Bertasbih diwaktu pagi dan petang
Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 41:
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ
بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ
“Dan sebutlah nama Tuhanmu banyak-banyak, dan bertasbihlah pada waktu
petang dan pagi hari.”
Ibnu
Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa perintah ini ditujukan untuk memperbanyak
dzikir, bersyukur, dan bertasbih dalam keadaan apapun. Ini menunjukkan betapa
pentingnya konsistensi dalam mengingat Allah.
Apakah bertasbih hanya mengucapkan Subhanallah?
Meskipun
ucapan “Subhanallah” adalah bentuk tasbih yang paling umum, makna bertasbih
sebenarnya lebih luas dari itu. Para ulama tafsir memiliki beberapa pendapat
mengenai hal ini:
1. Al-Wahidi menafsirkan bahwa bertasbih dalam konteks
ayat tersebut berarti melaksanakan shalat.
2. Ibnu ‘Athiyyah berpendapat bahwa maknanya adalah
mengucapkan “Subhanallah” secara lisan.
3. At-Thabari menggabungkan kedua pendapat, menyatakan
bahwa bertasbih mencakup ibadah secara umum, termasuk shalat dan dzikir.
Apa perbedaan antara dzikir
dan tasbih?
Meskipun
sering digunakan secara bergantian, dzikir dan tasbih memiliki perbedaan
subtle. Dzikir secara umum berarti mengingat Allah dalam berbagai bentuk,
termasuk menyebut nama-Nya, memuji-Nya, atau merenung tentang kebesaran-Nya.
Tasbih, di sisi lain, lebih spesifik. Ia merupakan bentuk
dzikir yang menekankan pada pensucian Allah dari segala kekurangan atau hal-hal
yang tidak layak bagi-Nya.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim (No. 2731):
أَحَبُّ الْكَلَامِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ
اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ
“Kalimat yang paling dicintai Allah ada empat:
Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), Laa
ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah), dan Allahu Akbar (Allah Maha
Besar).”
Apa hikmah di balik
perintah bertasbih secara rutin?
Bertasbih secara rutin membawa banyak hikmah dalam
kehidupan seorang muslim:
1. Mengingatkan kita akan kebesaran Allah dan kecilnya
diri kita sebagai hamba.
2. Membantu kita tetap fokus pada tujuan hidup yang
hakiki.
3. Membersihkan hati dan pikiran dari hal-hal negatif.
4. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang Allah
berikan.
5. Menguatkan iman dan ketaqwaan kita.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 41-42:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا
كَثِيرًا ﴿٤١﴾ وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ﴿٤٢﴾
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah
kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah
kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.”
Untuk
mengamalkan perintah bertasbih dengan optimal, kita bisa memperhatikan beberapa
hal berikut:
1. Konsistensi: Usahakan untuk bertasbih secara rutin
setiap pagi dan petang.
2. Kekhusyukan: Bertasbihlah dengan penuh penghayatan,
bukan sekadar ucapan lisan.
3. Variasi: Selain mengucapkan “Subhanallah”, kita juga
bisa membaca tasbih yang lain seperti “Subhanallah wa bihamdihi” atau
“Subhanallahil ‘azhim”.
4. Integrasi dengan ibadah lain: Misalnya, bertasbih
setelah shalat wajib atau sunnah.
5. Memanfaatkan teknologi: Gunakan aplikasi pengingat
dzikir di smartphone jika diperlukan.
Makna dari
sore dan pagi
Ayat ini tertera pada firman Allah terkait Nabi Zakariya
–‘alaihis salam-:
قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً
قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمْزًا
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Allah
berfirman, “Tanda bagimu, adalah bahwa engkau tidak berbicara dengan manusia
selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu
banyak-banyak, dan bertasbihlah (memuji-Nya) pada waktu petang dan pagi hari.”
