Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Minggu, 20 April 2025

kisah nabi musa as

 Nabi Musa memperhatikan  kumpulan  pengembala  yang  sedang mengambil  air

untuk kambing-kambing mereka. Musa ingat bahawa ia sedang lapar dan haus.

Ia  berkata  dalam  dirinya:  Aku  tidak  dapat  memenuhi  perutku  dengan  air

selama  aku  tidak memiliki  wang  yang  cukup  untuk membeli makanan.  Musa

berjalan  menuju  tempat  air.  Sebelum  sampai,  ia  mendapati  dua  orang

perempuan  yang  sedang  menyendirikan  kambing-kambingnya  agar  jangan

sampai  tercampur  dengan  kambing  orang  lain.  Melalui  ilham,  Musa  merasa

bahawa kedua wanita itu membutuhkan pertolongan. Musa lupa terhadap rasa

hausnya,  lalu  beliau menuju  ke  arah mereka  dan  bertanya,  apakah  ia  dapat

membantu  mereka?  Lalu  seorang  gadis  yang  paling  tua  berkata:  "Kami

menunggu  sampai  selesainya  para  gembala  itu mengambil  air  untuk  binatang

gembalaan  mereka."  Musa  bertanya:  "Mengapa  kalian  tidak  mengambil  air





sekarang?"  Gadis  yang  paling  kecil  berkata:  "Kami  tidak  mampu  untuk

berdesak-desakan  dengan  kaum  lelaki."  Nabi  Musa  kehairanan  kerana

mengetahui  kedua  gadis  itu  menggembala  kambing.  Seharusnya  yang

mengembala  kambing  adalah  kaum  lelaki.  Ini  adalah  tugas  yang  berat  dan

sangat melelahkan. Musa  bertanya:  "Mengapa  kalian menggembala  kambing?"

Masih  kata  gadis  yang  paling  kecil:  "Orang  tua  kami  sudah  tua  di  mana

kesehatannya  tidak  dapat  membantunya  untuk  keluar  dari  rumah  dan

menggembala  kambing  setiap  hari."  Musa  berkata:  "Kalau  begitu,  aku  akan

membantu kalian untuk mengambil air tersebut."


Musa berjalan menuju tempat air. Musa mengetahui bahawa para penggembala

meletakkan  di  atas  bibir  air  suatu  batu  besar  yang  tidak  bisa  digerakkan

kecuali  oleh  sepuluh  orang.  Musa  merangkul  dan  mengangkatnya  dari  bibir

sumur.  Otot-otot  Musa  tampak  menonjol  saat  memindahkan  batu  itu.  Musa

adalah seorang lelaki yang kuat. Akhirnya, Musa berhasil mengambilkan air bagi

remaja  puteri  itu,  dan  kemudian  ia mengembalikan  batu  itu  ke  tempatnya.

Musa  kembali  duduk  di  bawah  naungan  pohon.  Saat  itu  Musa  lupa  untuk

minum.  Perut Musa menempel  ke  punggungnya  kerana  saking  laparnya. Musa

mengingat Allah s.w.t dan memanggil-Nya dalam hatinya:


"Ya  Tuhanku,  sesungguhnya  aku  sangat  memerlukan  suatu  kebaikan  yang

Engkau turunkan kepadaku." (QS. al-Qashash: 24)


"Dan  tatkala  ia  menghadap  ke  jurusan  negeri  Madyan  ia  berdoa  (lagi):

'Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.' Dan tatkala ia

sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang

yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang

banyak  itu,  dua  orang  wanita  yang  sedang  menambat  (ternaknya)  Musa

berkata:  'Apakah  maksudmu  (dengan  berbuat  begitu)?'  Kedua  wanita  itu

menjawab:  'Kami  tidak  dapat  meminumkan  (ternak  kami),  sebelum

pengembala-pengembala  itu memulangkan  (ternaknya),  sedang bapak kami

adalah  orang  tua  yang  telah  lanjut  umurnya.' Maka Musa memberi minum

ternak  itu  untuk  (menolong)  keduanya,  kemudian  dia  kembali  ke  tempat

yang teduh lalu berdoa: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan

suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.'" (QS. al-Qashash: 22-24)


