Mushola Al-Islah Jl leces no.7 Sonosari Kab.Malang kumpulan doa rezeki,kumpulan doa tasawuf,makrifat,bahasa arab,sejarah kerajaan islam,sejarah kerajaan indonesia,sejarah kebudayaan islam

Selasa, 19 Agustus 2025

Kisah Hijrah umat Muslim dari mekkah

 Kisah Hijrah Kaum Muslim

Bayang-bayang   azab   dunia   terngiang    di telinganya. Dan ketika ia sampai ke orang   Quraisy, ia mengusulkan agar orang-orang   Quraisy membiarkan        apa  saja   yang   dilakukan     Muhammad.       Gagallah     perundingan     dengan     seorang Muslim   yang   pertama,   yaitu   Rasulullah   saw.   Gagalnya   perundingan   tersebut   sebagai   bentuk pemberitahuan   tentang   kembalinya   tindak   kekerasan   dan   penyiksaan   terhadap   sahabat-sahabat Rasul saw. Kemudian kaum musyrik semakin meningkatkan penindasan terhadap kaum Muslim.

kisah hijrahnya umat muslim dari mekkah

 Rasulullah   saw   sangat   menderita   melihat   hal     yang   dirasakan   para   sahabatnya.   Ketika   kaum Muslim membayar harga yang paling mahal sebagai konsekuensi dari akidah yang mereka anut dan    mereka    dengan    sabar   memikul     penderitaan    di  jalan  Allah   SWT,   maka     Rasulullah    saw mengisyaratkan   mereka   untuk   berhijrah.   Beliau   memberikan   izin   untuk   berhijrah   bagi   orang yang ingin hijrah.

Kemudian Dimulailah gelombang hijrah. Itu terjadi pada lima tahun dari turunnya wahyu setelah dua tahun diumumkannya dakwah. Maka berhijrahlah ke Habasyah enam belas orang Muslim. Mereka   keluar   secara   rahasia   dan   mereka   menuju   ke   laut.   Mereka   berlayar   meskipun   orang- orang yang tinggal di gurun sebenarnya tidak ingin berlayar karena mereka takut dari laut dan mereka   yakin   bahwa  manusia   yang   berlayar   di   laut   akan   menjadi   ulat   di   atas   kayu-kayu   yang berenang. Selanjutnya, gelombang hijrah yang kedua pun dimulai. Kali ini diikuti oleh delapan puluh tiga orang laki-laki dan sembilan belas perempuan. Kemudian orang-orang Quraisy berusaha untuk mengirim      beberapa     orang    dan   tetap  berusaha     menyiksa     dan   menyakiti     orang-orang     yang berhijrah.     Mereka      mengutus       ke    Najasyi,    Raja     Habasyah,      orang-orang       yang    dapat mempengaruhinya          untuk    menentang      orang-orang     yang    berhijrah.   Mereka     menuduh      kaum Muslim meninggalkan agama nenek moyang mereka di Mekah dan mereka juga tidak menganut agama Najasyi, yaitu agama Kristen. Kemudian orang-orang Quraisy tidak lupa mengirim hadiah kepada Najasyi sebagai bentuk suapan kepadanya. Tampaknya Najasyi seorang yang berakal lalu ia mengutus seseorang kepada kaum muhajirin dan bertanya kepada mereka tentang agama baru yang mereka anut. Kemudian kaum muhajirin menceritakan kepadanya tentang Islam. Najasyi bertanya tentang Isa lalu mereka menjawab: "Ia adalah hamba Allah SWT dan rasul-Nya dan   ruh-Nya   serta   kalimat-Nya   yang   diletakkan   kepada   Maryam,   wanita   yang   perawan   yang suci."   Kemudian   Najasyi   mengambil   satu   kayu   kecil   dari   bumi   dan   mengatakan:   "Penjelasan tentang Isa yang kalian katakan tidak lebih dari kayu kecil ini. Pergilah kalian dan kalian akan aman." Najasyi mengembalikan hadiah kaum Quraisy dan mengatakan: "Allah tidak mengambil suap dariku sehingga aku tidak mungkin mengambilnya dari kalian." Demikianlah kaum muhajirin tinggal di negeri yang damai, yaitu Habasyah negeri yang dipimpin oleh    seorang    laki-laki  yang    diberi  kematangan       berpikir   di  mana    ia  cenderung     mengimani karakter   al-Masih   sebagai   seorang   manusia.   Dan   salah   satu   keajaiban   kekuasaan   Ilahi   adalah bahwa masyarakat Islam yang berhijrah tersebut tidak mengalami kelemahan dalam akidahnya, namun mereka justru merasakan kekuatan. Allah   SWT   memperkuat   dakwah   Islam   dengan   masuknya   dua   lelaki   besar   dalam   Islam,   yaitu Hamzah,   paman   Nabi   dan   Umar   bin   Khatab.   Kedua   orang   itu   mempunyai   kepribadian   yang tangguh   di   Mekah   di   mana   masing-masing   dari   mereka   terkenal   di   tengah-tengah   kaumnya. Allah   SWT   berkehendak   untuk   memberi   Islam   dua   orang   lelaki   yang   tangguh   di   Mekah   dan Allah SWT telah meletakkan rahmat   yang terpancar dalam hati mereka. Hamzah masuk Islam karena   dorongan   emosi,   fanatisme,   dan   rahmat   terhadaporang-orang   yang   tidak   memberikan pembelaan kepada Muhammad saw. Salah    seorang   perempuan      berkata   kepada    Hamzah:     "Seandainya     engkau    melihat    apa  yang diperoleh   oleh   anak   dari saudaramu,   Muhammad   dari   Abil   Hakam   bin   Hisyam   (Abu   Jahal). Sungguh Abu Jahal telah mencelanya dan menyakitinya, sedangkan Muhammad hanya terdiam dan tidak mengatakan apa-apa.

