Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Jumat, 13 Juni 2025

Hikmah Kisah Nabi Yusuf A.S

Hikmah Kisah Nabi Yusuf A.S

Pelajaran yang didapat dari kisah Nabi Yusuf A.S. Banyak      ajaran  dan   ibrah   yang   dapat   dipetik   dari  Kisah    Nabi   Yusuf    yang   penuh    dengan pengalaman hidup yang kontriversi itu. Di antaranya ialah :~ Bahwasanya penderitaan seseorang yang nampaknya merupakan suatu musibah dan bencana, pd hakikatnya   dalam   banyak   hal   bahkan   merupakan   rahmat   dan   barakah   yang   masih   terselubung bagi penderitaannya.Karena selalunya bahwa penderitaan yang di anggapkan itu suatu musibah adalah menjadi permulaan dari kebahagiaan dan menjadi kesejahteraan yang tidak diduga semula. Demikianlah   apa   yang   telah   dialami   oleh   Nabi   Yusuf   dengan   pelemparan   dirinya   ke   dalam sebuah     perigi  oleh   saudara-saudaranya       sendiri,  disusuli   dengan    pemenjaraannya       oleh  para penguasa      Mesir. 

hikmah kisah nabi yusuf


  Semuanya      itu  merupakan     jalan   yang   harus   ditempuh     oleh   beliau   untuk mencapai   puncak   kebesaran   dan   kemuliaan   sebagai   nabi   serta   tngkat   hidup   yang   mewah   dan sejahtera     sebagai    seorang    penguasa     dalam    sebuah     kearajaan    yang    besar   yang    dengan kekuasaannya sebagai wakil raja, dapat menghimpunkan kembali seluruh anggota keluarganya setelah sekian lama berpisah dan bercerai-berai. Maka   seseorang   mukmin        yang   percaya   kepada takdir,   tidak   sepatutnya   merasa   kecewa   dan berkecil hati bila tertimpa sesuatu musibah dalam harta kekayaannya, kesihatan jasmaninya atau keadaan   keluarganya.      Ia  harus   menerima   percubaan   Allah   itu   dengan     penuh   kesabaran   dan tawakkal   seraya   memohon   kepada   Yang   Maha   Kuasa   agar   melindunginya   dan   mengampuni segala dosanya, kalau-kalau musibah yang ditimpakan kepadanya itu merupakan peringatan dari Allah kepadanya untuk bertaubat. Dan sebaliknya bila seseorang mukmin memperoleh nikmat dan kurinia Allah berupa perluasan rezeki, kesempurnaan kesihatan dan kesejahteraan keluarga, ia tidak sepatutnya memperlihatkan sukacita    dan   kegembiraan      yang   berlebih-lebihan.    Ia  bahkan    harus   bersyukur    kepada    Allah dengan melipat gandakan amal solehnya sambil menyedarkan diri bahwa apa yang diperolehnya itu   kadang-kadang   boleh   tercabut   kembali   bila   Allah   menghendakinya.

