Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Selasa, 13 Mei 2025

kisah nabi Isa As bag 4

 Para   ulama   berkata,   "Al-Masih   dinamakan   al-Masih   kerana   ia   mengusap   bumi dan membersihkannya serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah di    zaman     itu   kerana    saking    hebatnya     kebohongan       orang-orang      Yahudi kepadanya   dan   bagaimana   usaha   mereka   untuk   menciptakan   dusta   padanya dan   kepada   ibunya   as."   Banyak   ulama   yang   meriwayatkan   tentang   kesucian spirituil   dari   Nabi   Isa.   Abu   Hurairah   meriwayatkan   dari   Nabi   bahawa   beliau menceritakan   tentang   al-Masih   sebagai   berikut:         "Isa   melihat   seorang   lelaki yang mencuri lalu ia berkata: "Wahai si fulan apakah engkau mencuri?" Orang itu berkata: "Tidak, demi Allah aku tidak mencuri," Isa berkata: "Aku beriman kepada      Allah   SWT   dan    penglihatanku      telah   berbohong."     Ini  menunjukkan kesucian rohani Isa di mana ia lebih memilih sumpah orang itu atas apa yang disaksikannya. Ia membayangkan bahawa orang tersebut tidak akan bersumpah dan membawa nama Allah SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta sehingga ia menerima penyataannya dan ia kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT, yakni aku mempercayaimu dan mataku telah berbohong kerana engkau telah bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan bahawa suatu hari Nabi Isa berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati bangkai   anjing   yang   busuk   baunya,   lalu   sahabat-sahabat   Isa   sangat   terpukul dan    sangat   menderita     dengan    bau   anjing   itu.  Melihat    sikap  mereka,     Isa berkata: "Lihatlah betapa putih giginya." Isa ingin mengajari manusia bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana Nabi    Isa  menekankan       agar   mereka    lebih   melihat    kepada    keindahan     dan kebaikan.     Dakwah     Nabi   Isa  merupakan     puncak    dari  ketinggian    rohani   dan idealisme     yang   mengagumkan       di  mana    Beliau   lebih  menekankan      kebaikan daripada   keburukan.  

kisah nabi isa


  Rasulullah   berkata:   "Semua   para   nabi   adalah   saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan dari berbagai macam ibu dan aku adalah manusia yang utama begitu juga Isa bin Maryam di mana tidak ada nabi   setelahku   dan   sesudahnya."   Dalam   berbagai   riwayat   disebutkan   bahawa Nabi Isa akan turun pada akhir zaman. Islam sangat memberikan penghormatan kepada Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi ulul azmi yang    besar.   Islam   menamakannya        Rasulullah   dan   Kalimatullah     yang   telah diberikan kepada Maryam. Allah SWT berfirman: "Wahai   ahli   Kitab,   janganlah   kamu   melampaui   batas   dalam   agamamu,   dan janganlah       kamu     mengatakan        terhadap      Allah    kecuali    yang     benar. Sesungguhnya al-Masih Isa putera Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang terjadi    dengan)    kalimat-Nya     yang   disampaikan-Nya       kepada    Maryam,     dan (dengan      tiupan)     roh   dari-Nya.     Maka     berimanlah      kepada     Allah    dan rasul-rasul-Nya       dan    janganlah     kamu     mengatakan:       '(Tuhan    itu)   tiga.' Berhentilah   dari   ucapan   itu.   (Itu)   lebih   baik   bagimu.   Sesungguhnya   Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari mempunyai anak, segala yang di langit dan     di  bumi     adalah    kepunyaan-Nya.        Cukuplah     Allah    untuk    menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat malaikat yang terdekat (kepada Alah). Barang siapa   yang   enggan   dari   menyembah-Nya   dan   menyombongkan   diri,   nanti Allah   akan   mengumpulkan   mereka   semua   kepadanya.   Adapun   orang-orang yang   beriman   dan   berbuat   amal  soleh,   maka  Allah   akan   menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebahagian dari kurnia- Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyeksa       mereka     dengan    seksaan    yang   pedih,    dan   mereka    tidak   akan

memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari Allah. " (QS. an-Nisa': 171- 173) Ibnu   Katsir   berkata   dalam   Qhisasul   Anbiya': Para   pengikut   Nabi Isa   berselisih pendapat setelah Nabi Isa diangkat ke langit. Sebahagian mereka mengatakan, di tengah-tengah kita ada hamba Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus). Sebahagian lagi mengatakan, dia adalah Allah. Yang lain lagi mengatakan, dia adalah anak Allah.   Mereka   berselisih   pendapat   tentang   Injil   yang   menyebutkan   berbagai kebohongan   di   mana   terdapat   di   dalamnya   penambahan,   pengurangan,   dan pergantian.      Al-Quran    al-  Karim   telah   membahas       persoalan    ketuhanan.     Ia menjelaskan   bahawa   Allah   SWT   Maha   Suci   dari   segala   sekutu   dan   anak   dan segala   hal   yang   menyerupai-Nya   serta   segala   bentuk   ingkarnasi,   kejauhan, kedekatan dan pencapaian pandangan mata. Allah SWT berfirman: "Katakanlah:       "Dia-lah   Allah,   Yang    Maha     Esa.'Allah   adalah     Tuhan    yang bergantung   kepadanya   segala   sesuatu.   Dia   tidak   beranak   dan   tiada   pula diperanakkan,   dan   tidak   ada   seorang   pun   yang   setara   dengan   Dia.   "   (QS. al-Ikhlash: 1-4) Dan tentang Isa as Allah berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah,   kemudian   Allah   berfirman   kepadanya:   'Jadilah'   (seorang   manusia), maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran: 59) "Mereka   (orang-orang   kafir)       berkata:    Allah   mempunyai   anak.'   Maha   Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua   tunduk       kepadanya.     Allah   Pencipta   langit   dan   bumi,    dan   bila   Dia berkehendak         (untuk      menciptakan)        sesuatu,     maka      (cukuplah)      Dia mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah: 116-117) "Orang-orang       Yahudi    berkata:    'Uzair   itu  putera    Allah'   dan   orang-orang Nasrani berkata: Al-Masih itu putera Allah.' Demikian itulah ucapan mereka dengan      mulut     mereka,      mereka     meniru     perkataan      orang-orang      kafir terdahulu.      Mereka      di  laknat    oleh    Allah;    bagaimana      mereka     sampai berpaling?" (QS. Al-Aubah: 30) Nas tersebut mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti mereka dari umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada keyakinan      penyaliban      Isa,  tentang    tebusan     dan   kebangkitan      Tuhan    yang disembelih       serta    penentangannya         terhadap      para    pengikutnya       setelah kematiannya. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya telah kafilah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu   ialah   al-Masih   putera   Maryam.'   Katakanlah:   'Maka   siapakah   (gerangan) yang      dapat     menghalang-halangi          kehendak       Allah,     jika    Dia    hendak membinasakan         al-Masih    putera    Maryam      itu  berserta    ibunya    dan    seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang   dihehendaki-Nya.   Dan   Allah   Maha   Kuasa   atas   segala   sesuatu."   (QS. al-Maidah: 17) "Sesungguhnya   kafirlah   orang-orang   yang   mengatakan:   Allah   salah   seorang dari   yang   tiga,'   padahal   sekali-kali   tidak   ada   selain   dari   Tuhan   Yang   Esa." (QS. al-Maidah: 73) Demikianlah Al-Quran al-Karim menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling berlawanan         yang     tumbuh      setelah      pengangkatan        al-Masih.     Al-Quran menjelaskan bahawa al-Masih adalah hamba Allah SWT dan seorang rasul yang diutus kepada Bani Israil. Kata hamba dan rasul adalah kata yang sangat jelas ertinya,   adapun   yang   dimaksud   dengan   al-Kalimah   dan   ar-   Roh,   maka   kedua kata   tersebut   perlu   dijelaskan.   Kaum   Muslim   memahami   bahawa   al-Kalimah adalah     petunjuk    Allah   SWT    yang   diberikan-Nya      kepada    Maryam     sedangkan ar-Roh   adalah     menunjukkan   atau   mengisyaratkan   kepada   Roh   Kudus,   yaitu Jibril as. Allah SWT telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan roh yakni Jibril: "Dan     (ingatlah)    ketika    Aku    dukung     kamu     dengan      Ruhul    Kudus."     (QS. al-Maidah: 110) Setelah mengemukakan keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan akhir   dari   kehidupannya   dan   setelah   menjelaskan   kebenaran   yang   Allah   SWT ceritakan kepada kita tentang karakter tersebut dan akhir dari kehidupan yang dialami   oleh   Nabi   Isa,   kita   ingin   mengetahui   apa   yang   harus   dilakukan   oleh kaum     Muslim    dalam    hubungan     mereka     dengan    orang-orang     Masehi    serta keyakinan mereka. Islam menetapkan atau menyampaikan nas-nas yang jelas yang    mengkhususkan       agama    Masehi   -  di  antara   agama-agama       yang   lain  - dengan      kecintaan.     Al-Qu'ran    mengingkari      ketuhanan     al-Masih;    ia   juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang dilakukannya. Namun Al-Quran menegaskan dalam nasnya bahawa agama Nasrani merupakan agama yang lebih dekat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap      orang-orang      yang    beriman     ialah    orang-    orang    Yahudi    dan orang-orang      musyrik.    Dan   sesungguhnya       kamu    dapati   yang   paling   dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:      'Sesungguhnya       kami    ini  orang    Nasrani.'    Yang    demikian      itu disebabkan      kerana    di  antara   mereka     itu  (orang-orang     Nasrani)    terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) kerana sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS. al-Maidah: 82) Allah SWT memuji para pengikut al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya. Allah SWT berfirman: "Dan   Kami   jadikan   dalam   hati   orang-orang   yang   mengikutinya   rasa   santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak menikah   dan   mengurung   diri   di   biara)   padahal   kami   tidak   mewajibkannya kepada   mereka   tetapi   mereka   sendirilah   yang   mengada-adakannya   untuk mencari keredhaan Allah." (QS. al-Hadid: 27) Tidak   terdapat   kontradiksi   dari   dua   sikap   tersebut.   Pengingkaran   Al-   Quran terhadap     ketuhanan     al-Masih   dan   pengakuannya      terhadap     kecintaan    kaum Nasrani     serta   pujiannya     terhadap    orang-orang     yang    mengikuti    Nabi    Isa mengandung makna lebih dari satu: Pertama, bahawa Masehi berdasarkan pada agama   Tauhid   dan     sangat   sulit  bagi  para   pengikutnya   untuk   meninggalkan tauhid,   dan   hanya   Allah    SWT   yang   mengakui   hakikat   apa   yang   terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan orang-orang Nasrani terdapat para pendeta dan    para   rahib  yang   tidak   bersikap   congkak    di  hadapan    Allah  SWT   tetapi mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya; ketiga, sebahagian pengikut Nabi Isa memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih sayang dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali dari keimanan terhadap hari akhir.   Allah   SWT   telah   menetapkan   perintah-Nya   kepada   kaum   Muslim   agar mereka   memperlakukan   ahlul   kitab   dengan   perlakuan   yang   mulia   dan   baik, sebagaimana   Islam   menjamin   kebebasan   untuk   menentukan   keyakinan   pada setiap manusia. Allah SWT berfirman: "Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka     bumi    seluruhnya.    Maka    apakah    kamu    (hendak)    memaksa     manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS. Yunus: 99) "Tidak   ada   paksaan   untuk   (memasuki)   agama   (Islam);   Sesungguhnya   telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah." (QS. al- Baqarah: 256) "Katakanlah:      'Hai  ahli  kitab,  marilah    (berpegang)     kepada    suatu   kalimat (ketetapan)   yang   tidak   ada   perselisihan   antara   kami   dan   kamu,   bahawa tidak   kita   sembah   kecuali   Allah   dan   tidak   kita   persekutukan   Dia   dengan sesuatu   pun   dan   tidak   (pula)   sebahagian   kita   menjadikan   sebahagian   yang lain   sebagai   tuhan   selain   Allah.   Jika   mereka   berpaling,   maka   katakanlah kepada      mereka:     'Saksikanlah,    bahawa     kami    adalah    orang-orang     yang menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64) Kita     perhatikan     bahawa     ayat-ayat     tersebut     berbicara    tentang     cara memperlakukan        kaum    Masehi    sebagai   individu   sebagaimana      ia  berbicara tentang     bagaimana     kita   memperlakukan       keyakinan     mereka.    