" Mendengar pengaduan itu, darah mendidih berkobar dalam urat- urat   Hamzah.      Dengan     kemarahan      yang   sangat,   Hamzah      mencari-cari     Abu    Jahal lalu   ia melihatnya sedang duduk-duduk di tengah-tengah kaumnya. Hamzah mengangkat tangannya lalu memukulkannya         ke  kepala   Abu    Jahal   sambil    berteriak:   "Apakah     engkau    akan   mengejek Muhammad, padahal aku berada di atas agamanya." Demikianlah       permulaan     keislaman    Hamzah.     Hamzah      adalah   seorang    yang   mulia    di  mana perasaannya   berkobar   ketika   ia   melihat   anak   saudaranya   disiksa   dan   dianiaya   dan   dia   tidak mendapati   seorang    pun   yang   membelanya.   

Beginilah    sebab-sebab     pertama    dari  keislaman Hamzah,   namun   sebab   yang   paling   dalam   dan   yang   paling   menentukan   adalah   rahmat   Allah SWT      yang   telah   dianugerahkan     kepadanya,     meskipun     Hamzah      tidak  mengetahuinya,      yaitu rahmat     yang   mendorongnya       untuk   tidak   membiarkan      seseorang    pun   menyakiti    lelaki  yang berdakwah   di   jalan   Allah   SWT   hanya   karena   ia   seorang   yang   lemah   dan   tidak   mempunyai penolong. Jadi, Hamzah adalah penolongnya.

 

Read More

Senin, 18 Agustus 2025

Masa Awal tersebarnya Islam dan perjuangan Menyebarkan agama Islam

 Masa Awal tersebarnya Islam dan perjuangan Menyebarkan agama Islam

Pada   awal-awal   masa  tersebarnya   Islam,   kaum   Muslim   menyadari   bahwa  mereka   menghadapi peperangan yang tidak akan berhenti. Selama kehidupan ada, maka pertentangan pun tetap ada.

masa awal dakwah nabi muhammad

 Oleh karena itu, ketika mereka mendapatkan penganiayaan dan siksaan, maka keimanan mereka justru   semakin   meningkat,   dan   setiap   penganiayaan   yang   dilakukan   oleh   kaum   Quraisy,   maka mereka     tetap   bertahan   untuk   mempertahankan        kebenaran.    Sebagai    contoh,   Amar    bin   Yasir mengalami penderitaan dan penganiayaan. Ia adalah salah seorang budak yang menjadi korban dari   sistem   ekonomi     yang   berlaku   saat   itu,  yaitu   ekonomi  yang   berdasarkan   kepada   sistem perbudakan.   Seorang   yang   beriman   tersebut   disiksa   di   Mekah   di   mana   ia   tidak   memperoleh kebebasannya yang hakiki kecuali setelah ia memeluk Islam. Mereka mengeluarkannya ke gurun dan    menyiksanya      beserta   ibunya.   Bahkan     siksaan   semakin    meningkat     atas   ibunya   agar   ia kembali     menjadi    musyrik.    Ketika   ia  tetap  mempertahankan       keimanannya      dan   dengan    tegas menolak ajakan untuk menentang Islam, maka Abu Jahal menikamnya dengan belati yang ada di dua   tangannya.   Ia   pun   meninggal.   Dan   Islam   mengorbankan   syahidnya   yang   pertama.   Wanita mulia itu bernama Sumayah, ibu dari Amar bin Yasir. Banyak   kalangan   orang-orang   bodoh   mengatakan   tentang   persetujuan   Islam   terhadap   sistem perbudakan,   atau   Islam   mendiamkan   sistem   perbudakan.   Mereka   lupa   bahwa   Islam   dibangun berdasarkan suatu prinsip yang ingin membebaskan perbudakan dengan segala bentuknya; Islam ingin   mengeluarkan   manusia   dari   kepemilikan   sesama   manusia   menuju   kepemilikan   kepada Allah SWT. Jika Islam tidak turun dengan nas-nas yang terperinci yang mengharamkan sistem perbudakan, maka   dasar-dasarnya   secara   umum   dan   prinsip-prinsip   utamanya   menghentikan—baik   dalam tindakan     maupun     ucapan—sumber-sumber           sistem    ini.  Allah  SWT     sebagai    pemilik   syariat mengetahui bahwa sistem perbudakan adalah sistem ekonomi yang sementara yang akan berubah dengan   perubahan   waktu,   dan   karena   Islam   tidak   turun   pada   waktu   yang   terdapat   perbudakan saja,   tetapi   ia   turun   secara   umum   dan   menyeluruh   untuk   setiap   zaman,   maka   Islam   sengaja melewati   bentuk-bentuk   yang   temporal   ini   dari   bentuk-bentuk   eksploitasi   menuju   unsur   yang pertama   atau   dasar   pertama   yang   menimbulkan   bentuk-bentuk   eksploitasi   tersebut,   sehingga Islam    mengharamkannya.         Dengan     cara  demikian,     Islam   mengharamkan       sistem   perbudakan secara   bertahap,   seperti   proses   pengharaman   khamer.   Jadi,   keseriusan   Islam   sangat   menonjol dalam usaha menghapus dan mengharamkan perbudakan. Jika dikatakan kepada kita bahwa Islam membolehkan para tentaranya untuk memperbudak para tawanan perang, maka kita akan mengatakan bahwa Islam menerapkan sistem ini sebagai bentuk pembalasan      terhadap    perlakuan    yang   sama    di  mana    musuh-musuh       Islam   menjadikan     kaum Muslim sebagai budak-budak mereka ketika mereka menawannya. Oleh karena itu, secara alami orang-orang Islam pun menawan mereka sebagai budak-budak. Jika Islam tidak melakukan yang demikian, maka boleh jadi   Islam akan dimain-mainkan dan ada kesempatan besar bagi orang- orang musyrik untuk memperdaya Islam. Demikianlah bahwa dakwah Islam mengalami berbagai macam hambatan dan penindasan.

