Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Senin, 28 April 2025

Kisah Nabi Daud As

 KISAH NABI DAUD As

Berlalulah tahun-tahun yang cukup panjang dari wafatnya Musa. Setelah Nabi

Musa, datanglah para nabi dan mereka telah mati dan anak-anak Israil setelah

Musa telah kalah. Kitab suci mereka telah hilang, yaitu Taurat. Ketika Taurat

telah   hilang   dari   dada   mereka   maka   ia   pun   tercabut   dari   tangan   mereka.

Musuh-musuh   mereka   menguasai   peti   perjanjian   yang   di   dalamnya   terdapat

peninggalan keluarga Musa dan Harun. Bani Israil terusir dari keluarga mereka

dan   rumah   mereka.   Keadaan   mereka   sungguh   sangat   tragis.   Kenabian   telah

terputus dari cucu Lawi, dan tidak tersisa dari mereka kecuali seorang wanita

yang   hamil   yang   berdoa   kepada   Allah   s.w.t   agar   Dia   memberinya   anak   laki-

laki. Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan menamainya dengan nama Asymu'il

yang dalam bahasa Ibrani bererti Ismail. Yakni Allah s.w.t mendengar doaku.



Ketika     anak   itu   tumbuh     dewasa,     ibunya    itu  mengirimnya       ke   masjid    dan

menyerahkannya kepada lelaki soleh agar belajar kebaikan dan ibadah darinya.

Anak   itu   berada   di   sisinya.   Pada   suatu   malam   -   ketika   ia   telah   menginjak

dewasa - ia tidur, lalu ia mendengar ada suara yang datang dari sisi masjid. Ia

bangun   dalam   keadaan   ketakutan   dan   mengira   bahawa   syeikh   atau   gurunya

memanggilnya.         Ia  segera    menuju     gurunya    dan    bertanya:     "Apakah    engkau

memang       memanggilku?"       Guru    itu   tidak   ingin   menakut-nakutinya        maka     ia

berkata:   "Ya,   ya."   Anak   itu   pun   tidur   kembali.   Kemudian   suara   itu   lagi-lagi

memanggilnya   untuk   kedua   kalinya   dan   ketiga   hingga   ia   bangun   dan   melihat

malaikat Jibril memanggilnya: "Tuhanmu telah mengutusmu kepada kaummu."

Pada   suatu   hari,   Bani   Israil   menemui   nabi   yang   mulia   ini.   Mereka   bertanya

kepadanya:       "Tidakkah     kami    orang-orang      yang    teraniaya?"    Dia   menjawab:

"Benar."     Mereka     berkata:    "Tidakkah     kami    orang-orang      yang    terusir?"   Dia

menjawab: "Benar." Mereka mengatakan: "Kirimkanlah untuk kami seorang raja

yang    dapat    mengumpulkan         kami   di  bawah     satu   bendera     agar   kita   dapat

berperang di jalan Allah s.w.t dan agar kita dapat mengembalikan tanah kita

dan kemuliaan kita." Nabi mereka berkata kepada mereka dan tentu ia lebih

tahu daripada mereka: "Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika

diwajibkan peperangan atas kalian?"

 

Mereka      menjawab:       "Mengapa     kami    tidak   berperang      di  jalan   Allah    s.w.t

sedangkan kami telah terusir dari negeri kami, dan anak-anak kami pun terusir

serta   keadaan   kami   makin   memburuk."   Nabi   mereka   berkata:   "Sesungguhnya

Allah    s.w.t   telah   mengutus     Thalut    sebagai    penguasa     bagi   kalian."   Mereka

berkata:   "Bagaimana   ia   menjadi   penguasa   atas   kami   sedangkan   kami   lebih

berhak mendapatkan kekuasaan itu daripadanya. Lagi pula, ia bukan seorang

yang kaya, sedangkan di antara kami ada orang yang lebih kaya daripadanya."

 

Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah s.w.t memilihnya atas kalian kerana

ia   memiliki   keutamaan   dari   sisi   ilmu   dan   fizik.   Dan   Allah   s.w.t   memberikan

kekuasaan-Nya   kepada   siapa   pun   yang   Dia   kehendaki."   Mereka   berkata:   "Apa

tanda    kekuasaa-Nya?"   Nabi      menjawab:     "Kitab   Taurat   yang   dirampas   musuh

kalian akan kembali kepada kalian. Kitab itu akan dibawa oleh para malaikat

dan    diserahkan    kepada     kalian.  Ini  adalah    tanda   kekuasaan-Nya."      Mukjizat

tersebut benar-benar terjadi di mana pada suatu hari Taurat kembali kepada

mereka.

