Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki

Minggu, 08 September 2024

Analisa Tulisan Ali bin Abu Bakar as-Sakran dalam kitabnya Al-Burqat al- Musyiqat

 Latar belakang penelitian  nasab para habaib adalah kecurigaan masyarakat karena sifat arogansi dan akhlak yang jauh dari cerminan akhlak Rasulullah Saw melalui metode pendekatan kitab sezaman terlebih lagi ada oknum habib yang menafikan nasab Walisanga tentunya hal ini menyakiti sebagian besar ulama pribumi pada awalnya semua masyarakat sudah menghusnudzoni nasab tersebut tetapi karena ada banyak kejanggalan dari  akhlak yang mengaku dari golongan nasab yang mulia tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Metode kitab sezaman tentunya tidak hanya satu metode untuk mencari bukti kebenaran apakah nasab tersebut benar-benar tersambung kepada baginda Nabi Muhammad Saw perlu adanya tambahan metode lain kitab sezaman hanya pencarian data awal untuk melakukan penelitian yang lebih kompleks  atau lanjutan penelitian untuk mencari kebenaran bukan pembenaran

dalam catatan kitab abad ke 3 sampai ke 9 tidak pernah mencatat Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaidillah Ahmad bin Isa wafat pada tahun 345 Hijriah

Berikut kitab-kitab abad ke 3-9 yang bisa menjadi rujukan untuk pengembangan penelitian

Sisilah catatan kitab abad ke 3-9

Kitab awal catatan keturunan ahmad bin isa ada dalam Kitab Muntaqilat al- Thalibiyah karya Abu Ismail Ibrahim bin Nasir ibnu Thobatoba (w.400 an H.), yaitu sebuah kitab yang menerangkan tentang daerah-daerah lokasi perpindahan para keturunan Abi Thalib. Dalam kitab itu disebutkan, bahwa keturunan Abi Thalib yang ada di Roy adalah Muhammad bin Ahmad al-Naffat.bukan Ahmad al Muhajir

Silsilah keturunan ahmad a muhajir

ada keturunan Abu Tholib bernama) Muhammad bin Ahmad an- Naffat bin Isa bin Muhammad al-Akbar bin Ali al-Uraidi. Keturunannya (Muhammad bin Ahmad) ada tiga: Muhammad, Ali dan Husain.‛

Kitab rujukan setelah kitab sezaman adalah sebagai berikut

Pertama, Kitab Tahdib al- Ansab wa Nihayat al-Alqab yang dikarang Al- Ubaidili (w.437 H.). hidup  satu  masa dengan Alwi,  dan satu masa pula dengan ayahnya yaitu Ubaidillah Ketika ia menyebut keturunan Ali al- Uraidi, Al-Ubaidili tidak menyebut nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa

anak ahmad al muhajir

Pada masa Ubailah dan Alwi Kitab sezaman pada masa itu mencatat

catatan keturunan ahamd bin isa

Hanya mencatat nama Muhammad sebagai anak ahmad (Ahmad bin Isa)

Ahmad bin Isa al-Naqib bin Muhammad bin Ali al-Uraidi, diberikan gelar Al- Naffat, sebagian dari keturunannya adalah Abu Ja’far (al-A’ma: yang buta) Muhammad bin Ali bn Muhammad bin Ahmad, ia buta di akhir hayatnya, ia pergi ke Basrah menetap dan wafat di sana. Dan ia mempunyai anak. Saudaranya di Al-Jabal (gunung) juga mempunyai anak.‛ Al-Ubaidli ini selama hidupnya sering mengunjungi banyak negara seperti: Damaskus, Mesir,

tahdzib al-ansab

Tabariyah, Bagdad dan Mousul,46 jika demikian, seyogyanya Al-Ubaidili, ketika menerangkan keturunan Ahmad bin  Isa,  ia mencatat  nama Alwi sebagai cucu  Ahmad bin  Isa dan Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa

Kedua, Kitab Al-Majdi fi Ansab al-Talibiyin karya Sayyid Syarif Najmuddin Ali bin Muhammad al-Umari al-Nassabah ) (w.490 H.)



Kitab al Majdi perkiraan ditulis pada masa Muhammad bin Alwi dan Alwi bin Muhammad

catatan kitab sezaman muhammad bin alwi bin ubaidullah

Pada masa itu catatan yang ditulis di buku nasab tentang keturan Ahmad bin isa adalah


catatan kitab sezaman cucu ahmad al muhajir

dalam kitab itu ia menyebutkan, bahwa di antara keturunan Ahmad bin Isa ada di Bagdad, yaitu dari Al-Hasan Abu Muhammad al-Dallal Aladdauri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa. Sama seperti Al-Ubaidili, Al-Umari hanya menyebutkan satu anak saja dari Ahmad bin Isa.