Dan ketika orang-orang yang tersiksa mengadu kepada Rasulullah saw atas penindasan yang mereka terima, maka Rasulullah saw memberitahu mereka dengan pembicaraan yang jelas bahwa para dai di jalan Allah SWT harus mengorbankan kesenangan mereka, kedamaian mereka, dan darah mereka sebagai harga yang pantas untuk tersebarnya dakwah Islam. Kebebasan bukan diperoleh dengan   cuma-cuma.   Sejarah   kehidupan   menceritakan   kepada   kita   bahwa   ia   dipenuhi   dengan gumpalan   darah   yang   harus   dibayar   oleh   masyarakat   untuk   memerangi   musuh-musuhnya   dari luar   dan   dari   dalam.   Jika   ini   dialami   setiap   orang   yang   menuntut   kebebasan   pada   zaman   dan tempat tertentu, maka bagaimana dengan orang-orang yang menuntut kebebasan manusia secara keseluruhan. Seorang Muslim hendaklah sadar bahwa dengan mengumumkan dakwahnya, maka ia pasti akan menerima   pengusiran,   penindasan,   penjara,   pengepungan   dan   pembunuhan.   Ini   adalah   harga yang pantas yang harus dibayar ketika berdakwah di jalan Allah SWT; inilah harga kebebasan. Bahkan   terkadang   kaum   yang   batil   pun   membayamya   dengan   senang   hati,   maka   bagaimana mungkin orang-orang yang bersama kebenaran ragu untuk melakukannya. Pada hakikatnya, manusia cinta kepada keabadian. Secara naluri manusia merasa takut pada azab dan kematian.   Dan barangkali   yang membedakan orang-orang   Islam   yang hakiki dengan   yang lainnya adalah bahwa mereka terbebas dari rasa ketakutan dan cinta keabadian. Ini adalah tolok ukur   yang   pasti   untuk   membedakan   antara   seorang   Muslim   yang   hakiki   dan   seorang   Muslim yang hanya namanya atau Muslim warisan atau hanya klaim semata. Seorang   Muslim   yang   hakiki   menyadari   bahwa   ajal   di   tangan   Allah   SWT,   rezeki   adajuga   di tangan-Nya, begitu juga keamanan semua ada di tangan-Nya. Dengan keimanan seperti ini, ia memulai   pergulatannya   untuk   menyebarkan   dakwah.   Ia   siap   untuk   menerima   penyiksaan   dan penderitaan   di   jalan   Allah   SWT;   ia   pun   siap   meneteskan   darahnya   sebagai   harga   yang   pantas yang diberikannya dalam rangka memperoleh kebebasan. Ini semua dilakukanya dengan begitu sederhana dan tidak ada rasa takut karena Islam membebaskannya dari rasa ketakutan. Dahulu para    pembangkang        menggergaji     orang-orang      yang   menyeru      di  jalan  Allah    SWT     dengan menggergaji saat mereka dalam keadaan hidup-hidup.