 

Pembentukan   pasukan   Thalut   dimulai.   Thalut   telah   menyiapkan   tenteranya

untuk   memerangi   Jalut.   Jalut   adalah   seseorang   yang   perkasa   dan   penantang

yang hebat di mana tak seorang pun mampu mengalahkannya. Pasukan Thalut

telah siap. Pasukan berjalan dalam waktu yang lama di tengah-tengah gurun

dan gunung sehingga mereka merasakan kehausan. Raja Thalut berkata kepada

tenteranya:      "Kita   akan    menemui       sungai    di  jalan.    Barang    siapa    yang

meminumnya   maka   hendaklah   ia   akan   keluar   dari   pasukan   dan   barang   siapa

yang tidak mengicipinya dan hanya sekadar membasahi kerongkongannya maka

ia akan dapat bersamaku dalam pasukan."

Akhirnya,   mereka   mendapati   sungai   dan   sebahagian   tentera   minum   darinya

dan   kemudian   mereka   keluar   dari   barisan   tentera.   Thalut   telah   menyiapkan

ujian ini untuk mengetahui siapa di antara mereka yang mentaatinya dan siapa

yang membangkangnya; siapa di antara mereka yang memiliki tekad yang kuat

dan mampu menahan rasa haus dan siapa yang memiliki keinginan yang lemah

dan mudah menyerah.

Thalut    berkata    kepada    dirinya   sendiri:  "Sekarang    kami    mengetahui     orang-

orang yang pengecut sehingga tidak ada yang bersamaku kecuali orang- orang

yang berani." Jumlah pasukan memang berpengaruh tetapi yang paling penting

dalam pasukan adalah, sifat keberanian dan iman, bukan semata-mata jumlah

dan senjata. Lalu datanglah saat-saat yang menentukan bagi pasukan Thalut.

Mereka   berdiri   di   depan   pasukan   musuhnya,   Jalut.   Jumlah   pasukan   Thalut

sedikit sekali tetapi pasukan Musuh sangat banyak dan kuat.

Sebahagian orang-orang yang lemah dari pasukan Thalut berkata: "Bagaimana

mungkin      kita   dapat    mengalahkan      pasukan     yang   perkasa    itu?"  Kemudian

orang-orang      mukmin     dari  pasukan    Thalut   menjawab:      "Yang   penting    dalam

pasukan     adalah    keimanan     dan   keberanian.     Berapa    banyak    kelompok     yang

 

sedikit   mampu   mengalahkan   kelompok   yang   banyak   dengan   izin   Allah   s.w.t."

Allah s.w.t berfirman:

"Apakah   kamu   tidak   memperhatikan   pemuka-pemuka   Bani   Israil   sesudah

nabi    Musa,    yaitu  ketika   mereka     berkata    kepada    seorang    nabi   mereka:

'Angkatlah      untuk    kami   seorang     raja   agar   kami    berperang     (di  bawah

pimpinannya)   dijalan   Allah.   Nabi   mereka   menjawab:   'Mungkin   sekali   jika

kamu      diwajibkan      berperang,      kamu     tidak    akan    berperang.'     Mereka

menjawab: 'Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal kami

sesungguhnya telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak

kami.'    Maka    tatkala    perang    itu  diwajibkan     atas   mereka,     mereka    pun

berpaling,   kecuali   beberapa   orang   yang   saja   di   antara   mereka.   Dan   Allah

Maha Mengetahui orang-orang yang lalim. Nabi mereka mengatakan kepada

mereka:      'Sesungguhnya     Allah   telah   mengangkat     Thalut    menjadi    rajamu.'

Mereka menjawab: 'Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih

berhak     mengendalikan       pemerintahan      daripadanya,     sedang    dia  pun   tidak

diberi kekayaan yang banyak?' (Nabi mereka) berkata: 'Sesungguhnya Allah

telah   memilihnya   menjadi   rajamu   dan   menganugerahi   ilmu   yang   luas   dan

tubuh   yang   perkasa.'   Allah   memberikan   pemerintahan   kepada   siapa   yang

dikehendaki-Nya.         Dan    Allah    Maha     Luas     Pemberian-Nya        lagi   Maha

Mengetahui.   Dan   Nabi   mereka   mengatakan   kepada mereka:   'Sesungguhnya

tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya

terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa

dan   keluarga   Harun;   tabut   itu   dibawa   oleh   malaikat.   Sesungguhnya   pada

yang demikian   itu   terdapat   tanda   bagimu, jika kamu   orang   yang   beriman.

Maka tatkala Thalut keluar membawa tenteranya, ia berkata: 'Sesungguhnya

Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu

meminum        airnya,    bukanlah      ia  pengikutku.      Dan    barang    siapa    tiada

meminumnya,          kecuali    mencedok       secedok      tangan,    maka     ia   adalah

pengikutku.      Kemudian      mereka    meminumnya        kecuali   beberapa     orang    di

antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama

dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata:

'Tak    ada   kesanggupan       kami   pada    hari   ini  untuk    melawan     Jalut   dan

tenteranya' Orang-orang yang meyakini bahawa mereka akan menemui Allah

berkata:      'Berapa    banyak     yang    terjadi    golongan     yang    sedikit   dapat

mengalahkan   golongan   yang   banyak   dengan   izin   Allah.   Dan   Allah   berserta

orang-orang yang sabar.'" (QS. al-Baqarah: 246-249)

