Safi Ibnu Shayyad
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menuturkan bahwa masalah Ibnu Shayyad telah menjadi sesuatu yang rumit bagi sebagian sahabat. Mereka mengira bahwa dia adalah Dajjal, sementara Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tawaqquf (berdiam diri) sehingga jelas bagi beliau setelah itu bahwa dia bukan Dajjal. Dia hanya salah seorang dukun yang memiliki kemampuan-kemampuan setan. Karena itulah, Rasulullah pergi untuk mengujinya.
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya bin Abdullah bin Harmalah bin Imran At Tujini telah mengkhabarkan kepadaku Ibnu Wahab telah mengkhabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah bahwa ia telah mengabarkan padanya bahwa Abdullah bin Umar telah mengabarkan kepadanya bahwa Umar bin Al Khaththab pergi bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam dalam sebuah rombongan menuju Ibnu Shayyad hingga beliau menemukannya tengah bermain bersama anak-anak di dekat benteng bani Maghalah, saat itu Ibnu Shayyad hampir baligh, ia tidak sadar hingga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam memukul punggunya dengan tangan beliau, setelah itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bertanya kepada Ibnu Shayyad: "Apa kau bersaksi bahwa aku utusan Allah?" ibnu Shayyad memandang beliau lalu menjawab: Aku bersaksi bahwa Tuan adalah utusan kaum ummi (buta huruf). Ibnu Shayyad bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam: Apa Tuan bersaksi bahwa aku utusan Allah? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam menolaknya lalu bersabda: "Aku beriman kepada Allah dan para utusanNya." Setelah itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bertanya: "Apa yang kau lihat?" Ibnu Shayyad menjawab: Seorang jujur dan seorang pendusta mendatangiku. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda padanya: "Masalahnya dikacaukan padamu." Setelah itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam berkata padanya: "Aku menyembunyikan sesuatu untukmu." Ibnu Shayyad berkata: "Asap." Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda padanya: "Menyingkirlah, kau tidak akan melampaui kemampuanmu." Umar bin Al Khaththab berkata: Biarkan aku menebas lehernya, wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda padanya: "Bila ia seperti itu (beberapa ulama berpendapat Dajjal), kau tidak akan bisa menguasainya, bila tidak seperti itu, tidak ada baiknya bagimu membunuhnya."
Imam Muslim dalam hadits Muslim No.5215 merekam bagaimana peristiwa Safi Ibnu Sayyad ditemui Rasulullah dan tanda-tanda Dajjal.
menyingkap Ibnu Shayyad
Salim bin Abdullah juga menuturkan, ia mendengar Abdullah bin Umar meriwayatkan, bahwa setelah kejadian itu rasulallah dan Ubay bin Ka'ab al Anshari mendatangi kebun kurma, tempat Ibnu Shayyad berada. Ketika memasuki kebun kurma itu, rasulallah berjalan perlahan dibalik pepohonan, dan mengendap-endap mendekati Ibnu Shayyad, untuk mendekati Ibnu Shayyad untuk mendengar apa saja yang dibicarakan, sebelum ia melihat kedatangan nabi.
Pada saat itu, rasulullah melihatnya sedang berbaring di atas selembar kain, menggumamkan kalimat-kalimat samar yang nyaris tidak bisa dipahami. Pada saat bersamaan ibu Ibnu Shayyad melihat rasulallah yang bersembunyi dibalik pohon kurma. Ia pun berteriak kepada anak lelakinya, "Hai Shafi, Muhammad datang!" Mendengar teriakan ibunya itu, Ibnu Shayyad langsung bangun. Rasulallah pun berkata, "Jika ibunya membiarkan, kita pasti bisa tahu siapa dia sebenarnya.
Keberadaan Dajjal
Ketika sudah dewasa Ibnu Shayyad memeluk Islam sepeninggal nabi, suatu ketika ia pergi beserta Abu Sa’id dalam suatu perjalanan. Ibnu Shayyad mendengar apa-apa yang dibicarakan manusia tentang-nya, lalu dia merasa sangat terluka karenanya. Dia membela diri bahwa dia bukanlah Dajjal, dan berhujjah bahwa yang dikabarkan oleh nabi tentang sifat-sifat Dajjal tidak sesuai dengan keadaannya.
Dijelaskan dalam sebuah hadits dari Abu Sa’id, dia berkata, “Kami pernah keluar untuk melakukan haji atau umrah dan Ibnu Sa'id ikut bersama kami, kemudian kami singgah. Selanjutnya orang-orang berpisah sementara aku bersamanya. Aku merasa sangat takut karena apa yang dikatakan manusia tentangnya.” (Abu Sa’id) berkata, “Dia datang dengan perbekalannya, lalu dia meletakkannya bersama perbekalanku.”
Aku berkata kepadanya, “Udara sangat panas, sebaiknya engkau meletakkannya di bawah pohon itu,” (Abu Sa’id) berkata, “Akhirnya dia melakukannya.” Kemudian kami diberikan satu ekor kambing, lalu dia pergi dan kembali dengan membawa satu wadah besar, dia berkata, “Minumlah wahai Abu Sa’id!” Aku berkata, “Sesungguhnya udara sekarang ini panas sekali, dan susu itu juga panas,” sebenarnya tidak ada masalah bagiku, hanya saja aku tidak ingin meminum sesuatu yang berasal dari tangannya, (atau dia berkata) mengambil dari tangannya,” lalu dia berkata, “Wahai Abu Sa’id, sebelumnya aku hendak mengambil tali, lalu menggantungkannya di pohon, kemudian aku ikat leherku (karena merasa sakit hati) terhadap segala hal yang dikatakan oleh semua orang.