 Khabab      bin   Irit  pergi  menemui      Rasulullah     saw   dan   meminta     tolong    kepada    beliau   dari penyiksaan      orang-orang     Quraisy,    sambil   berkata:   "Tidakkah     engkau    menolong     kami,    wahai Rasulullah? Tidakkah engkau berdoa kepada kami, ya Rasulullah?" Rasulullah saw menjawab: "Sungguh sebelum kalian terdapat orang-orang yang berdakwah di jalan Allah SWT lalu mereka dimasukkan   dalam   suatu   galian   tanah   lalu   mereka   digergaji       di  mana   tubuh    mereka   dipisah menjadi dua, namun mereka tetap mempertahankan agamanya. Demi Allah, sungguh Allah SWT akan menolong masalah ini tetapi kalian terlalu tergesa-gesa." Dengan      kalimat-kalimat      yang   penuh    kesabaran     dan   keberanian     ini,  Rasulullah    saw    ingin memahamkan kepada orang tersebut bahwa termasuk dari kesempurnaan iman adalah membayar harga    kebebasan.     Jelas  sekali  bahwa     Islam   tidak  memberikan       keuntungan     bagi   orang   yang memeluknya. Orang-orang Islam yang pertama tidak bertanya dan mengatakan: "Apa yang kita peroleh   dari   agama   ini?"   Sebaliknya,   mereka   bertanya:   "Apa   yang   kita   bayar   untuk   Islam?" Jawabannya       adalah:    "Segala    sesuatu   dimulai    dari   suapan-suapan      roti  sampai     darah   yang tertumpah."      Jadi,  kaum    Muslim     yang   pertama    telah   membayar      ongkos    kebebasan.     Mereka merasakan      kedamaian      yang   luar  biasa   untuk    mempertahankan        agama    Allah   SWT;     mereka mendapatkan       kepercayaan      yang   tinggi   tentang   kemenangan       kebenaran    yang    datang   kepada mereka;      mereka     justru   memberitahu        orang-orang      musyrik     bahwa     mereka     akan    dapat mengalahkan   raja-raja   Kisra   dan   Kaisar.   Dengan   dakwah   yang   mereka   lakukan,   mereka   akan menjadi pemimpin-pemimpin di muka bumi. Kaum musyrik justru memanfaatkan kepercayaan ini untuk mengejek mereka dan menertawakan mereka. Ketika   Aswad   Ibnu   Matlab   dan   orang-orang   yang   bersamanya   melihat   sahabat-sahabat   Nabi, maka   mereka   mengejek   dan   mengatakan:   "Telah           datang   kepada   kalian   pemimpin-pemimpin bumi   yang   esok   akan   mengalahkan   raja-raja   Kisra   dan   Kaisar,   kemudian   mereka   bersiul   dan bertepuk     tangan."   Namun      kaum    mukmin     tidak  peduli   dengan    ejekan    tersebut.  Demikianlah bahwa   ejekan   demi   ejekan   terus   menyertai   dakwah   kaum   Muslim.   Kemudian   kaum   Quraisy mengadakan pertemuan yang bersejarah untuk menyatukan pandangan dalam rangka menyerang Rasulullah saw. Kaum musyrik menuduhnya bahwa beliau adalah seorang ahli sihir, dan pada kali   yang   lain   mereka   menuduhnya   bahwa   beliau   adalah   dukun,   dan   pada   kali   yang   lain   lagi mereka      menuduhnya       bahwa     beliau   adalah    penyair,   bahkan     pada   kali   yang    lain  mereka menuduhnya   bahwa   beliau   adalah   seorang   yang   gila.   Kemudian   mereka   semua   sepakat   untuk menuduh bahwa beliau adalah seorang penyihir.

 

Walid bin Mughirah yang terkenal sebagai orang yang terpandang di kalangan mereka menuduh Rasulullah   saw   sebagai   penyihir     yang   dapat   memisahkan   antara   sesama   saudara   dan   antara seseorang      dengan      isterinya.   Kemudian       mereka      membikin      kelompok-kelompok          yang mengingatkan para pendatang di Mekah bahwa Muhammad adalah seorang penyihir. Meskipun demikian,   dakwah   Islam   tetap   berlangsung.   Ia   tetap   tersebar   dengan   pelan   namun   pasti   dan kalimat-kalimat   yang   diutarakan   Nabi   justru   mengingatkan   perjanjian   yang   pernah   dilakukan oleh   manusia,   yaitu   perjanjian   saat   Allah   SWT   menyaksikannya   ketika   mereka   masih   di   alam atom di punggung Adam: "Bukankah aku Tuhan kalian? Mereka menjawab: 'Benar.'" (QS. al- A'raf:   172)   Bertambahlah   jumlah   kaum   Muslim   hingga   kaum   Quraisy   merasakan   ketakutan. Mereka mulai melihat bahwa penggunaan cara-cara kekerasan tidak selalu berhasil. Kemudian mereka      memilih     untuk    menggunakan        cara   baru,   yaitu   bagaimana      seandainya     mereka menggunakan perdamaian dan perundingan. Orang-orang Quraisy mengutus 'Utbah bin Rabi'ah, seorang lelaki yang terkenal dengan kecerdasan dan kebijaksanaan sebagai juru runding. 'Utbah   berkata   kepada   Rasul   saw:   "Wahai   anak   saudaraku,   kami   mengetahui   kedudukanmu   di sisi kami dari sisi nasab. Engkau datang kepada kaummu dengan suatu hal yang besar di mana engkau   memisahkan   kelompok-kelompok   mereka.   Maka   dengarkanlah   aku   karena   aku   ingin berbicara   tentang   beberapa   hal.   Barangkali   engkau   akan   menerima   sebagiannya."   Rasul   saw berkata:   "Silakan   berbicara   wahai   'Utbah."   'Utbah   berkata:   "Jika   engkau   menginginkan   harta niscaya   kami   akan   mengumpulkan   harta   bagimu,   sehingga   engkau   akan   menjadi   orang   yang paling    kaya   di  antara  kami,   dan   jika  engkau    menginginkan      kehormatan,     maka    kami   akan memberi   kehormatan   itu   bagimu   dan   jika   engkau   menginginkan   kekuasaan,   maka   kami   akan menyerahkan   kekuasaan   padamu   dan   jika   engkau   terkena   penyakit   yang   engkau   tidak   mampu menolaknya       dari   dirimu,    maka    kami    akan    mencarikan      tabib   bagimu     dan   kami    akan mengeluarkan harta kami sehingga engkau sembuh." Demikianlah       'Utbah   mengakhiri    pembicarannya.      Kemudian      ia  menunggu     reaksi   Nabi.   Lalu Rasulullah saw berkata: "Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Haa miim.     Diturunkan     dari  Tuhan    Yang    Maha     Pemurah     lagi  Maha    Penyanyang.      Kitab   yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan   yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya);, maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: 'Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan   antara   kami   dan   kamu   ada   dinding,   maka   bekerjalah   kamu;   Sesungguhnya   kami   bekerja (pula).'   Katakanlah:   'Bahwasannya   aku   hanyalah   seorang   manusia   seperti   kamu,   diwahyukan kepadaku   bahwasannya   Tuhan   kamu   adalah   Tuhan   Yang   Maha  Esa,   maka   tetaplah   pada   jalan yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang      yang   mempersekutukan-(Nya),   (yaitu)   orang-orangyang   tidak   menunaikan   zakat dan mereka kafir akan adanya (hehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.' Katakanlah: 'Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam.