  Lihatlah   sebagaimana teladan Nabi Yusuf yang telah kehilangan iman dan tawakkalnya kepada Allah sewaktu berada seorang   diri   di   dalam   perigi   mahupun   sewaktu   merengkok   di   dalam   penjara,   demikian   pula sewaktu   dia   berada   dalam   suasana   kebesarannya   sebagai   Penguasa   Kerajaan   Mesir,   ia   tidak disilaukan oleh kenikmatan duniawinya dan kekuasaan besar yang berada di tangannya. Dalam kedua keadaan itu ia tidak melupakan harapan, syukru dan pujaan kepada Allah dan sedar bahwa dirinya sebagai makhluk   yang lemah tidak berkuasa mempertahankan segala kenikmatan   yang diperolehnya      atau  menghindarkan       diri  dari  musibah   dan   penderitaan    yang   Allah   limpahkan kepadanya.   Ia   mengembalikan   semuanya   itu   kepada   takdir   dan   kehendak   Allah   Yang   Maha Kuasa. Nabi Yusuf telah memberi contoh dan teladan bagi kemurnian jiwanya   dan keteguhan hatinya tatkala   menghadapi   godaan   Zulaikha,   isteri   ketua   Polis   Mesir,   majikannya.   Ia   diajak   berbuat maksiat oleh Zulaikha seorang isteri yang masih muda belia, cantik dan berpengaruh, sedang ia sendiri   berada   dalam   puncak   kemudaannya,   di   mana   biasanya   nafsu   berahi   seseorang   masih berada di tingkat puncaknya. Akan tetapi ia dapat menguasai dirinya dan dapat mengawal nafsu kemudaannya,   menolak   ajak   isteri   yang   menjadi   majikannya   itu,   karena   ia   takut   kepada   Allah dan    tidak  mahu     mengkhianati     majikannya   yang   telah  berbuat    budi   kepadanya     dirinya   dan memperlakukannya seolah-olah anggota keluarganya sendiri.

Sebagai akibat penolakannnya itu ia   rela   dipenjarakan     demi    mempertahankan        keluhuran     budinya,    keteguhan     imannya      dan kemurnian jiwanya. Nabi Yusuf memberi contoh tentang sifat seorang kesatria yang enggan dikeluarkan dari penjara sebelum   persoalannya   dengan   Zulaikha   dijernihkan.   Ia   tidak   mahu   dikeluarkan   dari   penjara kerana   memperoleh   pengampunan   dari   Raja,   tetapi   ia   ingin   dikeluarkan   sebagai   orang   yang bersih, suci dan tidak berdosa. Karenanya ia sebelum menerima undangan raja kepadanya untuk datang ke istana, ia menuntut agar diselidik lebih dahulu tuduhan-tuduhan palsu dan fitnahan- fitnahan yang dilekatkan orang kepada dirinya dan dijadikannya alasan untuk memenjarakannya. Terpaksalah       raja  Mesir     yang    memerlukan       Yusuf    sebagai    penasihatnya,     memerintahkan pengusutan      kembali    peristiwa   Yusuf    dengan    Zulaikha    yang    akhirnya    dengan    terungkapnya kejadian yang sebenar, di mana mereka bersalah dan memfitnah mengakui bahawa Yusuf adalah seorang yang bersih suci dan tidak berdosa dan bahwa apa yang dituduhkan kepadanya itu adalah palsu belaka. Suatu   sifat   utama   pembawaan   jiwa   besar   Nabi   Yusuf   menonjol   tatkala   ia   menerima   saudara- saudaranya      yang   datang    ke  Mesir   untuk   memperolehi       hak  pembelian     gandum     dari  gudang pemerintah   karajaan   Mesir.   Nabi      Yusuf   pada  masa   itu,  kalau   ia   mahu   ia   dapat  melakukan pembalasan   terhadap   saudara-saudaranya   yang   telah   melemparkannya   ke   dalam   sebuah   perigi dan memisahkannya dari ayahnya yang sangat dicintai. Namun sebaliknya ia bahkan menerima mereka     dengan    ramah-tamah       dan  melayani     keperluan    mereka    dengan    penuh    kasih   sayang, seolah-olah tidak pernah terjadi apa yang telah dialami akibat tindakan saudara-saudaranya yang kejam     dan   tidak  berperikemanusiaan.       Demikianlah      Nabi   Yusuf    dengan    jiwa  besarnya    telah melupakan semua penderitaan pahit   yang telah dialaminya akibat tindakan saudara-saudaranya itu   dengan    memberi     pengampunan       kepada    mereka,    padahal   ia  berada   dalam    keadaan    yang memungkinkannya   melakukan   pembalasan   yang   setimpal.   Dan  pengampunan   yang   demikian itulah yang akan berkesan kepada orang yang diampuni dan yang telah dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam beberapa ayat Al-Quran dan beberapa hadis nabawi.

0 comments:

Posting Komentar