Marilah  kita  tinggalkan  sejenak  Nabi  Musa  yang  sedang  duduk  di  bawah

naungan pohon untuk kemudian kita melihat apa yang terjadi pada kedua gadis

itu.  Kedua  gadis  itu  kembali  ke  rumah  ayahnya.  Si  ayah  bertanya:  "Hari  ini


kalian  kembali  lebih  cepat  dari  biasanya?"  Gadis  yang  paling  tua  berkata:

"Sungguh  hari  ini  kami  sangat  beruntung. Wahai  ayah,  kami  bertemu  dengan

seorang  lelaki  yang mulia  yang mengambilkan  air  bagi  haiwan  kami  sebelum

orang-orang  lain mengambilnya." Si ayah berkata:  "Alhamdulillah." Gadis yang

paling kecil berkata: "Saya kira wahai ayahku dia datang dari tempat yang jauh

dan  tampak  ia  sedang  lapar.  Saya  melihat  dia  dalam  keadaan  kecapaian

meskipun ia seorang lelaki yang kuat."


Si  ayah  berkata  kepada  anak  perempuannya:  Pergilah  engkau  padanya  dan

katakan,  sesungguhnya  ayahku  memanggilmu  untuk  memberimu  upah  atas

jasamu  mengambilkan  air  untukku.  Kemudian  anak  perempuan  itu  pergi

menemui Musa dalam keadaan hatinya berdebar-debar. Perempuan itu berdiri

di  depan  Musa  dan  menyampaikan  surat  dari  ayahnya.  Musa  bangkit  dari

tempat duduknya dan pandangannya tertuju ke bawah. Musa tidak bermaksud

mengambilkan  air  untuk  mereka  dengan  tujuan  mengharapkan  upah  dari

mereka.  Beliau  membantu  mereka  hanya  semata-mata  kerana  Allah  s.w.t.

Beliau  merasakan  dalam  dirinya  bahawa  Allah  s.w.t-lah  yang  mengarahkan

beliau untuk membantu mereka.


Gadis  itu  berjalan  di  depan Musa  kemudian  bertiuplah  angin  dan menyentuh

pakaiannya  sehingga  Musa  menundukkan  pandangan  matanya  kerana  merasa

malu.  Musa  berkata  kepadanya:  "Saya  akan  berjalan  di  depanmu  dan

tunjukkanlah  jalan  kepadaku."  Mereka  pun  sampai  di  kediaman  si  ayah.

Sebahagian  ahli  tafsir  mengatakan  bahawa  si  ayah  ini  adalah  Nabi  Syu'aib.

Beliau  memperoleh  usia  yang  panjang  setelah  kematian  kaumnya.  Ada  juga

yang mengatakan bahawa si ayah adalah putera dari saudara Syu'aib. Ada yang

mengatakan  bahawa  ia  adalah  anak  dari  pamannya,  dan  ada  juga  yang

mengatakan  bahawa  ia  adalah  seorang  lelaki  mukmin  dari  kaumnya.  Yang

jelas,  ia adalah seorang tua yang soleh. Orang tua  itu menghidangkan kepada

Nabi Musa makanan  siang  dan  bertanya  kepadanya  dari mana  ia  datang  dan

kemudian ke mana ia akan pergi.


Musa  mengungkapkan  ceritanya.  Orang  tua  itu  berkata  kepadanya,  jangan

khuatir  dan  jangan  takut.  Engkau  akan  selamat  dari  orang-orang  yang  lalim.

Negeri  ini  tidak  tunduk  pada  Mesir  dan  mereka  tidak  akan  sampai  di  sini.

Mendengar  ucapan  itu, Musa menjadi  tenang  dan  bangkit  untuk  pergi.  Salah

seorang anak perempuan  itu berkata kepada ayahnya dengan berbisik: "Wahai

ayahku,  berilah  dia  upah."  Sesungguhnya  engkau  akan  memberikan  upah

kepada seorang yang kuat dan jujur. Si ayah bertanya kepadanya: "Bagaimana

engkau  mengetahui  dia  seorang  lelaki  yang  kuat?"  Anak  perempuannya


menjawab: "Saya lihat sendiri ia mengangkat batu yang tidak mampu diangkat

oleh  sepuluh  orang  lelaki."  Si  ayah  bertanya  lagi:  "Bagaimana  engkau

mengetahui bahawa  dia  seseorang  yang  jujur."  Perempuan  itu menjawab:  "Ia

menolak untuk berjalan di belakangku dan  ia berjalan di depanku sehingga  ia

tidak melihatku saat aku berjalan, dan selama perjalanan saat aku berbincang-

bincang padanya, dia selalu menundukkan matanya ke tanah sebagai rasa malu

dan adab yang baik darinya."