Jalut    tampak    membawa      baju   besinya   bersama     pedangnya.     Tampaknya      ia

menantang       seseorang    untuk    berlawan    dengannya.     Semua     tentera   Thalut

merasa   takut   untuk   menghadapinya.   Di   saat-saat   tegang   ini,   muncullah   dari

 

pasukan   Thalut   seorang   penggembala   kambing   yang   kecil,   yaitu   Daud.   Daud

adalah     seorang    yang   beriman    kepada     Allah  s.w.t.   Ia  mengetahui      bahawa

keimanan kepada Allah s.w.t adalah hakikat kekuatan di alam ini, dan bahawa

kemenangan   bukan   semata-mata   ditentukan   banyaknya   senjata   dan   kuatnya

tubuh.

Daud   maju   dan   meminta   kepada   raja   Thalut   agar   mengizinkannya   berlawan

dengan Jalut. Namun si raja pada hari pertama menolak permintaan itu. Daud

bukanlah seorang tentera, ia hanya sekadar penggembala kambing yang kecil.

Ia   tidak   memiliki   pengalaman   dalam   peperangan.   Ia   tidak   memiliki   pedang,

senjatanya      adalah    potongan     batu    bata   yang    digunakan     untuk    mengusir

kambingnya. Meskipun demikian, Daud mengetahui bahawa Allah s.w.t adalah

sumber   kekuatan   yang   hakiki   di   dunia   ini.   kerana   ia   seorang   yang   beriman

kepada Allah s.w.t, maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.

Pada     hari  kedua,    ia  kembali    meminta     izin  agar   diberi  kesempatan   untuk

memerangi        Jalut.   Lalu   raja   memberikan       izin  kepadanya.      Raja    berkata

kepadanya: "Seandainya engkau berani memeranginya, maka engkau menjadi

pemimpin pasukan dan akan menikahi anak perempuanku." Daud tidak peduli

dengan     iming-iming     tersebut.   Ia  hanya    ingin  berperang     dan   memenangkan

agama. Ia ingin membunuh Jalut, seorang lelaki yang sombong yang zalim dan

tidak    beriman    kepada     Allah   s.w.t,  Raja   mengizinkan      kepada    Daud    untuk

berlawan dengan jalut.

Daud   maju   dengan   membawa   tongkatnya   dan   lima   buah   batu   serta   katapel.

Jalut   maju   dengan   dilapisi   senjata   dan   baju   besi.   Jalut   berusaha   mengejek

Daud      dan     merendahkannya          serta    mentertawakan         kefakirannya  dan

kelemahannya. Kemudian Daud meletakkan batu yang kuat di atas katapelnya,

lalu ia melepaskannya di udara sehingga batu itu pun meluncur dengan keras.

Angin menjadi sahabat Daud kerana ia cinta kepada Allah s.w.t sehingga angin

itu   membawa   batu   itu   menuju   ke   dahi   Jalut.   Batu   itu   membunuhnya.   Jalut

yang dibekali senjata yang lengkap itu tersungkur ke tanah dan mati.

Daud,   seorang penggembala    yang    baik,    mengambil  pedangnya.  Dan

berkecamuklah peperangan di antara kedua pasukan. Peperangan dimulai saat

pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan menghinggapi seluruh pasukannya,

sedangkan pasukan yang lain dipimpin oleh seorang penggembala kambing yang

 

Allah s.w.t berfirman:

"Tatkala mereka tampak oleh jalut dan tenteranya, mereka pun berdoa: 'Ya

Tuhan      kami,   tuangkanlah      kesabaran      atas   diri  kami,    dan   kukuhkanlah

pendirian      kami    terhadap     orang-orang      kafir.'   Mereka     (tentera    Thalut)

mengalahkan tentera Jalut dengan izin Allah memberinya kepadanya (Daud)

pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan

kepadanya       apa   yang    dikehendaki-Nya.       Seandainya      Allah   tidak   menolak

(keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rosaklah

bumi   ini.   Tetapi   Allah   mempunyai   kurnia   (yang   dicurahkan)   atas   semesta

alam." (QS. al-Baqarah: 250-251)

 

Setelah    Daud    membunuh      jalut,   ia  mencapai    puncak    kebenaran     di  tengah-

tengah   kaumnya   sehingga   ia   menjadi   seorang   lelaki   yang   paling   terkenal   di

kalangan   Bani   Israil.   Beliau   menjadi   pemimpin   pasukan   dan   suami   dari   anak

perempuan raja. Namun Daud tidak begitu gembira dengan semua ini. Beliau

tidak bertujuan untuk mencapai kebenaran atau kedudukan atau kehormatan,

tetapi   beliau   berusaha   untuk   menggapai   cinta   Allah   s.w.t.   Daud   telah   diberi

suatu suara yang sangat indah dan mengagumkan. Daud bertasbih kepada Allah s.w.t dan mengagungkan- Nya dengan suaranya yang menarik dan mengundang decak kagum. Oleh kerana itu, setelah mengalahkan Jalut, Daud bersembunyi.

