Silsilah Sunan Gunung jati menurut Menurut data dari Keprabon Cirebon yang disahkan oleh Naqib Internasional melalui Naqib Hasyimiyyun Turki, berdasarkan atas
manuskrip
kitab nasab
isbat international
uji dna
Versi Naqib Hasyimiyyun Turki
1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
2. Husein Asy-Syahid (imam III Syiah
Dua Belas Imam)
3. Ali Zainal Abidin (imam IV Syiah
Dua Belas Imam)
4. Muhammad Al-Baqir (imam V Syiah
Dua Belas Imam)
5. Ja’far Ash-Shadiq (imam VI Syiah
Dua Belas Imam)
6. Musa Al-Kadzim (imam VII Syiah
Dua Belas Imam)
7. Ali Ar-Ridha (imam VIII Syiah Dua
Belas Imam)
8. Muhammad Al-Jawad (imam IX Syiah
Dua Belas Imam)
9. Ali Al-Hadi (imam X Syiah Dua
Belas Imam)
10. Ja’far Az-Zaki
11. Ali Al-Asykar
12. Abdullah At-Taqi
13. Ahmad
14. Mahmud
15. Muhammad
16. Ja’far
17. Ali Al-Mu’ayyid
18. Sayyid Husain Jalaluddin
Al-Bukhari / Jalal Azamatkhan
19. Ahmad Al-Kabir
20. Makhdum Husein Jalaluddin
An-Naqwi
21. Mahmud Nasiruddin
22. Husein Jamaluddin Al-Akbar
23. Ali Nuruddin
24. Abdullah Umdatuddin
25. Sultan Syarif Hidayatullah
Al-Hidayat Sunan Gunung Jati ll Cirebon
Manuskrip Bangkalan (tahun 1624M)
Manuskrip
bangkalan ini selesai ditulis hari kamis 12 Dzulhijjah 1033 H atau 24 September
1624. Didalamnya ada silsilah Sunan Bonang sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Sunan
Bonang adalah putra dari Sunan Ampel. Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati
sama-sama keturunan Seh Jumadil Kubro. Dalam manuskrip Bangkalan ini disebutkan
silsilah Sunan Bonang sampai Rasulullah melalui Sayidina Husain. Disebut pula
nama-nama yang menunjukan bahwa silsilah ini melalui jalur Sayyid Musa
al-kadzim seperti nama Ali al-Naqiy, al-Rido. Sama dengan kebiasaan manuskrip
nusantra lainnya, dalam menulis silsilah, manuskrip Bangkalan ini tidak lengkap
secara berurut. Tetapi kadang kala di loncat-loncat seperti menyebut anak
langsung ke kakek tanpa menyebut ayah.
Manuskrip Tapal Kuda tahun 1650
Manuskrip
Tapal Kuda ini menjelaskan tentang silsilah isteri dari Syekh Ibrohim Asmoro
melalui Syekh Jumadil Kubro. Dijelaskan bahwa silsilah Syekh Jumadil Kubro
adalah dari Zainal Abidin, dari Ja’far Shadiq yang berputra Musa. Terus
dilanjut secara tidak tertib silsilah sampai kepada Syaikh Jumadil Kubro dan
isteri Syaikh Ibrahim Asmoro. Silsilah dalam manuskrip ini tidak tertib seperti
yang seharusnya dikenal dalam kitab-kitab nasab mu’tabaroh. Yang demikian itu
kebiasaan manuskrip-manuskrip nusantara dalam menulis silsilah. Kemungkinan
besar adanya salah penempatan antara nama dan gelar; terbalik antara nama ayah
dan anak-pun sering terjadi. Namun manuskrip ini telah tegas menyebut silsilah
Jumadil Kubro kepada Sayyid Musa al-kadzim.
Manuskrip Pamekasan (Tahun 1700
M)
Manuskrip
Pamekasan tahun 1700 Masehi ini nampaknya adalah salinan dari manuskrip Tapal
Kuda tahun 1650 M. Menjelaskan tentang silsilah isteri dari Syekh Ibrohim
Asmoro melalui Syekh Jumadil Kubro. Dijelaskan bahwa silsilah Syekh Jumadil
Kubro adalah dari Zainal Abidin, dari Ja’far Shadiq yang berputra Musa.