Wahai Abu Sa’id, siapakah yang tidak mengetahui hadits rasulullah Tidak ada sesuatu yang tersembunyi dari kalian wahai orang-orang Anshar. Bukankah engkau orang yang paling mengetahui hadits rasulullah? Bukankah rasulullah telah bersabda, ‘Dia (Dajjal) adalah orang kafir, sementara aku adalah seorang muslim? Bukankah rasulullah pernah bersabda bahwa dia (Dajjal) adalah orang yang tidak memiliki anak, sementara aku telah meninggalkan anak-anakku di Madinah? Bukankah rasulullah pernah bersabda bahwa dia (Dajjal) tidak akan pernah memasuki Madinah dan Makkah, sementara aku datang dari Madinah menuju Makkah?” Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Hampir saja aku menerima alasannya.”
Kemudian dia berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku mengenalnya dan mengetahui tempat kelahirannya, dan di mana dia sekarang.” Abu Sa’id berkata, “Aku berkata kepadanya, ‘Celakalah engkau pada hari-harimu.’”[9]
Dalam satu riwayat lain, Ibnu Shayyad berkata, “Demi Allah, sesungguh-nya aku mengetahui di mana dia (Dajjal) sekarang, dan mengenal bapak juga ibunya.” (Perawi berkata) dikatakan kepadanya, “Apakah engkau senang jika engkau adalah dia?” Dia menjawab, “Jika ditawarkan kepadaku, maka aku tidak akan membencinya.”[10]
Pada kisah yang lain Ibnu Umar bertanya tentang cahaya matanya yang redup, kemudian Ibnu Shayyad berbohong dengan bersumpah atas nama Allah, kisah ini diriwayatkan oleh Abdurrazzaq.[11] Di akhir riwayat Ibnu Umar sempat bertanya jika Ibnu Shayyad terpilih jadi Dajjal apa ia mau, kemudian Ibnu Shayyad menjawab dengan lugas, bahwa kalau ditawarkan maka ia tidak akan meolak. Kemudian Ibnu Umar berkata, berdoa kepada Allah untuk membinasakannya. Pada akhirnya, hal tersebut menjadi sebuah kerancuan dalam kisah-kisahnya tentang jatidiri siapa sebenarnya Ibnu Shayyad ini.
Salim berkata: Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam berdiri ditengah orang-orang, beliau memuja dan memuji dengan pujian yang layak baginya, setelah itu beliau menyebut Dajjal, beliau bersabda: "Sesungguhnya aku mengingatkan kalian darinya. Tidak ada seorang nabi pun melainkan telah mengingatkan kaumnya dari Dajjal. Nuh telah mengingatkan kaumnya, namun aku akan menyebutkan suatu hal pada kalian yang belum pernah dikemukakan oleh seorang nabi pun kepada kaumnya: ketahuilah bahwa ia (Dajjal) buta sebalah matanya sedangkan Allah Tabaraka wa Ta'ala tidak buta sebelah mata."
Ibnu Syihab berkata: telah mengkhabarkan kepadaku Umar bin Tsabit Al Anshari bahwa telah mengkhabarkan kepadanya sebagaian sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda saat mengingatkan orang-orang terhadap Dajjal: "Diantara kedua matanya tertulis KAFIR yang bisa dibaca oleh orang yang membenci perbuatannya atau bisa dibaca oleh setiap orang mu`min." Beliau bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada seorang pun dari kalian yang melihat Rabbnya 'azza wajalla hingga ia meninggal."
Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Hulwani dan Abdu bin Humaid keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'id telah menceritakan kepada kami ayahku dari Shalih dari Ibnu Syihab telah mengkhabarkan kepadaku Salim bin Abdullah bahwa Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam pergi bersama beberapa sahabat beliau, diantara mereka ada Umar bin Al Khaththab, beliau bertemu dengan Ibnu Shayyad, seorang anak yang telah mendekati baligh, ia tengah bermain bersama anak-anak di dekat bentung bani Mu'awiyah. Ia menyebut hadits seperti hadits Yunus hingga akhir hadits Umar bin Tsabit. Disebutkan dalam hadits tersebut: Dari Ya'qub berkata: Ubai berkata tentang sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam: "Andai kau membiarkannya menjelaskan, " yaitu andai ibunya membiarkannya (Ibnu Shayyad) tentu ia menjelaskan masalahnya.
Telah menceritakan kepada kami Abdu bin Humaid dan Salamah bin Syabib, semuanya dari Abdurrazzaq telah mengkhabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri dari Salim dari Ibnu Umar, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam melewati Ibnu Shayyad bersama sahabat-sahabat beliau diantaranya Umar bin Al Khaththab, ia tengah bermain bersama anak-anak di dekat benteng bani Maghalah, ia (Ibnu Shayyad) adalah anak, dan seterusnya semakna dengan hadits Yunus dan Shalih, hanya saja Abdu bin Humaid tidak menyebut hadits Ibnu Umar tentang kepergian nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersama Ubai bin Ka'ad menuju kebun kurma.
Salim bin Abdullah berkata: Aku mendengar Abdullah bin Umar bekata: Setelah itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam dan Ubai bin Ka'ab Al Anshari pergi menuju kebun kurma dimana Ibnu Shayyad berada hingga beliau memasuki kebun. Beliau langsung menjaga diri dengan pelepah kurma agar tidak memasang telinga supaya tidak mendengar apa pun yang dikatakan Ibnu Shayyad sebelum melihatnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam melihatnya tengah berbaring di atas hamparan kain beludru miliknya. Ibu Ibnu Shayyad melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam tengah menjaga diri dengan pelepah kurma, ibunya berkata padanya (Ibnu Shayyad): Hai Shaf -nama Ibnu Shayyad- ini Muhammad. Ibnu Shayyad langsung bangun, lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Andai kau membiarkannya menjelaskan."
0 comments:
Posting Komentar