 

 Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung   yang  kokoh di atasnya.   Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.(Penjelasan itu sebagai   jawaban)   bagi   orang-orang   yang   bertanya.   Kemudian   dia   menuju   kepada   penciptaan langit   dan   langit   itu   masih   merupakan   asap,   lalu   Dia   berkata   kepadanya   dan   kepada   bumi: 'Datanglah  kamu   keduanya   menurut   perintah-Ku   dengan   suka   hati   atau   terpaksa.'   Keduanya menjawab:   'Kami   datang  dengan   suka   hati.'   Maha   Dia   menjadikannya   tujuh   langit   dalam   dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.  Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan     bintang-bintang      yang   cemerlang     dan   Kami    memeliharanya       dengan    sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perhasa lagi Maha Mengetahui. Jika mereka berpaling, maka katakanlah:   'Aku   telah   memperingatkan   kamu   dengan   petir,   seperti   petir   yang   menimpa   kaum 'Ad dan kaum Tsamud." (QS. Fushilat: 1-13) Rasulullah   saw   telah   menjawab   tawaran        'Utbah   di   mana   beliau   memilih   untuk   menghadapi tawaran     dan    iming-iming      tersebut   dengan     membaca      sebagian    dari   surah   Fhusilat    yang merupakan salah satu surah Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril. 'Utbah bangkit dari tempatnya ketika Rasulullah saw sampai pada firman-Nya: "Jika mereka berpaling, maka katakanlah: 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir   yang   menimpa   kaum   "Ad   dan   kaum   Tsamud.   "   (QS.   Fushilat:   13)   'Utbah   berdiri   dalam keadaan     takut   dan   segera   menuju    kaum     Quraisy. 

Read More

Minggu, 17 Agustus 2025

Awal Dakwah Nabi Muhammad SAW

 Awal Dakwah Nabi Muhammad SAW

Setelah   turunnya   wahyu   kepada   Rasul   saw,   beliau   memulai   tahapan   dakwah   dan   mengajak manusia   untuk   menyembah   Allah   SWT.   Dimulailah   dakwah   secara   rahasia   yang   berlangsung selama tiga tahun dalam persembunyian. Mula-mula Ummul Mu'minin, Khadijah binti Khuwailid beriman kepadanya, lalu beriman juga sahabatnya,   Abu   Bakar   sebagaimana   beriman   kepadanya   anak   pamannya,   Ali   bin   Abi   Thalib yang saat itu masih kecil dan hidup di bawah asuhan Muhammad, dan juga beriman kepadanya Zaid bin Tsabit, seorang pembantunya. Kemudian Abu Bakar juga ikut berdakwah, sehingga ia memasukkan dalam dakwah teman-temannya, seperti Usman bin Affan, Thalha bin Ubaidilah, dan    Sa'ad   bin   Abi   Waqas.     Juga   beriman     seorang    Masehi,     yaitu   Waraqah     bin   Nofel   dan Rasulullah      saw   melihatnya    

kisah perjuangan nabi muhammad

  setelah   kematiannya      tanda    kesenangan      yang   itu  menunjukkan ketinggian derajatnya di sisi Allah SWT. Setelah itu, Abu Dzar al-Ghifari juga masuk Islam, lalu disusul   oleh   Zubair   bin Awam   dan   Umar   bin   'Anbasah   serta  Sa'id   bin   'Ash.   Jadi,   Islam   mulai mengepakkan sayapnya secara rahasia di Mekah. Kemudian berita tersebarnya akidah yang baru ini sampai kepada pembesar-pembesar Quraisy, tetapi mereka tidak begitu peduli. Barangkali mereka membayangkan bahwa Muhammad telah menjadi—karena         uzlah    yang   dilakukannya      di  gua   Hira—salah      seorang     juru  bicara   tentang ketuhanan sebagaimana pernah dilakukan oleh Umayah bin Shalt dan Qas bin Sa'adah. Demikianlah   dakwah   secara   rahasia   berhasil   mengembangkan   misinya   dan   dapat   melindungi akidah   yang   baru.   Dan   selama   perjalanan   tiga   tahun   yang   dibutuhkan   tahapan   dakwah   secara rahasia keimanan telah tertanam dalam hati kaum Muslim yang pertama. Rasulullah saw telah mendidik   mereka   dan   telah   menanamkan   kepada   diri   mereka   sifat-sifat   kemuliaan   dan   telah menciptakan   mereka   sebagai   benih   pertama   dari   pasukan   Islam.   Pada   suatu   hari   Jibril   turun dengan membawa firman Allah SWT: "Dan     berilah   peringatan     kepada    kerabat-kerabatmu       yang    terdekat."   (QS.   asy-Syu'ara':    214) Demikianlah,   datanglah   perintah   Ilahi   agar   Rasulullah   saw   berdakwah   secara   terang-terangan. Lalu   berkumpullah   di   sekeliling   Nabi   sekelompok   tentara   yang   besar   dan   datanglah   perintah Ilahi   agar   beliau   menyampaikan   dakwah   secara          terang-terangan   dan   mengingatkan   keluarga dekatnya.   Ketika   Nabi   melakukan   hal   tersebut,   maka   dakwah   memasuki   tahapan   yang   kedua. Dan   tahapan   dakwah   yang   baru   ini   berakibat   pada   timbulnya   penekanan   terhadap   para   dai   di mana mereka mengalami penindasan, bahkan mereka didustakan oleh masyarakat serta diboikot.