Manuskrip Syekh Hasan Muhyi (1787
M)
Manuskrip
Syekh Hasan Muhyi tahun 1787 M ini menerangkan tentang silsilah Nabi Muhammad
Saw dari Nabi Muhammad Saw melalui Sayyid Musa al-Kadzim. Dalam manuskrip itu
terjadi distorsi ketika Kadzim disebut sebagai anak dari Musa, padahal
al-Kadzim adalah merupakan gelar dari Musa. Juga terjadi distorsi ketika menyebut
nama Muhammad Mubarak, seharusnya Muhammad al-Baqir. Namun dengan itu semua,
manuskrip ini mtegas menyebut silsilah Sunan Gunung Jati. Walau nama Sunan
Gunung Jati tidak disebut lengkap, hanya ditulis Kangjeng Sunan, tetapi dapat
diketahui bahwa yang dimaksud itu adalah Sunan Gunung Jati Karena ada nama Ratu
bani Israil dan raja Mesir. Dimana dapat dikonfirmasi dari sumber lain bahwa
silsilah Sunan Gunung Jati ke atas ada dua nama tersebut.
Asal-Usul Kesultanan Cirebon
(1809 M)
Dalam
manuskrip ini disebutkan silsilah Sunan Gunung Jati melalui Musa al-Kadzim.
Dalam manuskrip ini disebutkan nama Sunan Gunung Jati sebagai Kangjeng Sinuhun
Carbon.
Tinjauan Kritis Sajarah Banten
(1913 M)
Tinjauan
Kritis Sejarah Banten, adalah buku yang berasal dari desertasi Prof. Husein
Djayadiningrat. Dalam buku ini disebutkan enam versi silsilah Sunan Gunug Jati
yang diambil dari sumber-sumber tua diantaranya: Daftar Raja-raja banten dari
Priangan, Sejarah Banten Rante-Rante, Abdulkahar, Sejarah Para Wali (Jawa), Sejarah
Para Wali (Sunda) dan Wawacan Sunan Gunung Jati. Dari enam versi itu lima
menyebut Jumadil Kubro, dan satu tidak. Menariknya, yang tidak menyebut Jumadil
Kubro justru menyebut nama Musa al-kadzim. Namun dari enam versi itu
terkonfirmasi semuanya melalui jalur Musa al-Kadzim, karena dalam manuskrip
tertua tahun 1624 yaitu manuskrip Bangkalan, dan manuskrip tapal kuda tahun
1650 yang telah disebutkan di atas, Jumadil Kubro adalah keturunan Musa
al-kadzim.
Enam
manuskrip di atas, sangat kuat menunjukan bahwa Sunan Gunung Jati merupakan
keturunan Nabi Muhammad Saw dari jalur Musa al-kadzim. Sedangkan silsilah Nabi
Muhammad Saw melalui jalur Ba Alawi terdapat dalam manuskrip Negara Kertabumi
yang ditemukan tahun 1970. Manuskrip itu berangka penulisan tahun 1698 M,
tetapi para ahli filologi meragukannya. Para ahli memperkirakan bahwa naskah
ini palsu dan ditulis baru pada tahun 1960 M. Kertas manuskrip ini diolah
sedemikian rupa sehingga nampak tua, namun ketika disentuh dengan jari berludah
dan ditekan, warna ketuaannya luntur dan kertas ini ternyata ditulis di atas
kertas manila, yaitu kertas yang hari ini diproduksi.
Manuskrip kedua yang mengkesankan bahwa silsilah Sunan Gunung
Jati ke Ba Alawi adalah manuskrip Carita Purwaka Caruban Nagari. Naskah ini ditulis tahun 1720 M.
Dalam naskah itu terdapat silsilah Sunan Gunung Jati melalui Ja’far al-Shadiq.
Dari Ja’far al-Shadiq ke bawah ada yang aneh, yaitu ketika disebut anak Ja’far
adalah Kasim al-Malik, atau ada yang membaca Kasim al-Manik. Nama ini jelas
bukan Ali al-Uraidi bin Ja’far Shadiq sebagaimana silsilah Ba Alawi diakui
keluarga Ba Alawi. Nama Kasim al-Malik, lebih dekat ke Musa al-Kadzim bin
Ja’far al-Shadiq. Namun, di bawah nama Kasim al-Malik ada dua nama yang tidak
masuk daftar lazimnya silsilah Musa al-Kadzim juga tidak masuk lazimnya
silsilah Ba Alawi yaitu: Idris dan Al-Bakir. Selanjutnya ada nama Ahmad sebagai
anak al-Bakir dan Ahmad mempunyai anak Baidillah. Dua nama ini memang mirip
sebagaimana pengakuan Ba Alawi bahwa Ubaidillah anak Ahmad. Kemudian Baidillah
mempunyai anak Muhammad. Ini tidak sama dengan silsilah Ba Alawi di mana
Ubaidillah mempunyai anak bernama Alawi. Justru nama Alwi kemudian disebut
setelah Muhammad.
naqib turki |
0 comments:
Posting Komentar