Kemudian orang tua itu memandangi Musa dan berkata padanya: "Wahai Musa,

aku ingin menikahkanmu dengan salah satu puteriku. Dengan syarat, hendaklah

engkau  bekerja  menggembala  kambing  bersamaku  selama  delapan  tahun.

Seandainya  engkau  menyempurnakan  sepuluh  tahun  maka  itu  adalah

kemurahan  darimu.  Aku  tidak  ingin  menyusahkanmu.  Sungguh  insya-Allah

engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang saleh." Musa berkata: "Ini

adalah  kesepakatan  antar  aku  dan  engkau  dan  Allah  s.w.t  sebagai  saksi  atas

kesepakatan  kita,  baik  aku  melaksanakan  pekerjaan  selama  delapan  tahun

mahupun sepuluh tahun. Setelah itu, aku bebas untuk pergi ke mana saja."


Allah s.w.t berfirman:


"Kemudian  datanglah  kepada  Musa  salah  seorang  dari  kedua  wanita  itu

berjalan  kemalu-maluan,  ia  berkata:  'Sesungguhnya  bapakku  memanggil

kamu  agar  ia  memberi  balasan  terhadap  (kebaikan)  mu  memberi  minum

(ternak)  kami.'  Maka  tatkala  Musa  mendatangi  bapaknya  (Syu'aib)  dan

menceritakan  kepadanya  cerita  (mengenai  dirinya),  Syu'aib  berkata:

'Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang lalim itu.'

Salah  seorang  dari  kedua wanita  itu  berkata:  'Wahai  bapakku,  ambillah  ia

sebagai  orang  yang  bekerja  (pada  kita),  kerana  sesungguhnya  orang  yang

paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat

lagi  dapat  dipercayai.  Berkatalah  dia  (Syu'aib):  'Sesungguhnya  aku

bermaksud menikahkan kamu dengan  salah  seorang dari kedua anakku  ini,

atas  dasar  bahawa  kamu  bekerja  denganku  delapan  tahun  dan  jika  kamu

cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka

aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya-Allah akan mendapatiku

termasuk  orang-orang  yang  baik.'  Dia  (Musa)  berkata:  'Itulah  (perjanjian)

antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan  itu aku

sempurnakan,  maka  tidak  ada  tuntutan  tambahan  atas  diriku  (lagi).  Dan

Allah adalah saksi atas apa yang aku ucapkan.'" (QS. al-Qashash: 25-28)


Ketika  sampai  pada  kisah  ini,  banyak  pena  bertebaran  untuk  mendapatkan

jawapan  dari  pertanyaan-pertanyaan  yang  mencuba  menerobos  kesamaran

Mereka  bertanya  tentang  anak  perempuan  yang menikahi Musa:  apakah  anak

perempuan yang paling besar ataukah anak perempuan yang paling kecil, dan

Musa memilih masa bekerja delapan tahun atau sepuluh tahun. Bahkan mereka

menyampaikan  berbagai  macam  riwayat  dan  kisah  yang  mereka  yakin

kebenarannya. Kami sendiri meyakini bahawa Musa menikah dengan salah satu

anak perempuan dari orang tua itu tetapi kita tidak mengetahui siapa dia dan

siapa  namanya.  Kami  meyakini  bahawa  beliau  menikah  dengan  gadis  yang

memanggilnya  untuk  menemui  ayahnya.  Kemudian  gadis  itulah  yang

menganjurkan ayahnya agar memberikan upah padanya.