Orang-orang       Quraisy   mengetahui   bahwa       Muhammad   berbahaya         bagi  mereka.    Beliau   bukan hanya berbicara tentang ketuhanan, tetapi beliau mengajak rnanusia untuk mengikuti agama baru, yaitu   agama   yang   mencoba   untuk   menyingkirkan   berhala-berhala   dan   patung-patung   mereka serta tuhan-tuhan mereka yang mereka yakini; agama yang mencoba menyingkirkan kedudukan sosial   mereka   dan   kepentingan-kepentingan   ekonomi   mereka;   agama   yang   menyatakan   bahwa tiada tuhan lain selain Allah SWT, dan tiada hukum lain selain hukum-Nya, serta tiada penguasa lain selain Dia. Kedatangan agama tersebut menyebabkan penduduk kota Mekah membencinya dan orang-orang yang memegang kekuasaan di dalamnya merasa gelisah. Setelah     pengumuman       dakwah     secara   terang-terangan,     dimulailah    dan   ditabuhlah     gendrang peperangan. Kemudian peperangan yang dahsyat terjadi antara para pembesar Quraisy dan para pengikut     Rasulullah    saw.   Orang   yang    pertama   kali  menyerang      Islam   adalah   seorang    tokoh Mekah yang bernama Abu Lahab. Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw menaiki bukit Shafa dan beliau mulai memanggil- manggil tokoh Quraisy dan para kabilah Mekah. Dan ketika semua berkumpul, beliau bertanya kepada mereka: "Apakah kalian percaya jika aku memberitahu kalian bahwa seekor kuda akan datang     menyerang      kalian?"    Mereka     menjawab:      "Tentu,    kami    belum     pernah    melihatmu berbohong."   Beliau   berkata:   "Aku   seorang   yang   diutus   sebagai   pemberi   peringatan   terhadap kalian. Di hadapanku terdapat siksaan   yang berat jika kalian menentang." Abu   Lahab berkata: "Sungguh celaka engkau, apakah karena ini engkau mengumpulkan kami." Dengan      penghinaan     inilah,  peperangan     terhadap   Islam   dimulai.   Ketika    kaum    Muslim     tidak mampu      mempertahankan        diri  mereka,   maka    mula-mula     Allah   SWT     membantu      mereka    dan menolong mereka dengan menurunkan surah yang pendek yang mengecam tindakan Abu Lahab: "Binasalah   kedua   tangan   Abu   Lahab   dan   sesungguhnya   dia   akan   binasa.   Tidaklah   bermanfaat kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahahan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.   Dan   (begitu   pula)   isterinya,   pembawa   kayu   bakar.   Yang   di   lehernya   ada   tali   dari sabut. " (QS. Allahab: 1-5) Dengan   ayat-ayat   yang   pendek   dan   tepat   tersebut,   Abu   Lahab   memasuki   kancah   sejarah   dari pintunya yang paling pendek. Gambaran tentang kejahatan Abu Lahab tertulis selama-lamanya. Abu     Lahab   adalah   seorang    yang   menentang   dakwah   kebenaran   karena         ia   mengkhawatirkan kedudukannya        dan  kekayaannya,      padahal    harta  yang   dipertahankannya       dan  dijaganya    tidak memiliki arti sama sekali di sisi Allah SWT karena ia sekarang berada dan dijebloskan di tengah- tengah     neraka    yang   menyala-nyala,       sedangkan     isterinya   membawa       kayu    bakar,   sehingga menambah   nyala   api  itu  sendiri. 

Dan    di  lehernya    terdapat   suatu   belenggu    sebagai    simbol keterikatannya   dengan   dunia   binatang   yang   tidak   berakal.   Sebagian   besar   orang-orang   yang menentang   dakwah   adalah   orang-orang   yang   berhubungan   dengan   dunia   binatang   yang   tidak sadar. Allah SWT berfirman: "Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). " (QS. al-Furqan: 44) Seandainya hari ini kita merenungkan reaksi orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, maka kita akan terheran-heran. Allah SWT berfirman: "Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka;   dan   orang-orang   kafir   berkata:   'Ini   adalah   seorang   ahli   sihir   yang   banyak   berdusta. Mengapa ia menjadikan   tuhan-tuhan itu Tuhan   yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan'." (QS. Shad: 4-5) Coba   perhatikan   bagaimana   kebodohan   kaum   itu   di   mana   mereka   menganggap   bahwa   pada hakikatnya terdapat multi tuhan dan mereka jutru merasa heran ketika terdapat hanya satu tuhan atau tuhan yang esa. Mereka justru merasa heran ketika berhadapan dengan masalah yang fitri dan jelas ini. Allah SWT berfirman: "Dan   apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): 'Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul? Sesungguhnya hampirlah      ia  menyesatkan      kita  dari  sembahan-sembahan          kita,  seandainya     kita  tidak   sabar (menyembah)nya. " (QS. al-Furqan: 41-42) Perhatikanlah      betapa    nekatnya    kaum    itu  di  mana     mereka    mulai    menghina     dan   mengejek Rasulullah   saw,   padahal   beliau   telah   datang   di   tengah-tengah   mereka   untuk   menyelamatkan mereka dari api neraka, dan coba perhatikan bagaimana pandangan mereka terhadap tuhan-tuhan mereka.