Dan Ahmad Abul Qasim al-Abah yang dikenal dengan ‚al-Naffat‛ karena ia berdagang minyak nafat (sejenis minyak tanah), ia mempunyai keturunan di bagdad dari al-Hasan Abu Muhammad ad-Dalal Aladdauri di Bagdad, aku melihatnya wafat diakhir umurnya di Bagdad, ia anak dari Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa bin Muhammad (an-Naqib) bin (Ali) al-Uraidi.‛

Dari 3 generasi hingga cucu masih belum ditemukannya nama Ubaidillah

Kitab yang ketiga adalah Al-Syajarah al-Mubarakah karya Imam Al-Fakhrurazi (w.606 H.),


sajarah mubarakah

kitab itu selesai ditulis pada tahun 597 Hijriah, dalam kitab itu Imam Al- Fakhrurazi menyatakan dengan tegas bahwa Ahmad bin Isa tidak mempunyai anak bernama Ubaidillah. Kutipan dari kitab itu sebagai berikut:


keturunan ubaidullah bin ahmad

Adapun Ahmad al-Abh, maka anaknya yang berketurunan ada tiga: Muhammad Abu ja’far yang berada di kota Roy, Ali yang berada di Ramallah, dan Husain yang keturunanya ada di Naisaburi.‛

silsilah muhammad an-naqib

pada masa Imam al Faqih Muqaddam pun nama Ubaidullah ini belum dikenal

Dalam kitab tersebut ada penegasan jumlah anak

Dari kutipan di atas, Imam Al-Fakhrurazi tegas menyebutkan bahwa Ahmad al-Abh bin Isa keturunannya hanya dari  tiga anak,  yaitu:  Muhammad, Ali dan Husain. Tidak ada anak bernama Ubaidilah atau Abdullah, baik yang berketurunan, maupun tidak.. Ia menyebutkan jumlah anak Ahmad bin Isa dengan menggunakan ‚jumlah ismiyah‛ (proposisi dalam Bahasa Arab yang disusun menggunakan kalimat isim atau kata benda) yang menunjukan ‚hasr‛ (terbatas hanya pada yang disebutkan). Para ahli nasab mempunyai kaidah-kaidah khusus dalam ilmu nasab, diantaranya, jika menulis dengan ‚jumlah fi’liyah‛ (proposisi Bahasa  Arab  yang  disusun  dengan  menggunakan  kalimat  fi’il  atau  kata  kerja) misalnya dengan lafadz    ثٚثة من
 
َب ْعَق أَ    (ia berketurunan   dari tiga anak), maka maksudnya jumlah anak yang dipunyai tidak terbatas kepada bilangan yag disebutkan, masih ada anak yang tidak disebutkan karena suatu hal. Tetapi jika menggunakan ‚jumlah ismiyah‛ seperti kalimat kitab Al-Syajarah al-Mubarakah itu, maka maksudnya adalah jumlah anak yang berketurunan hanya terbatas kepada bilangan yang disebutkan.

Dan kitab kitab rujukan yang lain seperti kitab Al-Syajarah al-Mubarakah menggunakan redaksi ‚jumlah ismiyah‛ : ‚fa ‘aqibuhu min salasati banin‛ (maka keturunan Ahmad Al-Abh itu dari tiga anak) Artinya, Imam Al-Fakhrurazi telah yakin seyakin-yakinnya, berdasar pengetahuannya dari sejumlah saksi, bahwa jumlah anak yang berketurunan dari Ahmad hanya terbatas kepada tiga anak: Muhammad, ‘Ali dan Husain. Ahmad al-Abh tidak mempunyai anak bernama Ubaidillah 

pengarang kitab ini wafat tahun 606 Hijriah, sudah 261 tahun dihitung mulai dari wafatnya Ahmad bin Isa

Kitab Al-Fakhri fi Ansabitalibin karya Azizuddin Abu Tolib Ismail bin Husain al-Marwazi (w.614 H.) menyebutkan yang sama seperti kitab-kitab abad kelima, yaitu hanya menyebutkan satu jalur keturunan Ahmad bin Isa yaitu dari jalur Muhammad bin Ahmad bin Isa.