Al-Quran  al-Karim  melalui  konteks  ayatnya  menyingkap  bentuk  kekaguman

yang  tersembunyi  di  balik  gadis  itu  terhadap  Musa.  Barangkali  orang  tuanya

mengetahui bahawa anak perempuannya menaruh rasa cinta kepada Musa, dan

boleh jadi ketika berbicara tentang pernikahan kepada Musa,  ia menyerahkan

sepenuhnya  kebebasan  Musa  untuk  memilih.  Mungkin  Musa  memilih  sendiri

gadis  mana  yang  diminatinya.  Tetapi,  siapa  gadis  yang  dipilih  oleh  Musa:

apakah gadis yang paling tua atau gadis yang paling kecil? Yang jelas Al-Quran

tidak  menyebutkan  hal  tersebut,  meskipun  ia  hanya  memberikan  isyarat

kepadanya dalam firman-Nya:


"Kemudian  datanglah  kepada  Musa  salah  seorang  dari  kedua  wanita  itu

berjalan kemalu-maluan. " (QS. al-Qashash: 25)


Begitu  juga Al-Quran al-Karim tidak menyebutkan waktu yang dihabiskan oleh

Musa saat ia bekerja: apakah sepuluh tahun atau beliau merasa cukup dengan

delapan  tahun.  Kami  sendiri  meyakini  sesuai  dengan  kebiasaan  Musa  dan

kemurahannya  serta kenabiannya  serta kedudukannya  sebagai  salah  satu nabi

ulul azmi bahawa beliau memilih masa yang paling lama, yaitu sepuluh tahun.

Pendapat itu juga didukung oleh hadis Ibnu Abas.


Demikianlah Nabi Musa mengabdi kepada orang  tua  itu  selama  sepuluh  tahun

penuh.  Pekerjaan  Nabi Musa  terbatas  pada  keluar  dari  rumah  di waktu  pagi

untuk  menggembala  kambing.  Kami  kira  bahawa  sepuluh  tahun  masa  yang

dihabiskan  oleh  Nabi  Musa  di  Madyan  merupakan  suatu  ketentuan  yang

dirancang  oleh  Allah  s.w.t.  Musa  berdasarkan  agama  Yakub.  Kakek  beliau

adalah Yakub  dan  Yakub  sendiri  adalah  cucu  dari  Ibrahim. Dengan  demikian,

Musa  adalah  cucu  dari  Ibrahim  dan  setiap  nabi  yang  datang  setelah  Ibrahim

berasal  dari  sulbinya. Maka  dari  sini  kita memahami  bahawa Musa  berada  di

atas agama ayah-ayahnya dan datuk- datuknya.


Nabi Musa berdasarkan Islam dan agama tauhid. Nabi Musa menghabiskan masa

sepuluh  tahun  itu  dalam  keadaan  jauh  dari  kaumnya  dan  keluarganya.  Masa

sepuluh  tahun  ini  adalah  masa  yang  paling  penting  dalam  kehidupannya.  Ia

merupakan masa persiapan yang besar. Pada setiap malam Musa merenungkan

bintang-bintang. Musa mengikuti  terbitnya matahari  dan  tenggelamnya. Pada

setiap  siang  Musa  memikirkan  tumbuh-tumbuhan:  bagaimana  ia  membelah

tanah dan mekar. Musa memperhatikan air: bagaimana ia menghidupkan bumi

setelah  bumi  itu mati,  lalu  bumi  itu menjadi  tempat  yang  indah  dan  subur.

Musa  memperhatikan  alam  yang  luas  dan  ia  tampak  tercengang  dan  kagum

dengan ciptaan Allah s.w.t.


Sebenarnya  pemikiran-pemikiran  dan  perenungan-perenungan  tersebut

jauh-jauh  hari  sudah  tersembunyi  di  dalam  dirinya  dan  menetap  di  dalam

jiwanya.  Bukankah  Musa  telah  terdidik  di  istana  Fir'aun.  Ini  bererti  bahawa

beliau menjadi seorang Mesir yang mempunyai wawasan yang luas; orang Mesir

yang menunjukkan kekuatan fizikalnya; orang Mesir dengan segala makanannya

dan  minumannya.  Jadi,  segala  hal  yang  ada  pada  Musa  berbau  Mesir.  Musa

siap-siap untuk menerima wahyu Ilahi dari bentuk yang baru. Yaitu wahyu Ilahi

yang  langsung  datang  tanpa  perantara  seorang malaikat  di mana  Allah  s.w.t

akan berbicara dengannya tanpa perantara.