Beliau     pergi    ke   gurun    dan    gunung.     Beliau   merasakan       kedamaian      di

tengah-tengah   makhluk-makhluk   yang   lain.   Di   saat   mengasingkan   diri,   beliau

bertaubat kepada Allah s.w.t.

Allah s.w.t berfirman:

"Dan   sesungguhnya   telah   Kami   berikan   kepada   Daud   kurnia   Kami.   (Kami

berfirman):        'Hai    gunung-gunung         dan     burung-burung,         bertasbihlah

berulang-ulang   bersama   Daud',   dan   Kami   telah   melunakkan   besi   padanya.

(Yaitu)   buatlah   baju   besi   yang   besar-besar   dan   ukurlah   anyamannya;   dan

kerjakanlah amalan yang soleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu

kerjakan." (QS. Saba': 10- 11)

 "Dan     telah   Kami    tundukan      gunung-gunung       dan    burung-burung,       semua

bertasbih bersama Daud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami

ajarkan   kepada   Daud   membuat   baju   besi   kepada   kamu,   guna   memelihara

kamu      dalam    peperanganmu;        Maka    hendaklah      kamu    bersyukur     (kepada Allah)." (QS. al-Anbiya': 79-80)

Ketika Daud duduk, maka ia bertasbih kepada Allah s.w.t dan memuliakan-Nya.

Allah   s.w.t   memilih   Daud   sebagai   Nabi   dan   memberinya   Kitab   Zabur.   Allah s.w.t berfirman:

"Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada Daud." (QS. al-Isra': 55)

Zabur   adalah   kitab   suci   seperti   Kitab   Taurat.   Daud   membaca   kitab   tersebut

dan bertasbih kepada Allah s.w.t. Saat beliau bertasbih, gunung-gunung juga

ikut bertasbih, dan burung-burung pun berkumpul bersama beliau.

 

Allah s.w.t berfirman:

"Dan   ingatlah   hamba Kami   Daud   yang   mempunyai kekuatan; sesungguhnya

dia     amat    taat    (kepada      Tuhan).     Sesungguhnya        Kami     menundukkan

gunung-gunung        untuk    bertasbih    bersama     dia   (Daud)    di  waktu    pagi  dan

petang,      dan    (Kami     tundukkan      pula)    burung-burung        dalam     keadaan

terkumpul.       Masing-masing      amat    taat   kepada     Allah.   Dan   Kami    kuatkan

kerajaannya        dan     Kami     berikan     hikmah      dan    kebijaksanaan        dalam

menyelesaikan perselisihan." (QS. Shad: 17-20)

Gurun   terbentang   sehingga   mencapai   ufuk.   Ini   adalah   hari   puasa   Daud.   Nabi

Daud berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang lain. Inilah yang

disebut dengan Shiam ad-Dahr. Daud membaca Kitab Zabur dan merenungkan

ayat-ayatnya.   Gunung-gunung   bertasbih  bersamanya.  Gunung

menyempurnakan          pembacaan       ayat   tersebut,    dan   terkadang     beliau   diam

sementara gunung itu menyempurnakan tasbihnya. Bukan hanya gunung yang

bertasbih     bersama    beliau,   burung-burung      pun   ikut  bertasbih.    Ketika   Daud

mulai membaca Kitab Zabur yang suci maka burung-burung, binatang-binatang

buas, dan pohon-pohon pun berkumpul di sisinya, bahkan gunung-gunung ikut

bertasbih.     Bukan    hanya    kerana    ketulusan     Daud   yang    menjadi     penyebab

bertasbihnya gunung-gunung atau burung-burung bersama beliau; bukan hanya

keindahan      suaranya   yang   menjadi     penyebab   bertasbihnya   makhluk-makhluk

yang    lain   bersama     beliau,   namun     ini  adalah    mukjizat    dari   Allah   s.w.t

kepadanya   sebagai   Nabi   yang   memiliki   keimanan   yang   agung,   yang   cintanya

kepada   Allah   s.w.t   sangat    tulus.   Bukan   hanya   ini  mukjizat    yang   diberikan

kepada     beliau,  

 

Allah   s.w.t  juga   memberinya      ilmu   atau   kemampuan      untuk memahami bahasa burung dan haiwan-haiwan yang lain.

