalam puasa tingkat ini, selain menahan diri dari makan, minum, dan perbuatan dosa, kemudian ditambah dengan memfokuskan pikiran untuk senantiasa mengingat Allah SWT setiap waktu.
Inspirasi dari tulisan ini diambil dari kitab-kitab karangan ulama tasawuf kenamaan, Al Ghazali.dan berbagai sumber dari bacaan kejawen
0 comments:
Posting Komentar