Oleh kerana itu, sebelum datangnya wahyu itu perlu adanya persiapan mental

dan moral,  sedangkan  persiapan  fizik  telah  selesai  dilaluinya  di  Mesir.  Musa

tumbuh di istana yang paling besar yang dimiliki penguasa di bumi dan di suatu

pemerintahan  yang  paling  kaya  di bumi. Musa menjadi  seorang  pemuda  yang

kuat  di mana  hanya  sekadar memisahkan  seseorang  yang  berkelahi,  ia  justru

membunuhnya.  Setelah  persiapan  fizik  yang  sangat  kuat,  kini  Musa  harus

melewati  persiapan  mental  yang  seimbang.  Yaitu  persiapan  yang  dilakukan

melalui  pengasingan  yang  sempurna  di  mana  beliau  hidup  di  tengah-tengah

gurun  dan  tempat  penggembalaan  yang  beliau  belum  pernah  menginjakkan

kakinya di sana. Beliau hidup di tengah-tengah orang asing yang belum pernah

beliau lihat sebelumnya.


Sering kali Musa mendapatkan kesunyian dan keheningan di balik pengasingan

itu. Allah s.w.t mempersiapkan hal tersebut kepada nabi- Nya agar setelah itu

beliau mampu memegang amanat yang besar dari Allah s.w.t. Datanglah suatu

hari  atas Musa.  Selesailah masa  yang  ditentukan.  Kemudian Musa merasakan

kerinduan  untuk  kembali  ke  Mesir.  Dengan  berlalunya  waktu,  hukuman  yang

harus  dijalaninya  dengan  sendirinya  gugur.  Musa  mengetahui  hal  itu,  tetapi


beliau  juga mengetahui  bahawa  undang-undang  di Mesir  sebenarnya  terletak

pada  kekuatan  penguasa;  jika  penguasa  berkehendak  maka  Musa  dapat

menerima hukuman dan jika tidak berkehendak maka dia akan memaafkannya,

meskipun  yang  bersangkutan  berhak  mendapatkan  hukuman.  Alhasil,  Musa

menyedari hal itu, Musa tidak sepenuhnya yakin ia akan selamat ketika beliau

menginjakkan kakinya di Mesir seperti keyakinannya bahawa beliau selamat di

tempatnya  sekarang.  Meskipun  demikian,  rasa  rindunya  untuk  melakukan

perjalanan  kembali  ke  tempatnya mendorong  Musa  segera menuju  ke  Mesir.

Musa tepat mengambil keputusan.


Musa berkata kepada Isterinya: "Besok kita akan memulai perjalanan ke Mesir."

Isterinya berkata dalam dirinya:  "Di dalam perjalanan  terdapat  seribu macam

bahaya  tetapi  ketenangan  tetap  menghiasai  wajah  Musa."  Isteri  Musa  tetap

taat  kepada  Musa.  Nabi  Musa  sendiri  tidak  mengetahui  rahsia  tentang

keputusannya yang cepat untuk kembali ke Mesir setelah sepuluh tahun beliau

pergi melarikan diri, lalu mengapa sekarang ia kembali ke sana? Apakah beliau

rindu  kepada  ibunya  dan  saudaranya?  Apakah  beliau  berfikir  untuk

mengunjungi Isteri Fir'aun yang telah mendidiknya layaknya ibunya dan sangat

mencintainya layaknya ibunya sendiri? Tidak ada seorang pun yang mengetahui

apa yang  terlintas dalam diri Musa saat beliau berkeinginan untuk kembali ke

Mesir.  Hanya  saja,  yang  kita  ketahui  bahawa  Nabi  Musa  terbimbing  dengan

ketetapan- ketetapan Ilahi sehingga beliau tidak melangkahkan kakinya kecuali

berdasarkan ketetapan tersebut.


Musa  keluar  bersama  keluarganya  dan  melakukan  perjalanan.  Bulan

bersembunyi di balik gumpalan awan  yang  tebal, dan kegelapan  rnenyelimuti

sana-sini. Sementara itu, petir menyambar sangat keras dan langit menurunkan

hujan. Cuaca tampak tidak bersahabat. Di tengah- tengah perjalanannya, Musa

tersesat. Musa mendapatkan dua potongan batu kemudian beliau memukulkan

kedua-nya  dan  menggesek-gesekan  keduanya  agar  mendapatkan  api  darinya

sehingga beliau dapat berjalan. Tetapi sayang, beliau tidak mampu melakukan

hal itu. Angin yang bertiup kencang memadamkan api kecil itu.



0 comments:

Posting Komentar