Sehubungan dengan   kaum   Masehi   sebagai   individu,   kita   menyaksikan   ayat-ayat   tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang mereka perlihatkan di mana nas    tersebut     dengan    tegas    mengatakan      bahawa     mereka     lebih   dekat kecintaannya       kepada    orang-orang     yang   beriman.     Jika   Allah   SWT    yang menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan dan    kecintaan    yang   ditunjukkan    oleh   kaum    Nasrani.   Adapun    sehubungan dengan     keyakinan    mereka,    di  dalam   Al-Quran    terdapat   banyak    ayat   yang melarang      untuk   memaksa      manusia     dalam    bentuk    apa   pun.   Allah   SWT berfirman: "Dan   katakanlah:   'Kebenaran   itu   datang   dari   Tuhanmu.   Maka   barang   siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29) Yang   demikian   itu,   kerana   keimanan   yang   didahului   dengan   paksaan   adalah bukan keimanan kerana ia berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal     itu   adalah    syarat   dari  keimanan.      Dan   barangkali    inilah   yang menunjukkan kesempurnaan Islam di lihat dari sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus memaksakan tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT dari kesalahan dan kebodohan bahawa Islam dengan   sikapnya   itu   ingin  menjauhkan   para   pengikutnya   dari   kalangan   awam dari perdebatan   yang   panjang   dan   melelahkan   seputar   keyakinan   orang   lain. Tentu   perdebatan   tersebut   tidak   akan   berhujung   dan   akan   menjadi   seperti debat kusir saja. Namun tugas tersebut hanya di emban oleh para ulama, di mana       mereka      membahas        sebagaimana        mereka      kehendaki       berbagai keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi tanggung   jawab   dalam   hal   itu.   Lagi   pula,   perselisihan   antara   keyakinan   dan aliran- aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan orang- orang awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat lelah saja. Islam   akan   kembali   menjadi   asing   dan   akan   kembali   menjadi   asing   seperti pertama kali terbit. Dalam suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang Muslim   berhasil   membangun   suatu   individu   Muslim   yang   kukuh.   Dan   ketika bangunan        tersebut     telah     selesai,    maka      sempurnalah       pembangunan pemerintahan   Islam.   Kita   tidak   mendengar   bahawa   salah   seorang   di   antara mereka   terlibat   dalam   perdebatan   yang   sengit   yang   tidak   berhujung   sekitar keyakinan      orang   lain.  Sesungguhnya      memberi      petunjuk    kepada    orang    lain sehingga orang tersebut mengetahui jalan menuju Allah SWT adalah perbuatan yang   indah, tetapi   hidayah tersebut   didahului   dengan   tekad   seseorang   untuk memberikan   petunjuk   kepada   dirinya   sendiri.   Seandainya   orang-orang   Islam membimbing   mereka   menuju   jalan   Allah   SWT   nescaya   Allah   SWT   memberi petunjuk melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya. Al-Quran   menetapkan   dua   mukjizat   kepada   Nabi   Isa   yang   tidak   disebutkan dalam kitab Injil: pertama mukjizat yang berupa pembicaraannya saat ia masih menyusui di buaian. Dan yang kedua mukjizat makanan yang turun dari langit kepada   kaum   Hawariyin.   Sebagaimana   Al-Quran   menetapkan   kemuliaan   yang diperoleh      oleh   Nabi   Isa  saat   ia   diselamatkan      dari  tangan-tangan       jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyeksanya atau membunuhnya sehingga Nabi Isa   terselamatkan   dan   dia   diangkat   ke   langit.    Rasulullah    saw   mewasiatkan kepada   sahabatnya   agar   mereka   memperlakukan   orang-orang   Masehi   dengan penuh      kebaikan,     bahkan    beliau    menikahi     Maria    al-Qibthiya.    Ibnu   Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahawa seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang masih Kristen, lalu ia masuk   Islam   dan   bertanya   kepada   Rasulullah   saw   bagaimana   seandainya   ia harus memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka berdua menolak   agama   lain   selain   agama   Masehi?   Kemudian   Allah   SWT   menurunkan