Pada   suatu   hari,   beliau   merenung   dan   mendengarkan   ocehan   burung   yang

berdialog      satu   sama     lain.   Lalu   beliau    mengerti     apa    yang    dibicarakan

burung-burung   itu.   Allah   s.w.t   meletakkan   cahaya   dalam   hatinya   sehingga   ia

memahami bahasa burung dan bahasa haiwan-haiwan yang lain. Daud sangat

mencintai haiwan dan burung. Beliau berlemah lembut kepada haiwan-haiwan

itu,   bahkan     beliau   merawatnya       ketika   haiwan-    haiwan     itu  sakit  sehingga

burung-burung        dan    binatang     yang    lain   pun    mencintainya.       Di   samping

kemampuan   memahami   bahasa   burung,   Allah   s.w.t   juga   memberinya   hikmah

(ilmu pengetahuan). Ketika Daud memperoleh ilmu dari Allah s.w.t atau ketika

ia mendapatkan mukjizat maka bertambahlah rasa cintanya kepada Allah s.w.t

dan     bertambah      juga   rasa   syukumya      kepada-Nya,      begitu    juga   ibadahnya

semakin   meningkat.   Oleh   kerana   itu,   beliau   berpuasa   pada   suatu   hari   dan

berbuka      pada    hari   yang    lain.   Allah   s.w.t    sangat    mencintai     Daud    dan

memberinya   kerajaan   yang   besar.   Dan   masalah   yang   dihadapi   oleh   kaumnya

adalah, banyaknya peperangan di zaman mereka. kerana itu, pembuatan baju

besi sangat penting. Baju besi yang dibuat oleh para ahli sangat berat sehingga

seorang yang berperang tidak mudah bergerak dengan bebas ketika memakai

baju besi itu.

Pada suatu hari, Nabi Daud duduk sambil merenungkan masalah tersebut dan di

depan beliau ada potongan besi yang beliau main-mainkan. Tiba- tiba, beliau

mengetahui   bahawa   tangannya   dapat   membikin   besi   itu   lunak.   Allah   s.w.t

memang   telah   melunakkan   besi   bagi   Daud.   Lalu   Daud   memotong-motongnya

dan      membentuknya         dalam      potongan-potongan         kecil    dan     melekatkan

sebahagian   pada   yang   lain,   sehingga   beliau   mampu   membuat   baju   besi   yang

baru,   yaitu   baju   besi   yang   terbentuk   dari   lingkaran-lingkaran   besi   yang   jika

dipakai   oleh   seseorang   yang   berperang   maka   ia   akan   leluasa   untuk   bergerak

dan tubuhnya tetap terlindung dari pedang dan kapak. Baju besi itu lebih baik

dari semua baju besi yang ada pada saat itu.

Allah s.w.t melunakkan baju besi baginya. Yakni, Nabi Daud adalah orang yang

pertama kali menemukan bahawa besi dapat menjadi leleh dengan api dan ia

dapat dibentuk menjadi ribuan rupa. Kami merasa puas dengan tafsir seperti

ini.   Nabi   Daud   bersyukur   kepada   Allah   s.w.t.   Kemudian   banyak   fabrik-fabrik

berdiri   untuk   membuat   baju   besi   yang   baru.   Ketika   selesai   pembuatan   baju

besi     itu   dan    diberikan     kepada     pasukannya       maka     musuh-musuh        Daud

mengetahui   bahawa   pedang   mereka   tidak   akan   mampu   menembus   baju   besi

ini.   Baju   besi   yang   dipakai   oleh   para   musuh     itu  sangat    berat   dan   dapat

ditembusi oleh pedang. Baju besi yang mereka pakai tidak membuat mereka

bergerak   dengan   bebas   dan   tidak   dapat   melindungi   mereka   saat   berperang,

tidak   demikian   halnya   dengan   baju   besi   yang   dibuat   oleh   Nabi   Daud.   Setiap

peperangan   yang   diikuti   oleh   tentera   Daud   maka   beliau   selalu   mendapatkan

kemenangan;   setiap   kali   beliau   memasuki         kancah    peperangan   maka       beliau

merasakan        kemenangan.        Beliau     mengetahui       bahawa      kemenangan        ini

semata-mata         datangnya      kerana     Allah    s.w.t    sehingga     rasa    syukurnya

kepada-Nya   semakin   bertambah   dan   tasbih   yang   beliau   lakukan   pun   semakin

meningkat serta kecintaan kepada Allah s.w.t pun semakin bergelora.

Ketika     Allah    s.w.t   mencintai      seorang     nabi   atau    seorang     hamba     dari

hamba-hamba-Nya maka Dia menjadikan manusia juga mencintainya. Manusia

mencintai      Nabi    Daud    sebagaimana       burung-burung,      haiwan-     haiwan,     dan

gunung-gunung   pun   mencintainya.   Raja   melihat   hal   yang   demikian   itu   lalu

timbullah rasa cemburu dalam dirinya. Ia mulai berusaha untuk menyakiti Nabi

Daud dan membunuhnya. Ia menyiapkan pasukan untuk membunuh Daud. Daud

mengetahui   bahawa   raja   cemburu   kepadanya.   Oleh   kerana   itu,   beliau   tidak

memerangi raja namun apa yang beliau lakukan? Beliau mengambil pedang raja

saat ia tidur lalu beliau memotong sebahagian dari pakaiannya dengan pedang

itu. Kemudian beliau membangunkan raja dan berkata kepadanya: "Wahai raja,

engkau   telah   berencana   untuk   membunuhku,   namun   aku   tidak   membencimu

dan tidak ingin membunuhmu. Seandainya aku ingin membunuhmu maka aku

lakukan      saat    engkau     tidur.    Ini  bajumu      telah    terpotong.      Aku    telah

memotongnya   saat   engkau   tidur.   Aku   bisa   saja   memotong   lehermu   sebagai

ganti dari memotong baju itu, tetapi aku tidak melakukannya. Aku tidak suka

untuk menyakiti seseorang pun. Ajaran yang aku bawa hanya berisi cinta dan

kasih   sayang,   bukan   kebencian.   Raja   menyedari   bahawa   dirinya   salah   dan   ia

meminta maaf kepada Daud."