(QS. Ali Imron: 41)
Maksud dari
ayat di atas menurut beberapa tafsir
Pertama:
Para ahli tafsir telah menyebutkan arti Al ‘Asyiy wal Ibkar, Al
‘Asyiy adalah akhir siang, yaitu; condongnya matahari sampai terbenam. Al Ibkar
adalah pagi hari dan awal fajar, dari terbit fajar sampai waktu dhuha. Mujahid
berkata: “Al Ibkar adalah awal fajar, dan al ‘Asyiy adalah condongnya matahari
sampai terbenam”. Selesai. (Jami’ Al Bayan: 5/392)
Kedua:
Maksud dari tasbih dalam ayat; وسبح بالعشي والإبكار
Adapun maksud dari tasbih di sini, maka ahli tafsir telah
menyebutkan beberapa pendapat:
Maksudnya adalah shalat
Al Wahidi berkata: “Firman Allah Ta’ala; وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ adalah shalatlah kepada Allah. Shalat
juga dinamakan tasbih; karena shalat itu mentauhidkan Allah Ta’ala di dalamnya,
dan mensucikannya, dan mensifati semua yang akan membebaskannya dari
keburukan”. Selesai. (At Tafsir al Basith: 5/242)
Al Baghawi berkata: “Dikatakan; maksud dari tasbih adalah
shalat, dan al ‘Asyiy adalah antara tergelincirnya matahari sampai terbenam,
dan darinya juga shalat dzuhur dan ashar dinamakan dengan shalat Al ‘Asyiy. Dan
Al ibkar adalah antara shalat subuh sampai waktu dhuha”. Selesai. (Tafsir Al
Baghawi: 2/36)
Ibnul Jauzi berkata: “Firman Allah Ta’ala: وَسَبِّحْ Muqatil berkata: “Shalatlah”. Az Zajjaj berkata:
“Dikatakan; saya selesai dari subhati adalah dari shalatku. Dan Shalat juga
dinamakan dengan tasbih; karena tasbih adalah pengagungan kepada Allah, dan
membebaskan-Nya dari keburukan, maka shalat disifati di dalamnya dengan semua
hal yang membebaskan-Nya dari keburukan”. Selesai. (Zaadul Masiir: 1/281)
Ar Rozi menguatkan hal ini karena beberapa hal: “Firman Allah وسبح ada dua pendapat:
Salah satunya maksudnya adalah dan shalatlah; karena shalat
dinamakan dengan tasbih; Allah Ta’ala berfirman:
فسبحان الله حين تمسون
“Maka bertasbihlah kepada Allah saat petang hari”. (QS. Ar Rum:
17)
Demikian juga; bahwa shalat itu mencakup tasbih, maka shalat
boleh dinamai dengan tasbih.
Di sinilah dalil yang menunjukkan akan terjadinya kemungkinan
ini dari dua sisi:
Pertama; kalau saja kita bawa maknanya kepada tasbih dan tahlil
maka tidak ada perbedaan antara ayat ini dan antara ayat sebelumnya, yaitu
firman Allah:
واذكر ربك
“Dan berdzikirlah kepada Tuhanmu”.
Maka saat itu menjadi batal; karena menyambungkan sesuatu pada
dirinya ini tidak boleh.
Kedua; bahwa hal itu sangat cocok dengan firman Allah Ta’ala:
أقم الصلاة طرفي النهار
“Dirikanlah shalat pada dua ujung siang”.
Dan keduanya bahwa firman Allah: “dan berdzikirlah kepada
Tuhanmu” dibawa kepada berdzikir dengan lisan”. Selesai. (Tafsir ar Rozi:
8/216)
Maksudnya adalah
berdzikir dengan lisan
Ibnu ‘Athiyyah
berkata: “Firman Allah Ta’ala; (وَسَبِّحْ) artinya adalah katakanlah subhanallah, dan suatu kaum
berkata: artinya adalah shalatlah. Pendapat pertama yang lebih benar; karena
sesuai dengan dzikir, dan termasuk aneh saat manunia enggan berbicara. Selesai.
(Al Muharrah al Wajiz fi Tafsir Al Kitab Al Aziz: 1/432)
Ibnu Katsir berkata:
“Kemudian
diperintahkan untuk memperbanyak dzikir, bersyukur, tasbih pada keadaan ini”.
Selesai. (Tafsir Ibnu Katsir: 2/39)
Dan nampaknya yang
dilakukan oleh At Thobari bahwa beliau telah menggabungkan antara dua pendapat;
bahwa maksud dari tasbih adalah ibadah, dan adapun firman Allah: وسبح بالعشي (dan bertasbihlah
pada petang pada petang hari) (QS. Ali Imron: 41) maknanya adalah “Agungkanlah
Tuhanmu, dengan beribadah kepada-Nya pada petang hari”. Selesai. (Tafsir
Thobari: 5/391)
0 comments:
Posting Komentar