ayat yang berbunyi: "Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS. al-Baqarah: 256) Ketika para utusan Najran dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk berunding dengan Nabi, maka beliau memberi mereka setengah dari masjidnya agar mereka dapat melaksanakan solat dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu   hari   Rasulullah   saw   berdiri   untuk   melakukan   solat   kepada   seseorang jenazah lalu dikatakan kepadanya bahawa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah   menjawab:   "Bukankah   ia   adalah   manusia."   Dalam   kesempatan   lain Rasulullah     saw    bersabda:    "Barang    siapa   yang    mengganggu       secara   aniaya seorang Yahudi atau seorang Nasrani, maka aku akan jadi musuhnya pada hari kiamat."     Terkadang      kekuasaan     akan    langgeng     meskipun     disertai   dengan kekufuran tetapi ia tidak akan abadi ketika disertai dengan kelaliman. Para    ulama    Islam   berselisih   pendapat     berkaitan    dengan    keadaan     Nabi   Isa setelah   pengangkatannya.   Mereka   sepakat   bahawa   beliau   tidak  disalib  tetapi Allah   SWT   mengangkatnya   di   sisi-Nya.   Tetapi   ketika   ia   tidak   disalib,   maka bagaimana   keadaannya   setelah   itu:   apakah   ia   masih   hidup,   ataukah   ia   mati seperti    matinya     nabi   yang   lain?  Majoriti    mengatakan      bahawa     Allah   SWT mengangkat   Isa   dengan   fiziknya   dan   rohnya   di   sisi-   Nya.   Mereka   mengambil zahir dari firman-Nya: "Tetapi Allah mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158) Juga sebahagian hadis yang mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang   lain   dari   kalangan   mufasirin,   dan   ini   adalah   kelompok   yang   minoriti, mereka mengatakan bahawa Nabi Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya sebagaimana       Dia  mematikan      nabi-nabi-Nya     lalu   Dia  mengangkat      rohnya    di sisi-Nya   sebagaimana   roh   para   nabi   diangkat,   begitu   juga   roh   para   shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada. Mereka mengambil zahir firman-Nya: "(Ingatlah)     ketika    Allah    berfirman:     'Hai   ha,    sesungguhnya       Aku    akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir." (QS. Ali 'Imran: 55) Kami sendiri lebih memilih pendapat yang pertama kerana ia sangat sesuai sebagai   mukjizat   yang   luar   biasa   -   dengan   kelahiran   Isa   di   mana   kelahiran tersebut     dipenuhi     dengan    mukjizat     yang    luar  biasa,    juga   sesuai   dengan kehidupannya dan kesuciannya. Jadi, kedua-duanya merupakan mukjizat yang luar biasa. NABI ISA a.s. DENGAN ORANG MABUK CINTA Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air   dikebun.   Bila   pemuda   yang   sedang   menyiram   air   itu   melihat   Nabi   Isa   a.s berada     di  hadapannya      maka    dia   pun   berkata,    "Wahai    Nabi   Isa  a.s,  kamu mintalah     dari   Tuhanmu      agar  Dia   memberi     kepadaku     seberat    semut    Jarrah cintaku kepada-Nya." Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu." Berkata   pemuda   itu   lagi,   "Wahai   Isa   a.s,   kalau   aku   tidak   terdaya   untuk   satu Jarrah,   maka   kamu   mintalah   untukku   setengah   berat   Jarrah."   Oleh   kerana keinginan   pemuda   itu   untuk   mendapatkan   kecintaannya   kepada   Allah,   maka Nabi   Isa   a.s   pun   berdoa,   "Ya   Tuhanku,   berikanlah   dia   setengah   berat   Jarrah cintanya kepada-Mu." Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.   Selang   beberapa   lama   Nabi Isa   a.s  datang   lagi   ke   tempat   pemuda   yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut,     dan   berkata    kepada     salah   seorang    yang   berada    di  situ   bahawa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung. Setelah   Nabi   Isa   a.s   mendengat   penjelasan   orang-orang   itu   maka   beliau   pun berdoa kepada Allah S.W.T, "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu." Selesai sahaja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung- ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit. Nabi    Isa  a.s  pun   menghampiri       pemuda     itu  dengan     memberi     salam,    tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa a.s."Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu    terdapat     kadar    setengah      berat    Jarrah    cintanya     kepada-Ku.      Demi Keagungan   dan   Keluhuran-Ku,   kalau   engkau   memotongnya   dengan   gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya.

Pengajaran Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu. 1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia. 2.   Orang   yang   mengaku    cinta  ikhlas  di  dalam   beramal,   tetapi   dia  ingin mendapat sanjungan dari manusia. 3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya. Rasulullah    S.A.W    telah  bersabda,    "Akan   datang   waktunya     umatku    akan mencintai lima dan lupa kepada yang lima : 1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat. 2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab. 3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al- Khaliq. 4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat. 5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur."

0 comments:

Posting Komentar