 Mereka membayangkan bahwa mereka nyaris tersesat jika mereka tidak bersabar dalam membela       tuhan-tuhan    tersebut.   Demikianlah      kesesatan    mengejek     kebenaran     dan   kebodohan menghina        ilmu.    Mereka      justru    merasa     heran     terhadap     kepandaiannya        yang    dapat menyelamatkannya dari meninggalkan tuhan-tuhannya yang terbuat dari batu dan kayu, bahkan terkadang   mereka   membuat   tuhan   dari   adonan   roti   di   mana  mereka   menyembahnya   kemudian memakannya. Mereka mengatakan bahwa tuhan-tuhan kami menyelamatkan kami dari rasa lapar atau mereka mengatakan bahwa kami menyembah mereka agar mereka dapat mendekatkan kami pada Allah sedekat-dekatnya. Meskipun   demikian,   dakwah   Nabi   terus   berlanjut   dan   tertanam   di   muka   bumi.   Mereka   orang- orang musyrik menuduh Nabi sebagai seorang dukun; mereka menuduhnya juga sebagai seorang gila,   bahkan   mereka   menuduhnya   sebagai   seorang   penyihir;   mereka   menuduh   bahwa   beliau berbohong atas nama kebenaran dan beliau dibantu oleh kaum yang lain; mereka mengatakan ini adalah dongengan orang-orang yang dahulu. Mereka meminta kepada beliau untuk mendatangkan mukjizat dengan bentuk tertentu; mereka memberitahu   bahwa   mereka   tidak   akan   beriman   kepadanya,   sehingga   terdapat   suatu   mata   air yang   memancar   dari   bumi   atau   terwujud   di   depan   mereka   suatu   taman   dari   pohon   kurma   dan anggur yang memancar di tengah-tengahnya sungai, atau langit akan runtuh sebagaimana yang beliau sampaikan kepada mereka sebagai bentuk azab atau beliau datang dengan Allah SWT dan para malaikat dan mereka semua menjamin kebenaran dakwah   yang diserukannya, atau beliau memiliki rumah dari emas atau beliau mampu mendaki langit dan mereka masih belum beriman terhadap   pendakian   itu   meskipun   ia   mendaki   di   hadapan   mata   mereka   dan   kembali   dengan selamat, kecuali jika ia menghadirkan kitab kepada mereka yang dapat mereka baca dari langit. Nabi   tidak   peduli   dengan   usaha   mereka   untuk   menyakiti   hati   beliau;   Nabi   tetap   memberitahu mereka   dengan   penuh   kelembutan   bahwa   apa   saja   yang   mereka   minta   itu   tidak   sesuai   dengan Islam.    Sebab,     Islam   hanya    menyeru      akal   dan   berusaha     menciptakan      kebebasan.     Beliau menyampaikan   kepada   mereka   bahwa   beliau   hanya   sekadar   manusia   yang   diutus   oleh   Tuhan; beliau datang kepada mereka untuk mengingatkan mereka akan suatu hari di mana seorang tua tidak akan menyelamatkan anaknya dan tidak bermanfaat di dalamnya harta dan anak-anak, dan mereka tidak akan selamat di dalamnya dari siksaan. Orang-orang yang mempunyai kedudukan atau   para   tokoh   mereka   adalah   para   tiran-tiran   di   muka   bumi   di   mana   semua   itu   tidak   akan bermanfaat bagi mereka pada hari kiamat. Siksaan yang bakal mereka terima tidak dapat mereka hindari dan mereka pun tidak dapat meringankannya.