Kemudian berlalulah hari demi hari dan raja terbunuh dalam suatu peperangan

yang   tidak   diikuti   oleh   Nabi   Daud,   kerana   raja   itu   cemburu   kepadanya   dan

menolak bantuannya. Setelah itu, Nabi Daud menjadi raja. Masyarakat saat itu

mengetahui bahawa Daud melakukan apa saja demi kebaikan dan kebahagiaan

mereka   sehingga   mereka   rela   untuk   menjadikannya   raja   bagi   mereka.   Jadi,

Daud     menjadi     Nabi   yang   diutus   oleh   Allah   s.w.t   sekaligus   menjadi     raja.

Kekuasaan   tersebut   justru   meningkatkan   rasa   syukur   kepada   Allah   s.w.t   dan

meningkatkan        ibadahnya     kepada-Nya      serta   mendorong      beliau   untuk    lebih

meningkatkan        kebaikan    dan    menyantuni      orang-orang     fakir   serta   menjaga

kepentingan masyarakat umum.

 

Allah   s.w.t   memperkuat   kerajaan   Daud.   Allah   selalu   menjadikannya   menang

ketika melawan musuh-musuhnya. Allah menjadikan kerajaannya sangat besar

sehingga   ditakuti   oleh   musuh-musuhnya   meskipun   tidak   dalam   peperangan.

Allah menambah nikmat-Nya kepada Daud dalam bentuk memberinya hikmah.

Selain    memberi     kenabian    kepada    Daud,    Allah   s.w.t  memberi     hikmah     dan

kemampuan         untuk    membezakan        kebenaran      dari   kebatilan.    Nabi    Daud

mempunyai seorang anak yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah anak yang

cerdas    dan   kecerdasannya      itu  tampak    sejak   masa    kecilnya.   Usia  Sulaiman

mencapai sebelas tahun ketika terjadi kisah ini. Allah s.w.t berfirman:

"Dan    (ingatlah   kisah)   Daud   dan   Sulaiman,    di  waktu    keduanya    memberikan

keputusan        mengenai      tanaman,       kerana     tanaman       itu   dirosaki     oleh

kambing-kambing         kepunyaan       kaumnya.      Dan    adalah    Kami     menyaksikan

keputusan      yang   diberikan   oleh   mereka     itu,  maka   Kami    telah  memberikan

pengertian   kepada   Sulaiman   tentang   hukum   (yang   lebih   tepat);   dan   kepada

masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu. " (QS. al-Anbiya': 78-79)

Seperti    biasanya,    Daud    duduk    dan   memberikan      keputusan     hukum    kepada

manusia   dan   menyelesaikan   persoalan   mereka.   Seorang   lelaki   pemilik   kebun

datang kepadanya disertai dengan lelaki yang lain. Pemilik kebun itu berkata

kepadanya: "Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing laki- laki ini masuk ke

kebunku      dan   memakan      semua    anggur   yang   ada   di  dalamnya.     Aku   datang

kepadamu   agar   engkau   menjadi   hakim   bagi   kami.   Dan   aku   menuntut   ganti

rugi."

Daud     berkata   kepada    pemilik   kambing:     "Apakah    benar   bahawa     kambingmu

memakan kebun lelaki ini?" Pemilik kambing itu berkata: "Benar wahai tuanku."

Daud berkata: "Aku telah memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai

ganti dari apa yang telah dirosaki oleh kambingmu." Sulaiman berkata: "Allah

telah   memberinya   hikmah   di   samping   ilmu   yang   diwarisi   dari   ayahnya   -   aku

memiliki   hukum   yang   lain,   wahai   ayahku."   Daud   berkata:   "Katakanlah   wahai

Sulaiman."      Sulaiman     berkata:    "Aku    memutuskan       agar    pemilik    kambing

mengambil kebun laki- laki ini yang buahnya telah dimakan oleh kambingnya.

Lalu hendaklah ia memperbaikinya dan menanam di situ sehingga tumbuhlah

pohon-pohon anggur yang baru. Dan aku memutuskan agar pemilik kebun itu

mengambil kambingnya sehingga ia dapat mengambil manfaat dari bulunya dan

susunya serta makan darinya. Jika pohon anggur telah besar dan kebun tidak

rusak atau kembali seperti semula, maka pemilik kebun itu dapat mengambil

                                                                                                                                                                   

kembali     kebunnya     dan  begitu   juga   pemilik   kambing    pun   dapat   mengambil

kambingnya." Daud berkata: "Ini adalah keputusan yang hebat wahai Sulaiman.