Sampai abad ketujuh ini tidak ada nama anak Ahmad yang bernama Ubaidillah dan pula tidak ada disebutkan bahwa Ahmad bin Isa Hijrah ke Hadramaut dan mempunyai keturunan di sana.
Kitab Al-Asili fi Ansabittholibiyin karya Shofiyuddin Muhammad ibnu al- Toqtoqi al-Hasani (w.709 H.) menyebutkan satu sampel jalur keturunan Ahmad bin Isa yaitu melalui anaknya yang bernama Muhammad bin  Ahmad    bin Isa. Kutipan lengkapnya seperti berikut ini

Nama Ubaidillah baru ditemukan pada masa Ali bin Abu bakar Asy Syakran

silsilah keluarga ubaidullah menurut ali bin abu bakar asy syakran


Rentang waktu sekitar 550 tahun  nama ubaidillah baru dicatat oleh habib Ali bin Abu Bakar asy Syakran jika di misalkan dimana artikel ini dibuat  tahun 2024 nama Ubaidillah ini hidup pada tahun 1474 pada masa Walisanga era sebelum Voc

Logika :

Jika masa sekarang ada yang mengaku keturunan Walisanga atau petinggi Voc bisakah orang menemukan kebenarannya?Tentu saja jawabannya sangat sulit

Dalam masyarakat jawa Keturunan di beri nama masing-masing sesuai silsilahnya Urutannya

Trah moyang ke-1 disebut dengan nama bapak/ simbok.

Trah moyang ke-2 disebut dengan nama simbah atau eyang. Untuk perempuan akan disebut dengan simbah puteri atau eyang puteri, sementara untuk laki-laki akan disebut dengan simbah kakung atau eyang kakung.

Trah moyang ke-3 disebut mbah buyut

Trah moyang ke-4 disebut mbah canggah

Trah moyang ke-5 disebut mbah wareng

Trah moyang ke-6 disebut mbah udheg-udheg

Trah moyang ke-7 disebut mbah gantung siwur

Trah moyang ke-8 disebut mbah gropak senthe

Trah moyang ke-9 disebut mbah debok bosok

Trah moyang ke-10 disebut mbah galih asem

Trah moyang ke-11 disebut mbah gropak waton

Trah moyang ke-12 disebut mbah cendheng

Trah moyang ke-13 disebut mbah giyeng

Trah moyang ke-14 disebut mbah cumpleng

Trah moyang ke-15 disebut mbah ampleng

Trah moyang ke-16 disebut mbah menyaman

Trah moyang ke-17 disebut mbah menya-menya

Trah moyang ke-18 disebut mbah trah tumerah

 

1.Keturunan  ke-1 Anak

2.Keturunan  ke-2 Putu

3.Keturunan  ke-3 Buyut

4.Keturunan  ke-4 Canggah

5.Keturunan  ke-5 Wareng

6.Keturunan  ke-6 Udhek-Udhek

7.Keturunan  ke-7 Gantung Siwur

8.Keturunan  ke-8 Gropak Senthe

9.Keturunan  ke-9 Debog Bosok

10.Keturunan ke-10 Galih Asem

11.Keturunan ke-11 Gropak Waton

12.Keturunan ke-12 Cendheng

13.Keturunan ke-13 Giyeng

14.Keturunan ke-14 Cumpleng

15.Keturunan ke-15 Ampleng

16.Keturunan ke-16 Menyaman

17.Keturunan ke-17 Menyo-Menyo

18.Keturunan ke-18 Tumerah

Jika kita Analisa melalui Tulisan habib Ali bin Abu Bakar Asy-Syakran


kelemahan metode kitab sezaman

Jika ditinjau dari pandangan masyarakat jawa Habib Ali bin Abu Bakar asy-Syakaran ini memiliki kekerabatan dengan Ubaidullah yang dinamakan Keturunan ke-12 Cendheng

Logika:

Jika ada seseorang mengaku saudara kita dan mengatakan kita satu cendheng apa yang kita rasakan?jawabannya mungkin sudah terlalu jauh bahkan orang cenderung tidak peduli khususnya di masyarakat jawa

Sebenarnya metode kitab sezaman itu bisa membantu logika kita jika kita mencurigai nasab seseorang tetapi perlu dilakukan penelitian dan uji coba yang lain


Download menganalisa tulisan ali abu bakar asy syakran dalam kitab Al Burqat al-Musiqat

Analisa Kitab al Burqat musyiqat



0 comments:

Posting Komentar