Demikianlah Islam—sebagaimana agama-agama sebelumnya— mengumpulkan di sekelilingnya orang-orang yang berakal dan orang-orang yang fakir serta orang-orang yang menderita di muka bumi. Berimanlah sekelompok orang-orang fakir di mana mereka menjadi kelompok sosial yang tertindas   dan   tersingkirkan   di   Mekah.   Mereka   menjadi   makanan   empuk   kelompok-kelompok yang lalim. Islam   bukan   hanya   memberikan   solusi   ekonomi   terhadap   tragedi   kehidupan   atau   masyarakat, tetapi Islam memberikan solusi Ilahi terhadap keberadaan manusia secara umum; Islam meyakini bahwa   manusia   bukan   hanya   sekadar   perut   yang   harus   dikenyangkan   dan   naluri   seksual   yang harus   dipuaskan,   manusia   bukan   hanya   dilihat   dan   dinilai   dari   sisi   ini,   namun   Islam   justru meletakkan        manusia      pada     tempatnya      yang     hakiki,    tanpa     membesar-besarkan          atau mengecilkannya. Dalam pandangan Islam, manusia terdiri dari bangunan fisik dan ruhani, terdiri dari akal dan ambisi dan terdiri dari celupan dari Allah SWT dalam ruhnya. Islam     tidak   mementingkan       fisik   saja  dan    meninggalkan      ruhani,    begitu   juga   sebaliknya. Terkadang   fisik     boleh   jadi   mendapatkan   kebahagiaan   dalam   kehidupan,   tetapi   ruhani         justru mengalami penderitaan yang luar biasa. Karena itu, pemuasan salah satu dimensi dari dimensi manusia   tidak   akan   membawa   manusia   kepada   kesempurnaan   atau   kebahagiaan.   Maka,   Islam datang   untuk   membawa   suatu   solusi   yang   dapat   menyelamatkan   manusia   dari   dalam   dirinya sendiri dan Islam membebankan tugas ini, yakni tugas perubahan ini kepada Al-Qur'an. Al-Qur'an menjadi cermin dalam kehidupan di mana ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasul saw, lalu beliau mengajarkannya kepada kaum Muslim. Kemudian Al-Qur'an berubah menjadi orang- orang    yang    berjalan   di  pasar-pasar    dan   mengancam       singgasana    kebencian     yang   menguasai Mekah,   sehingga   orang-orang   musyrik   justni   meningkatkan   usaha   pengejekan   dan   penghinaan terhadap Rasul saw. Oleh karena itu, beliau semakin sedih lalu Allah SWT menghiburnya. Allah SWT memberitahu beliau bahwa mereka tidak mendustakannya, tetapi mereka justru melalimi diri   mereka   sendiri.   Mereka   mulai   menentang   Nabi   dan   ayat-ayat   Allah   SWT,   padahal   Nabi adalah salah satu dari ayat Allah SWT. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya        Kami    mengetahui      bahwasannya      apa   yang   mereka    katakan    itu  menyedihkan hatimu,   (janganlah   hamu   bersedih   hati),   karena   mereka   sebenarnya   bukan   mendustakan   kamu, akan tetapi orang-orang yang lalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." (QS. al-An'am: 33) Kemudian   kaum   musyrik   meningkatkan   penindasan   kepada   Rasul   saw   dan   para   pengikutnya. Peperangan       dimulai:    dari  peperangan      urat  saraf   sampai    peperangan     fisik.  Mereka     mulai menyiksa para pengikut   Rasul saw, bahkan membunuhnya. Pada saat itu, musuh-musuh   Islam membayangkan bahwa dengan cara menindas kaum Muslim dan menekan mereka dakwah Islam akan   berhenti   dan   kaum   Muslin   akan   enggan   untuk   berdakwah.   Mereka   menganggap   bahwa kaum     Muslim     justru  memilih     untuk   menyelamatkan       diri  mereka.    Namun     para  tokoh-tokoh Quraisy dan para tokoh-tokoh Mekah dikagetkan ketika melihat penekanan yang mereka lakukan justru   semakin   membakar   semangat   kaum   Muslim   untuk   berdakwah.   Saat   itu   kaum   Muslim merasa   yakin   bahwa   benih   yang   telah   ditanam   Rasulullah   saw   dalam   diri   mereka   menjadikan mereka   tetap   bersemangat   untuk   menyebarkan   risalah   Allah   SWT   di   muka   bumi,   yaitu   suatu risalah    yang   mengembalikan        bumi    menuju    kematangan      (kesempurnaan)       yang   telah  hilang darinya dan kema-nusiaan yang telah disia-siakan serta kehormatan yang telah ditumpahkan dan kebebasan yang telah hilang. Kaum Muslim yakin bahwa mereka bukan hanya membangun suatu negeri yang kecil di Mekah, dan mereka bukan hanya memperbaiki masyarakat   yang rusak,   yaitu masyarakat jazirah Arab, tetapi   mereka   mengetahui   bahwa   mereka   akan   membangun   suatu   manusia   yang   baru.   Mereka akan   menciptakan   manusia   seutuhnya;   mereka   akan   menghadirkan   dunia   dalam   bentuk   yang baru dan dalam gambar yang baru yang merupakan cermin dari gambar kebesaran sang Pencipta. Sebelum   kedatangan   Islam,   orang-orang   Arab   tidak   dikenal.   Dibandingkan   dengan   peradaban yang dahulu dan modern, orang-orang Arab tidak memiliki apa-apa. Mereka tidak memberikan kontribusi kepada dunia dalam bentuk ilmu, seni, atau peninggalan apa pun yang dapat dijadikan sebagai     kebanggaan.      Namun     ketika   Islam    turun   kepada    mereka,    mereka    menjadi     cermin kejayaan   manusia   di   mana   mereka   dapat   memberikan   sumbangan   nyata   pada   umat   manusia. Bahkan orang-orang Barat banyak berhutang kepada mereka dalam kemajuan yang mereka capai saat ini. Sebaliknya, ketika mereka berpaling dari Islam di mana Islam hanya menjadi lembaran cerita-cerita   dan   kertas-kertas   yang   tidak   berguna,   maka   saat   itulah   orang-orang   Barat   dapat menguasai kaum Muslim karena mereka justru mendapatkan ilmu dari Kaum Muslim itu sendiri. Mereka   justru   mencapai   kemajuan   ketika   kaum   Muslim   meninggalkan   agama   mereka.   Jadi, ketika kaum Muslim memahami Islam secara benar dan berusaha untuk memnghidupkan ajaran- ajarannya niscaya mereka akan mencapai puncak keilmuan.

Read More