Segala puji bagi Allah s.w.t yang telah memberimu hikmah ini. Engkau adalah

Sulaiman   yang   benar-benar   bijaksana."   Nabi   Daud   -   meskipun   kedekatannya

kepada Allah s.w.t dan kecintaannya kepada-Nya - selalu belajar kepada Allah  s.w.t. Allah s.w.t telah mengajarinya agar ia tidak memutuskan suatu perkara

kecuali setelah ia mendengar perkataan kedua belah pihak yang bertikai.

 

 

Pada    suatu   hari  Nabi   Daud   duduk   di   mihrabnya    yang   di  situ  ia  solat  dan

beribadah. Ketika ia memasuki kamarnya, ia memerintahkan para pengawalnya

untuk      tidak    mengizinkan       seseorang      pun    masuk      menemuinya        atau

mengganggunya saat ia solat. Tiba-tiba, beliau dikejutkan ketika melihat dua

orang lelaki berdiri di hadapannya. Daud takut kepada mereka berdua kerana

mereka berani masuk, padahal ia telah memerintahkan agar tak seorang pun

masuk menemuinya. Daud bertanya kepada mereka: "Siapakah kalian berdua?"

Salah    seorang   lelaki  itu  berkata:   "Janganlah    takut   wahai   tuanku.   Aku    dan

laki-laki    ini   berselisih   pendapat.      Kami    datang     kepadamu      agar    kamu

memutuskan        dengan    cara  yang   benar."   Daud    bertanya:    "Apa   masalahnya?"

Laki-laki   yang   pertama   berkata:   "Saudaraku   ini   mempunyai   sembilan   puluh

sembilan     kambing    betina,   sedangkan     aku  hanya    mempunyai      satu.  Ia  telah

mengambilnya dariku." Ia berkata: "Berikanlah kepadaku, lalu ia mengambilnya

dariku." Daud berkata tanpa mendengar pendapat atau argumentasi pihak yang

lain:   'Sesungguhnya      dia  telah   berbuat     lalim  kepadamu      dengan     meminta

kambingmu   untuk   ditambahkan   kepada   kambingnya.   Dan   sesungguhnya   dari

kebanyakan orang-orang yang berserakan itu sebahagian mereka berbuat zalim

kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman.'

 

Daud   terkejut   ketika   tiba-tiba   dua   orang   itu   menghilang   dari   hadapannya.

Kedua orang itu bersembunyi laksana awan yang menguap di udara. Akhirnya,

Daud   mengetahui   bahawa   kedua   lelaki   itu   adalah   malaikat   yang   diutus   oleh

Allah    s.w.t   kepadanya     untuk    memberinya      pelajaran:    hendaklah     ia  tidak

mengambil       keputusan    hukum     di  antara   dua   orang   yang   berselisih   kecuali

setelah    mendengar      perkataan    mereka     semua.    Barangkali   pemilik    sembilan

puluh sembilan kambing itu yang benar. Daud tunduk dan bersujud serta rukuk

kepada Allah s.w.t dan meminta ampun kepada-Nya. Allah s.w.t berfirman:

"Dan     sampaikah     kepadamu       berita   orang-orang     yang    berperkara     ketika

mereka   memanjat   pagar?   Ketika   mereka   masuk   (menemui)   Daud   lalu   ia

terkejut   dengan   (kedatangan)   mereka.   Mereka   berkata:   'Janganlah   kamu

merasa takut, (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang

dari kami berbuat lalim kepada yang lain; maka berilah keputusan di antara

kami    dengan     adil  dan   janganlah    kamu    menyimpang       dari  kebenaran      dan

tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai

sembilan   puluh   sembilan   ekor   kambing betina   dan   aku   mempunyai   seekor

saja.    Maka    dia   berkata:    'Serahkanlah      kambing     itu  kepadaku      dan   dia

mengalahkan aku dalam perdebatan.' Daud berkata: 'Sesungguhnya dia telah

berbuat   lalim   kepadamu   dengan   meminta   kambingmu   untuk   ditambahkan

kepada   kambingnya.   Dan   sesungguhnya   dari   kebanyakan   orang-orang   yang

berserikat   itu   sebahagian   mereka   berbuat   zalim   kepada   sebahagian   yang

lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang soleh;

dan    amat    sedikitlah    mereka     ini".  Dan   Daud    mengetahui      bahawa     kami

mengujinya;   maka   ia   meminta.   ampun   kepada   Tuhannya   lalu   menyungkur

sujud   dan   bertaubat.      Maka   Kami   ampuni   baginya   kesalahannya   itu.       Dan

sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat

kembali yang baik." (QS. Shad: 21-25)

 

 

Banyak     cerita  dongeng     atau   bohong    yang   disampaikan     orang-orang    Yahudi

tentang godaan yang dialami oleh Daud. Dikatakan bahawa ia tertarik dengan

isteri dari salah seorang pemimpin pasukannya lalu ia mengutus pemimpin itu

di   suatu   peperangan     di  mana   ia  mengetahui     apa   yang   terjadi  dengannya.

