Ibnu Shayyad yang Dianggap Dajjal
Abu Sulaiman Al Khaththabi berkata: Sesungguhnya banyak perbedaan
pendapat yang terjadi di kalangan orang banyak tentang permasalahan Ibnu
Shayyad (anak si pemburu). Dikarenakan begitu rumitnya permasalahan ini, maka
ada yang bertanya, "Bagaimana mungkin kalau Rasulullah bisa berteman
dengan orang yang mendakwakan dirinya sebagai nabi,
bahkan Rasulullah SAW tinggal bersamanya di Madinah?Serta
perlakuan tidak baiknya pada Nabi dan dia juga tahu tentang Ad-Dukhan, dan Nabi
SAW juga berkata kepadanya, 'celakalah engkau, wahai Ibnu Shayyad.
Sungguh engkau tidak akan bisa melawan takdir Tuhan kepadamu'?"
Abu Sulaiman berkata: Menurutku, persoalan ini muncul pada hari
rekonsiliasi antara Nabi dengan orang-orang Yahudi dan para sekutunya. Itu
terjadi setelah kedatangan Nabi di Madinah. Dalam surat perjanjian dituliskan
bahwa antara Nabi dan orang-orang Yahudi harus bekerja sama dan tidak boleh
saling memutuskan hubungan. Pada saat perjanjian itu, Ibnu Shayyad berada dalam
hitungan kaum Yahudi.Dia juga mempraktekkan ilmu perdukunan dan nujum.
(Tentang Ad-Dukhan) yang disampaikan Ibnu Shayyad itu berasal dari
syetan dan bukan berasal dari wahyu, karena dia tidak akan mempunyai kemampuan
seperti nabi. Selanjutnya Nabi SAW menjawab ucapan tersebut, "Celakalah
engkau, sungguh engkau tidak akan bisa melawan takdir Tuhan kepadamu?" Sedangkan
apa yang diucapkan oleh syetan sebagiannya kadang-kadang benar dan sebagian
lagi kadang-kadang salah.
Anak tersebut adalah putera seorang pemburu Yahudi yang tinggal di
Madinah pada zaman Rasulullah SAW.Anak tersebut mempunyai sifat-sifat Al Masih
Ad-Dajjal.Dia seorang peramal (dukun) dan salah satu dari dajjal yang
ada.Keberadaannya membuat ragu para sahabat, bahkan bagi Rasulullah sendiri.
Akan tetapi, wahyu dari Allah SWT yang menerangkan tentang anak tersebut tidak
pernah turun kepada beliau SAW. Kisah anak seorang pemburu itu adalah suatu hal
yang mustahil dan mencurigakan.Akan tetapi, yang jelas dia adalah salah satu
dari dajjal yang ada.Wahyu juga tidak pernah turun kepada Nabi SAW (yang
menerangkan tentang anak tersebut.) Bahkan beliau SAW berkata kepada Umar bin
Al Khaththab ketika dia hendak membunuhnya, "Tidak ada baiknya
bagi engkau untuk membunuhnya." (HR. Al Bukhari)
Dikatakan bahwa Nabi berkata kepada Umar, "Jika dia
Dajjal maka engkau tidak akan berkuasa terhadapnya, dan jika dia bukan Dajjal
maka tidak ada baiknya bagi engkau untuk membunuhnya." Hal itu
disebabkan yang akan membunuhnya adalah Isa bin Maryam. (HR. Muslim)
Oleh karena itu, kita tidak akan memperpanjang masalah ini, akan
tetapi hanya menyerahkannya kepada Allah SWT.
Adapun hikmah dari permasalahan ini adalah bahwa Allah memberikan
ujian kepada orang mukmin agar mereka memerangi siapa saja yang ingin
menghilangkan tanda-tanda kebesaran Allah.Sesungguhnya Allah telah memberikan
ujian kepada kaum Musa berupa seekor patung anak lembu.Sebagian mereka ada yang
selamat dari ujian tersebut (mereka inilah orang-orang yang mendapat petunjuk)
dan sebagian lainnya tidak sanggup menghadapi ujian itu.
Riwayat yang menceritakan tentang Ibnu Shayyad sangat banyak dan
beraneka ragam, diantaranya menceritakan bahwa Ibnu Shayyad telah bertobat dan
dia meninggal di Madinah.Sebelum dia dishalatkan, orang-orang menyingkapkan
wajahnya sehingga semua orang yang ada pada saat itu dapat melihatnya.
Seseorang yang sudah tua mengatakan bahwa Jabir dan Umar telah
bersumpah bahwa Ibnu Shayyad adalah Dajjal, dan ini merupakan pendapat yang
shahih, yang berbeda dengan pendapat tersebut.
Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa Ibnu Shayyad adalah
Dajjal, berdasarkan pendapat Abu Dzar.
Ibnu Umar dan Ibnu Jabir mengatakan bahwa mereka kehilangan dia
pada hari yang sangat panas.Hal ini berbeda dengan riwayat yang menyebutkan
bahwa dia meninggal di Madinah.
Keterangan tambahan mengenai Dajjal yang menurut pendapat kami
adalah Ibnu Shayyad, akan dijelaskan dalam pembahasan tentang al jassasah dalam
bab berikutnya.
0 comments:
Posting Komentar