Kemudian Daud menguasai isterinya.

 

 

Itu   adalah   kepalsuan   yang   mengada-ada.   Manusia   yang   hatinya   berhubungan

dengan   bintang   tertinggi   di   langit   dan   tasbihnya   berhubungan   dengan   tasbih

makhluk-makhluk dan benda-benda mati, maka mustahil baginya untuk hanya

melihat   atau   tertarik   dengan   keindahan   atau   kecantikan   wajah   wanita   atau

fiziknya. Seseorang yang melihat puncak keindahan di alam dan berhubungan

dengannya      secara    langsung   dan    menundukkannya       dengan     tasbihnya    maka

mustahil   baginya   untuk   tunduk   kepada   naluri   seksual.   Daud   adalah   seorang

hamba      Allah  s.w.t   dan   tidak   mungkin     ia  menjadi    hamba     dari  nalurinya

sebagaimana yang dikemukakan oleh cerita-cerita palsu Bani Israil.

 

Nabi   Daud   kembali   menyembah   Allah   s.w.t   dan   bertasbih   kepada-Nya   serta

melantunkan   senandung   cinta   kepada-Nya   sampai   akhir   hayatnya.   Nabi   Daud

berpuasa   sehari   dan   berbuka   sehari.   Sehubungan   dengan   itu,   Rasulullah   saw

bersabda: "Sebaik-baik puasa adalah puasanya Daud. Beliau berpuasa satu hari

dan    berbuka    satu  hari.  Beliau   membaca      Zabur   dengan    tujuh   puluh   suara;

beliau    melakukan     solat  di  tengah    malam    dan   menangis    di  dalamnya,     dan

kerana   tangisannya   segala   sesuatu   pun   ikut   menangis,   dan   suaranya   dapat

menyembuhkan         orang   yang   gelisah   dan  orang   yang   menderita."   Nabi    Daud

meninggal secara tiba-tiba sebagaimana dikatakan oleh berbagai riwayat.

Matahari mengganggu manusia, lalu Sulaiman memanggil burung dan berkata:

"Naungilah   Daud.   Maka   burung   itu   menaunginya.   Dan   angin   menjadi tenang."

Sulaiman berkata kepada burung: "Naungilah manusia dari sengatan matahari.

Burung   itu   pun   tunduk   kepada   perintah   Sulaiman.   Ini   untuk   pertama   kalinya

orang-orang menyaksikan kekuasaan Sulaiman."

 

KISAH NABI DAUD a.s DENGAN ULAT

Dalam sebuah kitab Imam Al-Ghazali menceritakan pada suatu ketika tatkala

Nabi Daud a.s sedang duduk dalam suraunya sambil membaca kitab az-Zabur,

dengan tiba-tiba dia terpandang seekor ulat merah pada debu. Lalu Nabi Daud

a.s. berkata pada dirinya, "Apa yang dikehendaki Allah dengan ulat ini?"

 

 

Sebaik sahaja Nabi Daud selesai berkata begitu, maka Allah pun mengizinkan

ulat   merah    itu  berkata-kata.     Lalu  ulat  merah    itu  pun   mula   berkata-kata

kepada   Nabi   Daud   a.s.   "Wahai   Nabi   Allah!   Allah   s.w.t   telah   mengilhamkan

kepadaku untuk membaca 'Subhanallahu walhamdulillahi wala ilaha illallahu

wallahu   akbar'    setiap   hari   sebanyak   1000   kali  dan   pada   malamnya   Allah

mengilhamkan kepadaku supaya membaca 'Allahumma solli ala Muhammadin

annabiyyil ummiyyi wa ala alihi wa sohbihi wa sallim' setiap malam sebanyak

1000 kali.

 

 

Setelah ulat merah itu berkata demikian, maka dia pun bertanya kepada Nabi

Daud a.s. "Apakah yang dapat kamu katakan kepadaku agar aku dapat faedah

darimu?" Akhirnya Nabi Daud menyedari akan kesilapannya kerana memandang

remeh akan ulat tersebut, dan dia sangat takut kepada Allah s.w.t. maka Nabi

Daud a.s. pun bertaubat dan menyerah diri kepada Allah s.w.t. Begitulah sikap

para Nabi a.s. apabila mereka menyedari kesilapan yang telah dilakukan maka

dengan segera mereka akan bertaubat dan menyerah diri kepada Allah s.w.t.

Kisah-kisah   yang   berlaku   pada   zaman   para   nabi   bukanlah   untuk   kita   ingat

sebagai bahan sejarah, tetapi hendaklah kita jadikan sebagai teladan supaya

kita tidak memandang rendah kepada apa sahaja makhluk Allah yang berada di

bumi yang sama-sama kita tumpangi ini.

0 comments:

Posting Komentar